사 (Sa)

52 1 0
                                    

Mark menjambak rambut Haechan pelan dari belakang karena Hyeri berada di tengah-tengah mereka.

"Tugas lo ngejagain Hyeri waktu gue ngga ada," Ujar Mark.

"Lah manusia segede gini dijagain," Jawab Haechan.

"Tapi kan lo udah janji. Liat tuh bibir dia kenapa bisa gitu."

"Iya gue janji emang. Tapi manusia ini kan ngga bisa di dalam pengawasan gue setiap saat."

"Udah sih ah, I'm ok Mark. Ini kecelakaan kecil aja," Ucap Hyeri di tengah-tengah mereka.

"Gue yang ngelukain dia."

Suara bariton rendah itu membuat mereka berempat mematung seketika.

Set!

Kerah kemeja yang tengah dipakai oleh Jeno ditarik paksa ke atas hingga laki-laki itu berdiri dari sofa santai Haechan.

"Jadi lo yang nonjok Hyeri?"

Haechan menatap tajam Jeno yang ada di hadapannya.

"Jawab gue sialan!"

Untungnya para orang dewasa sedang berada di lantai atas untuk karaokean, hingga suara Haechan yang menyeramkan tidak terdengar.

"Iya, gue yang nonjok dia," Jawab Jeno setengah menunduk, tak berani melihat mata Haechan.

"Udah Chan, udah. Kan udah gue bilang, gwenchanayo," Hyeri memisahkan mereka berdua lalu mengusap pelan punggung Haechan agar Haechan tenang.

"Jadi kenapa lo nonjok Hyeri?" Tanya Mark yang sudah menatap tajam Jeno.

"Kayaknya gue udah maafin lo waktu lo nyakitin hati Hyeri. Sekarang lo malah mau nyoba nyakitin fisik dia?" Tembak Mark yang kelihatannya tenang tapi sebenarnya dia tengah menahan emosi.

"Udah dong. Mark, Jeno ngga sengaja nonjok gue. Masalah kecil ngga usah dibesar-besarin. Kita udah dewasa, bukan anak kecil lagi," Kalo ini Hyeri menenangkan Mark dengan mengusap-usap lengan pemuda itu.

"Udah, mending kalian masuk. Ini udah malem dan udara makin dingin. Mark, Haechan, ngga usah kayak bocah. Jeno, mending masuk aja. Hyeri, masuk yuk. Cerita sama oppa di dalem."

Akhirnya setelah Taeyong mengatakan hal tersebut Jeno yang langsung masuk berpapasan di tangga dengan orang tuanya dan mengajaknya untuk pulang karena sudah malam.

Seharusnya Jeno menginap, tetapi tiba-tiba ayah Jeno mendapatkan rapat dadakan besok pagi. Sedangkan Mark dan Taeyong menginap di rumah Haechan.

"Sekarang, coba jelasin gimana kronologi kejadiannya ke oppa," Ujar Taeyong ketika mereka berempat--Hyeri, Haechan, Taeyong, Mark--sudah sampai di kamar Haechan.

Mereka memilih kamar Haechan karena kamarnya yang kedap suara. Kalian bisa menebak mengapa kamar Haechan dibuat kedap suara. Duduk melingkar di atas ranjang kingsize milik Haechan, semua tatapan mereka fokus ke arah Hyeri yang gugup.

"Jadi gini ceritanya, tadi aku di cafetaria. Terus denger orang nggebrak meja. Otomatis aku liat ke sana dong. Ternyata Jeno yang mukul mejanya," Jawab Hyeri.

"Ngapain dia sampe nggebrak meja gitu?" Tanya Mark.

"Lagi marahin maba dia tuh. Yang bisa aku tangkep sih si maba ini numpahin minumnya ke baju Jeno. Ngga sengaja kayaknya. Tapi, gila apa ya dia, ngga tau apa kalo tuh meja kantin lecet dikit Oto oppa bakalan marah-marah. Terus ini tuh cuma karna masalah sepele. Selalu aja buat masalah," Jawab Hyeri yang memberikan ekspresi kesal.

Taeyong tertawa kecil lalu mencubit pipi Hyeri setelah itu mengelusnya pelan, gemas sendiri terhadap perilaku Hyeri.

"Terus?" Desak Mark.

"Aku liat dia ngepalin tangannya terus siap-siap mau diangkat, aku refleks dong lari ke arah mereka, dan boom! Aku ngga sempat nahan tangan Jeno dan berakhir jatuh di lantai cafetaria dengan sudut bibir berdarah. Selesai."

"Sakit ngga?" Tanya Taeyong.

"Jangan ditanya, oppa. Apalagi dua menit habis kena tonjok. Terasaaaaa banget. Pegelnyaaaa. Belum lagi waktu dibuat ngomong," Jawab Hyeri sambil membuat wajah sedih.

Terkadang mereka bertiga juga tidak percaya bahwa perempuan di hadapan mereka ini adalah seorang presiden. Ya, walaupun hanya presiden mahasiswa. Tapi dia adalah orang yang sangat berpengaruh di kampus. Keputusannya sangat dipertimbangkan.

"Sekarang masih sakit? Kalo masih sakit mending lo gausah banyak bacot. Gue kasian sama lo," Ujar Haechan menahan tawa.

"Kenapa lo?" Tanya Hyeri sinis.

"Ani, gwenchanayo," Haechan terkekeh pelan.

"Iya, kalo masih sakit mending lo istirahat aja. Gausah banyak omong juga. Lo baru pertama kali kan ngerasain bogeman?" Mark merapikan poni yang menutupi setengah mata kanan Hyeri.

"Kalo untuk ngomong udah ngga terlalu sakit kok."

"Itu cuma dikasih plester doang atau udah kamu obatin?" Tanya Taeyong.

"Udah Hye obati kok, oppa. Abis kena tonjok Hye langsung ke poli terus diobati deh sama yang lagi tugas di sana."

"Yaudah sekarang oppa anter kamu ke kamar ya."

"Eh gausah deh oppa, cuma di kamar sebelah aja kok. Ngapain repot-repot. Oiya, soal ini jangan kasih tau dulu ya ke Doy oppa. Biar nanti dia tau sendiri. Good night everyone."

Setelah mengucapkan selamat malam dan mencium pipi ketiga pria itu, Hyeri langsung beranjak menuju ke kamarnya yang ada di sebelah kamar Haechan. Kamar itu sudah ada sejak lama ketika Hyeri sering menginap di rumah Haechan.

Hyeri juga bingung, kenapa mendadak sifat manjanya keluar ketika sedang berada di antara Mark dan Taeyong. Mereka sudah seperti kakak laki-laki yang lain--setelah Doyoung pastinya--, yang selalu membuat Hyeri merasa harus bermanja-manja dengan mereka.

Untuk Haechan, dia beda. Haechan itu bukan temannya, bukan sahabatnya, bukan pacarnya, bukan saudaranya, tapi Haechan lebih dari itu. Haechan yang tau dari A-Z nya Hyeri selain Doyoung.

Menghela napasnya kasar, Hyeri langsung menyiapkan baju yang akan digunakan untuknya besok lalu merebahkan dirinya di atas kasur dan langsung pergi ke alam mimpi.

✺◟( ͡° ͜ʖ ͡°)◞✺

To be continue.

Ambyar sama Bubu pokoknya huhu≧﹏≦

Ketcup jauh,

Ara🍭


PRESMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang