Day 7

1.7K 304 15
                                    

Sat, 27 dec

06.12 pm

"Louis mana dah?" tanya Liam yang sedang mencari film apa yang bagus untuk ditonton.

"Beli makan." sahutku.

"Oh."

Harry langsung duduk disampingku dan mengambil ponsel yang sedang kugunakan untuk bermain get rich. "Eh hubungan lu sama Louis gimana?" tanyanya sambil melanjutkan permainanku.

"Gak gimana-gimana."

Seketika itu pula Liam dan Harry berhenti melakukan pekerjaannya dan langsung menatapku sinis.

"Apa?"

"Come on, Tal, mumpung Louis belom dateng!"

"Apaan sih?"

"Jawab atau gue auto play nih?"

"EH JANGAN ITU VIP CLASS NJIR"

"Makanya jawab."

Aku mendesah. Dasar manusia-manusia gila informasi.

"Tapi menangin--"

"Bacot."

"Itu ambil satu pulaunya biar gak kena tou--"

"Het kapan mau cerita?"

Aku menarik nafas dalam-dalam. Semangat Tal! "Jadi.. kayaknya aku suka lagi sama dia. Tapi dianya gitu, kemaren aja ngambek. Tadi juga ga nge-line, cuma line di grup doang."

"Lagi lu juga sih segala manas-manasin dia, udah tau dia orangnya cemburuan kalo sama pacarnya." timpal Harry yang masih sibuk sama permainan di ponselku.

"Kan aku cuma pacar boongannya, gak lebih."

"Bagi lo gak lebih, bagi dia lebih."

Baru saja aku ingin membuka mulut, pintu kamar Liam terbuka lebar. "HELLOOOO!"

Dan disaat yang bersamaan, Harry berteriak, "YAAAH KENA TOURISM MONOPOLY!"

"TOURISM? HARRY!"

Okay, could this day get any worse?

11.01 pm

"Eh, aku pulang dulu ya. Mama udah nanyain nih."

"Sendiri?" tanya Harry.

"Yah, bilang bentar lagi, ini juga udah mau abis filmnya" timpal Liam yang masih fokus pada film Toy Story 3.

"Iy--"

"Gue anterin." sela Louis, yang langsung berdiri lalu mengambil jaketnya.

Aku pun mengangguk. "Duluan ya."

Liam dan Harry pun menjawab bersamaan. "Yap. Hati-hati."

Disaat aku dan Louis sudah keluar dari dari rumahnya Liam, aku mendengar Harry berteriak lewat jendela kamar Liam.

"Tell her!"

Louis hanya tersenyum, lalu mengacungkan jempolnya ke udara.

"Tell me what?" tanyaku.

 Namun bukannya dijawab, ia malah melingkarkan tangan kirinya kepinggulku lalu berjalan kearah rumahku yang jaraknya satu blok dari rumah Liam.

"Tal, inget gak dulu waktu lo masih jadi freshman sedangkan gue udah junior, lo kemana-mana ngikutin Harry, gue kira lo sama dia pacaran. Eh taunya cuma temen."

Oh, itu. Kenapa dia jadi membicarakan masa lalu?

"Terus inget ga pertama kali kita ketemu? Waktu gue lagi nyanyi di kantin terus tiba-tiba lo ngeliatin gue sambil senyum-senyum?" lanjutnya, lalu tersenyum. "Gue langsung kepedean, tau."

Akupun tersenyum. Itu sudah 5 tahun yang lalu, dan dia ternyata masih mengingatnya?

"Gue kira lo tuh anaknya kuper, taunya pas kenalan udah kayak cacing kepanasan. Heboh, tomboy banget lagi. Eh sekarang liat, udah mulai jadi cewek." ucapnya, masih tersenyum sampai akhirnya ia memberhentikan langkahnya.

Tunggu, ini kan belum sampai dirumahku. Melainkan di taman kecil yang memisahkan blok rumah Liam dengan blok rumahku.

"Kok berhenti disini, Lou?"

Dia memalingkan tubuhku yang kini posisinya menghadap dia. Lalu dia meraih kedua tanganku dan mengangkatnya setinggi dadanya yang bidang itu.

"Gue suka sama lo, udah dari pertama kali lo ketawain gue pas nyanyi dikantin. Dan maaf gue gak berani bilang, karna dulu lo galak banget. Bahkan Zayn yang kerjaannya naklukin semua cewek disekolah gak berani deketin lo. Terus temen lo yang jago banget main gitar, si Horan, juga takut buat deket lebih dari temen sama lo. Gue beruntung banget, bisa temenan sama lo. Bahkan sahabatan kayak sekarang. Tapi gue gak bisa nipu perasaan gue lagi, Tal. Udah dari setahun yang lalu gue berupaya ngasih lo kata-kata yang biasanya bikin cewek meleleh, tapi lo malah nganggepnya bercanda. Gue pikir lo peka sama perasaan gue, taunya lo biasa aja pas ngeliat gue jalan berdua sama El. Jujur, waktu gue ngeliat lo biasa aja saat gue sama El, malah gue yang sakit. Upaya gue gak berhasil. Udah berbagai macam cara gue lakuin, tetep aja tuh hati sama kayak otak lo. Batu. Bahkan Liam sama Harry juga udah bingung lagi gimana caranya buat lo peka sama perasaan gue.

"Gue tau lo ngira gue ngomong sepanjang lebar ini pasti akibat kultum yang biasanya Liam kasih. Tapi enggak, Tal. Ini keluar gitu aja dari hati gue yang paling dalem. Anjas, asik banget kan kata-kata gue?

"Lanjut. Dan pada akhirnya minggu lalu, acara malam mingguan kita berempat, Liam bilang kalo dia punya ide yaitu main Truth or Dare. Gue kira dengan cara lo milih Truth, lo bakalan jujur pas Liam tanya lagi suka sama siapa. Taunya enggak. Sampe akhirnya Harry bilang Dare, disitu gue langsung dapet ide buat jadiin lo pacar gue. Walaupun cuma seminggu. Tapi gue seneng, Tal. Gue seneng karna akhirnya bisa manggil lo dengan sebutan pacar, walaupun cuma karna Dare. Gue seneng bisa bikin lo sedikit lebih peduli ke gue. Gue seneng jalan berdua sama lo, tanpa perlu diganggu ustad kultum sama pakar modus. Dan yang lebih bikin gue seneng lagi adalah, gue bisa ngungkapin seluruh perasaan gue ke lo, tanpa harus ngehafalin kayak teori kultumnya Liam.

"Dan sekarang, gue punya satu pertanyaan sama lo. Gue mohon, mohon banget, dari hati gue yang paling dalem," Louis berhenti berbicara, lalu menarik nafas panjang dan mengambil posisi seperti orang ingin melamar--bodoh! Tentu ia tidak akan melamarmu!--lalu ia melanjutkan kata-katanya yang tergantung.

"Will you be my girlfriend, for real?"

Dan aku langsung teringat oleh sebuah kutipan yang pernah ku retweet di twitter; They say when you meet the love of your life, time stops.

And that's true.

--*--

HAAAAAAAAAAAAAAAAAAI SUDAH HABIS DEH YEAAAAAHAHAHAHA

Oke sebenernya belom abis soalnya masih ada epilog hehe.

Update bcs mulai besok mau fokus ke ujian praktek. Baru bisa aktif lg minggu depan dan gue ga sabar pengen nuntasin ini.

Thankyou for all the vomments!

3 votes to go??

-al x

7 days // l.tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang