십이 (Sib-I)

36 2 1
                                    

Jisung sampai di sebuah rumah sederhana berlantai satu yang terletak di daerah Itaewon lalu menyenderkan sepedanya di tembok samping rumahnya. Ia mencuci kaki dan tangannya terlebih dahulu lalu membuka pintu rumahnya.

"Anda sudah pulang, Tuan."

Seorang lelaki yang baru keluar dari sebuah kamar menyambutnya dan mengambil alih helm sepeda yang dibawa Jisung masuk.

"Gomawo, Dejun hyung. Apa kau sudah makan?"

"Belum, saya menunggu Tuan pulang. Lebih baik Tuan langsung mandi agar tidak sakit. Saya akan membuatkan cokelat panas."

Lelaki bernama Dejun itu melangkahkan kakinya menuju dapur, sedangkan Jisung menuju kamarnya untuk mandi dan bersiap.

20 menit waktu yang cukup untuk Jisung dan ia langsung pergi ke ruang tengah. Di sana sudah ada Dejun yang duduk di sofa. Di depannya ada meja yang berisi semangkuk besar ramyeon dan ada dua gelas coklat panas.

Jisung duduk di sebelah Dejun dan langsung mengambil mangkuknya.

"Mianhae Tuan, karena hanya bisa memasak ini. Keuangan kita sedang tidak stabil," Dejun menundukkan kepalanya.

"Gwenchana. Ini bukan salahmu tapi salahku. Makanlah, kau pasti lapar karena menungguku lama," Ucap Jisung sambil memberikan mangkuk yang satunya ke Dejun lalu mengambilkan ramyeon dengan sumpitnya ke mangkuk Dejun.

Jisung tersenyum kemudian, "aku akan memikirkan cara mendapatkan uang tanpa mengerjakan pekerjaan darinya."

"Wae? Kenapa Tuan tidak menerimanya?" Dejun memandangi Jisung yang tengah mengaduk-aduk asal mangkuknya.

"Aku rasa, aku menyukainya," Jawab Jisung dengan suara pelan namun Dejun dapat mendengarnya.

✺◟( ͡° ͜ʖ ͡°)◞✺

"Come in, Jisung-ah."

Pria yang duduk di kursi kebesarannya itu tersenyum lebar melihat Jisung yang berdiri di ambang pintu ruangannya. Jisung masuk dengan santai lalu duduk di sofa ruangan tersebut.

"Bagaimana pekerjaan mu?" Tanya pria itu.

"Kau tidak perlu tau, hyung. Aku ke sini hanya ingin meminta untuk mengganti target."

Pria itu sedikit memicingkan matanya lalu tertawa pelan, "wae? Kau jatuh cinta padanya?"

Jisung tersentak mendengar perkataan pria itu dan pria berbadan besar itu bisa menangkap pergerakan Jisung.

"Seperti yang kuduga, tapi dia memang semenarik itu. Bahkan aku pun penasaran," Ucapnya sambil tersenyum miring.

"Tapi Jisung-ah, sekarang targetmu hanya dia. Sebelum selesai, kau tidak bisa mengganti target. You know that, bro."

Jisung hanya mendecak sebal lalu beranjak dari tempat duduknya. Dia hanya malas berdebat. Padahal sudah jauh-jauh dia ke Hongdae hanya untuk meminta hal itu. Di situlah kelemahannya. Dia hanya malas beradu mulut.

"Aku harap kau melakukan dengan cepat, Jisung. Ingat, aku mengawasimu selalu. Atau kau akan tau akibatnya, hehe."

Perkataan pria itu membuat Jisung berhenti di depan pintu. Melirik ke belakang sekilas, lalu benar-benar pergi dari sana.

"Adikku sangat manis," Ucapnya bermonolog.

✺◟( ͡° ͜ʖ ͡°)◞✺

Jisung sampai ke Itaewon saat hari sudah mulai gelap. Dia mampir sebentar ke sebuah minimarket membeli sebungkus roti dan sebotol susu pisang. Setelah membayar, Jisung duduk di salah satu kursi taman dekat minimarket.

PRESMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang