Just awaked

38 5 0
                                    

Disclaimer : Bleach Tite Kubo
Kurosaki Ichigo (pov)
.
Tadinya aku berpikir akan menghabiskan long-weekend minggu ini di gunung Miyanoura, bersama Keigo dan juga Tatsuki. Mereka sudah mempersiapkan rencana dari musim dingin kemarin dan aku hanya perlu ikut sebagai penyelamat mereka—dengan kotak P3K kalau-kalau ada kecelakaan saat mendaki.

Keigo sudah memesan jimat pelindung untuk menjauhkan diri dari makhluk halus yang ada di sana. Dia terlalu banyak menonton cerita urban legend dan terlalu mengganggapnya serius.

Tatsuki tak kalah bersemangat lagi. Dia sudah melatih staminanya berlari setiap pagi dan petang di lapangan universitas Karakura sampai semua mahasiswa mengenalnya.

Namun Tuhan ternyata lebih mengerti isi hatiku ketimbang terjebak bersama mereka berdua. Sebuah pesan singkat dari ponselku adalah alasannya.

Maaf membuat pemberitahuan mendadak, dokter. Jam 9 ini ada rapat. Anda dimasukkan ke tim dr. Hinamori.

Dua puluh menit lagi jam 9 malam. Namun mau tak mau aku harus menghadirinya. Panggilan darurat memang sudah biasa terjadi. Untung saja ransel mendakiku masih terkapar belum terisi apapun.

Aku segera menelpon Keigo. "Jangan katakan kau akan membatalkan acara kita besok dan lebih memilih untuk tiduran sepanjang hari!"

Kadang-kadang Keigo pintar menebak apa yang aku inginkan. "Aku hanya meminta untuk mengundurkan waktunya saja."

"Tidak bisa! Tidak bisa!" Bisa kubayangkan dia menyilangkan tangan di depan dada. "Walaupun itu adalah waktu terdarurat kau harus menyelesaikan misi ini, Ichigo!"

Aku memijit dahiku sesaat. "Aku ditarik ke tim baru mendadak, aku rasa ini hal yang serius. Baiklah, aku akan mengirimkan dana jika terjadi apa-apa pada kalian."

Keigo langsung histeris. "Kau mengharapkan kami kenapa-kenapa, begitu!?"

"Aku harap itu terjadi sebelum kalian sampai ke sana! Oke, kabari aku jika benar-benar ada masalah!" Aku langsung mematikan sambungan telepon dan segera bergegas kembali ke rumah sakit. Jarak rumah sakit Karakura tidak terlalu jauh dari apartemenku. Hanya butuh 15 menit termasuk waktu untuk memarkirkan mobil (pengecualian jika sedang ramai). Hinamori menelponku berkali-kali, dia memang tidak pernah sabaran.

Sesampainya aku di depan ruang rapat aku melihat Hinamori begitu gusar. "Kapan kau sampai di Jepang?"

Dia menoleh ke arahku, sepertinya dia belum mencuci muka. "Satu jam yang lalu," jawabnya terkesan pasrah. "Kau sudah tahu kan, kenapa aku ke Swiss kemarin?"

"Ada kerabatmu kecelakaan?" Dia hanya mengangguk kemudian mengalihkan perhatian kepada ponselnya. Aku juga merasakan getaran ponsel di saku jas dokterku. Itu pasti Tatsuki yang sedang mengamuk.

Beberapa dokter masuk ke ruangan ini dan ruangan pun ditutup. Di antara dokter yang berada di dalam sini aku hanya mengenal beberapa. Ini tahun keduaku bekerja di sini. Aku hanya mengenal Ishida yang satu jurusan denganku di kedokteran Universitas Karakura. Dan juga dokter Unohana. Ahli jantung yang sangat keibuan sekali. Diam-diam dia pernah melakukan operasi caesar.

Hinamori maju ke depan setelah menyimpan ponselnya. "Aku minta maaf sebelumnya karena mendadak mengumpulkan kalian di sini. Sebenarnya aku masih jet lag setelah menempuh sepuluh jam empat puluh lima menit untuk sampai di sini. Tapi kakakku menyuruhku malam ini juga harus membentuk tim ini," ujarnya sebelum ke pokok masalah.

Ishida membantunya menghidupkan proyektor. Hinamori tampak mengotak-atik laptop yang berada di hadapannya. Aku mulai penasaran. "Aku minta maaf karena dokter residen kedua sepertiku mengundang kalian malam-malam begini. Namun ini sangat darurat bagi kami." Ia menghela napas seolah itu sangat susah didapatkannya. Dan tentu saja tidak ada yang menolak menghadiri rapat ini karena keluarganya adalah penyokong rumah sakit dan penyokong beasiswa Universitas Karakura.

ExerciseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang