Chapter 10

13 2 0
                                    

Navya mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara dan ternyata yang terkena tembakan adalah Evano adiknya sendiri. Ia terkejut bukan main dan menghampiri Evano yang tertembak dibagian perut kiri dan lengannya. Navya merasa bersalah karna tak menyadari jika Evano terkena tembakan. Dengan tangan gemetar ia mengikat luka yang ada diperut Evano,menggunakan kain yang biasa ia bawa jika dibutuhkan seperti situasi seperti sekarang ini.

Navya menghiraukan luka yang ada dibahunya dan berusaha mengikat luka yang ada dilengan Evano. Evano meringis menahan sakit saat Navya mengikat lukanya. Ia memegang tangan Navya menyuruhnya menghapus air matanya dan mengatakan jika ia merasa baikkan dari yang tadi. Sementara itu ada salah satu polisi yang cepat tanggap dan meminta bantuan medis dari pusat.

"Jangan pernah tutup matamu okey dan tatap terus mataku,"

"Kak...dingin.."lirih Evano dan Navya membuka jaketnya dan menyelimuti badan Evano.

"Maaf kan kakak yang tidak becus ini hiks hiks aku tak berguna hiks hiks," kata Navya dan memeluk kepala Evano yang berada dipangkuannya.

"Jangan...salahkan...dirimu kak...aku... merasa bangga...dengan dirimu,"balas Evano.

"Hiks berhentilah berbicara hiks simpan tenagamu kau tak boleh menutup matamu,"

"Ck kenapa ambulan sangat lamban disini banyak yang terluka,"gerutu Navya kesal.

Moodnya menjadi memburuk saat melihat Evano terluka. Akhirnya yang ditunggu pun datang juga,para korban tembakan brutal itu segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Dan Navya mengikuti Evano masuk ke dalam ambulan. Selama diperjalanan ia memegang tangan Evano erat dan terus menyuruhnya untuk melihat mata Navya.

Sedangkan di tempat lain ada seorang pria yang masuk ke dalam gedung. Ia termasuk kedalam orang yang ditangkap tadi. Namun ia berhasil lari saat mereka sedang fokus dengan serangan jarak jauh itu. Disana ia sudah disambut oleh pria menggunakan masker dan topi hitam.

"Terima kasih atas bantuannya tadi, Steven,"kata pria itu dengan nada bersahabat.

"Tentu saja kau akan membusuk dipenjara jika tidak ada aku tadi,"kata Steven percaya diri.

"Tapi aku merasa takjup dengan penglihatan tajam wanita berambut blonde itu dengan mudah mengetahui asal tembakan itu berada,pasti dia mengetahuiku tadi jika aku tak mengalihkan perhatiannya tadi"lanjut Steven.

"Ternyata kau cerdik juga,"

"Tentu jika tidak aku tak akan pernah berhasil mengelabui para polisi tak seperti dirimu Hary,yang tidak mengetahui jika ada yang membocorkannya kepada mereka tentang traksasi ini," kata Steven sombong.

Harry terdiam mendengar perkataan dari Steven. Tangannya berkeringat dingin dan jantungnya berdegup kencang. Takut jika apa yang ia lakukan ketauan oleh Steven apalagi sampai kepada pamannya. Ia tak ingin terjadi sesuatu pada sepupunya yang ia sayangi itu. Ia tersenyum terpaksa berusaha menahan gugup dan membenarkan perkataan Steven.

Setibanya dirumah sakit Evano segera masuk keruang operasi dan Navya menunggu dengan cemas di kursi. Ia tak lagi memperdulikan bahunya yang terluka. Ia tak menyadari ada Vian yang duduk disebelahnya. Saat merasakan sentuhan dibahu kanannya. Dan ia menoleh ke arah Vian yang menggunakan jas putih menatapnya lembut.

Entah kenapa air mata berdesakan keluar dari matanya. Vian membawa Navya ke dalam dekapannya dan membiarkannya menangis membasahi jasnya. Tak lama kemudian Soffy,Raycca dan David datang dengan wajah cemas. Vian melepas dekapanya dan membiarkan Navya menghampiri mereka.

"Maafkan aku hiks hiks aku tak bisa menjaganya hiks aku tak berguna hiks hiks,"racau Navya dalam pelukan Raycca.

Untuk pertama kalinya mereka melihat Navya berada di titik rendahnya. Karna ia selalu menampilkan senyuman dan ceria dihadapan mereka. Navya merasa takut akan kehilangan yang ia sayangi lagi. Raycca terus berusaha menenangkan Navya dan sejak tadi Soffy terus menatap cemas kearah lampu operasi yang masih menyala.

Sedangkan David duduk dikursi tunggu berdoa akan keselamatan dari seseorang yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri tentu saja yang lain juga. Vian menundukkan kepalanya tak tega melihat orang yang disayanginya berada dalam keterpurukan. Ia terdiam saat melihat noda darah dijas putihnya. Itu jelas bukan darahnya karna ia tak merasakan sakit sedikitpun.

"Navya kenapa kau sangat pucat,"kata Raycca yang menyadari wajah Navya yang menjadi pucat.

"Kenapa kau tak bilang jika kau terluka," lanjut Raycca cemas saat menemukan noda darah tangan kirinya.

Yang lain menatap Navya khawatir dan Vian mengajak Navya untuk pergi ke UGD untuk diperiksa. Namun ia menggeleng cepat,ia ingin mengetahui keadaan adiknya. Bukan Vian namanya jika tak bisa membawa Navya ke UGD. Ia membawa Navya dengan ala bridal style ke UGD. Navya merasa yang lemas sehingga ia tak bisa memberi perlawanan yang berarti kepada Vian.

Raycca ikut menyusul Vian dan Navya dari belakang. Ia meminta Soffy dan David untuk memberi taunya jika operasi Evano sudah selesai. Dan dibalas anggukan oleh mereka berdua. David menepuk bahu Soffy yang sedang menundukkan kepalanya.

"Paman apa mereka baik baik saja kan? mereka tak akan meninggalkanku kan paman,aku tak ingin kehilangan orang yang kusayangi lagi hiks hiks,"racau Soffy dan akhirnya tak mampu menahan air matanya lagi.

"Mereka tak akan meninggalkanmu percayalah dengan paman,"kata David sambil memberi usapan pada pundak Soffy untuk menenangkan.





Akhirnya konfliknya dimulai...
Bagaimana readers seru nggak?
Jangan lupa di vote dan komen ya...
Letaknya di pojok kiri jika kalian ingin menvote cerita author
👇
👇
👇



Sampai jumpa lagi readers...
👋👋👋

Love AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang