PART 1

9.6K 626 93
                                    


_


_


_


_



Satu September. Harusnya ini hari bahagia untuk pria yang berdiri menatap sebuah bingkai foto dengan tatapan kosong. Harusnya dia sedang menikmati pesta sederhana dengan kue dan lilin dilengkapi dengan keluarga kecilnya hari ini. Tertawa bahagia setelah berhasil mengucapkan keinginan dan setelah itu meniup lilin dan mendapat hadiah kecil berupa ciuman kasih sayang dari sang istri.

Semua hanya tinggal angan. Pada kenyataannya Je Key Quand telah kehilangan hampir seluruh hidupnya. Hujan deras, petir yang bergemuruh, kilat yang begitu terang diluar sana seakan mengatakan bahwa bumi juga ikut menangis saat dia kehilangan istri tercintanya tepat dihari ulang tahun pria tersebut. Orang-orang yang datang untuk mengucapkan bela sungkawa kepadanya bahkan tidak dihiraukan oleh pria itu, hidupnya hancur.

Je Key Quand. Siapa yang tidak mengenal pria itu. Namanya tercatat jelas dalam dunia bisnis global. Pria yang memiliki kekayaan bersih sekitar 48,5 dolar*, seorang CEO dan pemilik perusahaan Quand Group. Perusahaan kedua terbesar di Asia. Pria yang hari ini tepat berusia 32 tahun telah kehilangan istri tercintanya untuk selama-lamanya.

(*sekitar Rp. 647,4 triliun)

Je. Begitulah sapaan yang biasanya dipanggil oleh orang-orang di sekitarnya, termasuk sang istri yang jasadnya terbaring kaku di dalam peti di depannya. Je merasa seperti mati, hatinya bahkan tidak merasakan apa-apa lagi, rasa sakitnya sangat menusuk hingga dia tidak bisa membedakan hidup dan mati lagi. Je kehilangan nyawanya.

"Mommy..."

Suara tangis sang putri mengalihkan pandangannya. Hyeji Quand. Gadis kecil yang berusia empat tahun hasil dari cintanya dengan Han Yura— sang istri, menangis hebat. Gadis kecil itu dipeluk oleh sang nenek Oriko Quand di sudut ruangan. Je semakin pilu ketika melihat putrinya yang semakin menangis hebat seakan tidak terima bahwa ibunya telah meninggalkannya selama-lamanya.

Seluruh media memberitakan peristiwa kecelakaan maut yang menewaskan istri sang pengusaha muda tersebut. Yura yang sebelumnya berjanji akan menemui Je untuk merayakan ulang tahunnya di hotel milik mereka berakhir dengan terjadinya kecelakaan beruntun dan merenggut nyawanya.

"Je..., kita harus segera memakamkannya nak."

Kim Nami. Ibu dari sang istri menepuk pelan pundak Je, mencoba memperingati bahwa pria itu sudah berdiri ditempat yang sama dalam waktu seharian penuh tanpa beranjak sedikitpun. "Jangan seperti ini, kasihan Yura. Dia pasti sangat sedih jika kau terus seperti ini. Hyeji juga pasti sangat membutuhkanmu." Lanjut wanita itu.

Je kembali memperhatikan Hyeji yang berontak dalam pelukan sang ibu. Dia memejamkan mata sesaat, rasanya airmatanya telah kering, hingga tidak bisa mendeskripsikan seberapa sakit yang tengah dirasakannya kini. Senyum Yura tidak akan pernah akan dilihatnya lagi, tidak akan bisa menjadi pengantar tidur dan penyambut paginya. Je tidak akan sanggup.

Je melangkah mendekati sang putri. Dadanya sesak, nafasnya seperti tercekal sesuatu, ludahnya susah ditelan, dia merasa seperti manusia tidak berguna saat ini. Kekayaannya tidak berarti apapun, tidak bisa menyelamatkan nyawa sang istri dan ibu dari putrinya. Kalah dengan takdir Tuhan.

"Ji..," lirih Je, "sayang...," Je merasa tidak sanggup untuk melanjutkan kata-kata lagi ketika mendapat sorot mata kecewa dan kehilangan dari sang putri.

"Mommy..., Ji ingin mommy. Daddy, Ji ingin mommy." Kata gadis itu disertai isakan.

Je langsung mendekap sang putri. Menangis bersama. Seperti mimpi, keduanya merasa hidupnya akan berakhir tanpa Yura. Padahal baru semalam wanita itu masih memasak, menyiapkan perlengkapan sekolah sang putri, memberikan kecupan singkat pada keduanya, membacakan dongeng dan memeluk erat hingga tertidur dan besoknya merka kehilangan untuk selama-lamanya.

'WISH' (E Book version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang