Antibiotik

379 40 11
                                    

Hening. Tiba-tiba saja semuanya menjadi hening. Suara- suara yang ada di sekitarnya mendadak hilang tanpa dia sadari. Digantikan oleh seseorang yang datang memenuhi pikirannya. Membuat dia mengabaikan orang yang ada di sampingnya saat ini.

"Hei... jangan melamun, Ddudungie! Aku tidak bisa membantumu kalau kau tiba-tiba kerasukan, ya. Cha... Kau sudah sampai!"

"Aa... Mianhe, Eonni!" Ucap Soojung begitu sadar dari lamunannya. Ya, dia adalah Soojung. Dan orang yang ada bersamanya saat ini adalah kakaknya, Yoona.

Yoona tertawa kecil saat mendengar kalimat yang keluar dari mulut adiknya. "Padahal tadi kau sendiri yang bilang kalau kau tidak suka dengan apa yang sering Sinb ucapkan. Tapi kau malah menirunya. Kau jadi terlihat seperti Sinb."

"Aa... Kau benar, Yoong. Maafkan aku. Kalau begitu aku turun dulu. Terima kasih."

Yoona kembali tertawa kecil saat menyadari ucapan Sinb--yang katanya tidak Soojung sukai--malah keluar lagi dari mulutnya. Padahal sebenarnya mereka tidak jauh berbeda. Sama-sama adik kecil yang menggemaskan di matanya.

"Iya. Sama-sama, Ddudungie... Belajar yang benar, ya! Aku pergi dulu." Yoona melambaikan tangannya setelah memastikan Soojung keluar dari mobilnya dengan benar.

"Ne... Hati-hati di jalan, Yoong." ucap Soojung sambil membalas lambaian tangan kakaknya dan tetap berdiri di depan gerbang sekolahnya sampai mobil yang Yoona kendarai tidak terlihat lagi.

***

"Sinb-ya, Neo gwaenchana?"

Eunseo menggerakan telapak tangannya di depan wajah Sinb yang sedang menempelkan kepalanya dengan beralaskan kedua tangannya di meja. Mencoba untuk mengurangi rasa pusing yang mulai mendera kepalanya. Tubuhnya juga memjadi sedikit lemas. Mungkin karena adanya proses pembuangan makanan secara tidak sengaja yang terjadi pagi hari tadi. Eunseo yang memang duduk di sebelahnya, merasa sedikit khawatir sejak melihat pandangan Sinb mulai tidak fokus dengan penjelasan yang sedang disampaikan guru dan mendapati wajah Sinb yang mulai pucat. Dia baru berani bertanya kepada Sinb setelah bel istirahat pertama berbunyi.

"Nan gwaenchana, Eunso-ya..." Jawab Sinb sambil mengangguk pelan.

"Kau serius? Tapi, sepertinya itu tidak mungkin, melihat Wajahmu yang pucat dengan keadaan lemas begini. Kau mau ku antar ke UKS?" Tanya Eunseo lagi. Tapi kali ini Sinb hanya menjawabnya dengan gelengan kepala yang samar.

"Kau lemas seperti ini pasti karena perutmu yang mendadak kosong tadi," Eunseo menjeda kalimatnya sebentar untuk mengambil sesuatu di dalam tasnya.

"Bukan apa-apa. Aku hanya tidak ingin menyusahkan diri dengan mebopongmu ke uks jika kau tiba-tiba pingsan nanti." Sinb memutar kedua bola matanya saat mendengar ucapan Eunseo barusan.

"Itupun belum dengan Ye-aaw..." Eunseo yang mengaduh kesakitan karena merasakan cubitan di pinggannya membalikkan tubuh untuk melayangkan protes.

"Sakit, Bi... Yewon?!"

Eunseo terkejut begitu tahu kalau yang baru saja mencubitnya bukanlah Sinb. Tapi Yewon yang saat ini sedang bersedekap sambil memicingkan matanya tajam. Membuat aura kelam yang memang tidak bisa dilihat menjadi bisa dirasakan oleh Eunseo seorang. Bahkan secara ajaib mengubah ludahnya yang cair menjadi batu yang keras.

Jung Family: Monster PeniruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang