ACLS part 2

17 4 0
                                    

Bleach : Tite Kubo
Rukia (pov)

Pagi ini aku disambut oleh dua orang yang tidak kuinginkan. Shirayuki dan dokter berbadan tinggi besar, berkepala botak dengan dagu yang lebar. Errr... kalau aku punya saham di Marvel Studio, aku akan menjadikannya salah satu peran antagonis dan kujamin dia langsung terkenal.

Shirayuki sudah pulang pukul empat subuh tadi dari kota tempat sepupunya wisuda, dan membawakanku beberapa oleh-oleh. Aku tidak tertarik membongkar oleh-oleh darinya karena aku masih marah. Jadi, aku mencoba mengabaikannya, tapi dia malah membahas hal-hal yang akan aku perlukan saat akan keluar dari rumah sakit.

"Jadi, dalam beberapa hari anda akan diperbolehkan pulang dari sini."

Aku ingin makan dengan tenang sebenarnya. Namun dia malah membahas sesuatu yang seharusnya seorang pasien akan senang mendengarkan ini—tapi aku tidak.

"Ada beberapa alat yang harus saya siapkan untuk latihan anda di rumah. Seperti sepeda fitness, bed crank ABS, tiang infus dan selang, matras senam—"

Aku terpaksa tidak mengabaikannya dan memotong penjelasan Shirayuki. "Aku tidak butuh selang infus." Aku kembali menelan nasiku.

"Hanya untuk persiapan, Rukia-sama. Sesuai rekomendasi dokter anda."

Aku menahan untuk tidak memutar mata dan fokus pada sarapanku yang sudah biasa aku cerna. Semua hal yang terjadi di sini sudah menjadi kebiasaan dan rutinitasku. Awalnya aku sangat bosan dan membenci beberapa bagian. Namun aku harus mengakui ini—bahwa aku sudah betah menghirup udara berbau obat yang sangat kental. Aku tidak bermaksud memelodramatisir keadaanku tapi inilah yang sedang kualami sekarang.

Hidupku sudah terbiasa berpindah tempat. Lirin menjulukiku bunglon karena aku juga pandai ber-mimikri. Sekalipun aku tidak pernah keberatan membaur di apartemen yang baru, furnitur yang baru bahkan kantor yang baru. Dan ketika aku akan meninggalkan rumah sakit ini—aku harus memerintahkan otakku untuk mempersiapkan diri.

.

Latihan pagiku hari ini terasa sangat menyedihkan. Dr. Yammy mengulangi instruksi yang sudah Ichigo berikan. Aku hanya berpura-pura menyimak sembari membayangkan dr. Yammy melempar Chris Evans bersama perisainya, dan pada akhirnya Iron-man akan datang untuk mengalahkannya.

Di tengah-tengah penjelasannya, dr. Yammy membuat lelucon yang sama sekali tidak lucu. "I hate math, but i love counting my money."

Sudut bibirku berkedut menolak untuk berpura-pura tertawa. Tapi Shirayuki yang berada di belakangku tertawa sambil menutup mulut. Bahkan joke-ku tidak pernah berhasil padanya.

.

Seharian ini sebenarnya aku merasa gelisah. Aku hanya duduk, mondar-mandir di kamar dan memencet-mencet remote untuk memilih film-film di netflix yang tak satupun berniat akan kutonton. Tapi semua itu tidak bisa mengalihkanku. Jadi aku memohon pada nii-sama untuk mengecek pekerjaanku yang sempat tertinggal. Selama aku cuti, Senbonzakura yang menggantikannya. Dia lebih mengerti urusan kantor daripada Shirayuki, mereka berdua kemungkinan cocok jika nii-sama merestuinya.

Setelah aku mengecek laporan yang dikirim Senbonzakura, tidak ada masalah di kantorku. Dan semuanya sudah tertata dengan baik. Lalu aku bingung harus melakukan apa lagi selain bernapas.

Tidak ada angin atau petir, aku mengerjakan soal matematika di internet, beberapa soal mampu aku kerjakan dan sisanya malah membakar kaloriku. Baiklah, kecelakaan ini mengurangi minatku pada matematika. Aku suka matematika tapi aku juga suka menghitung uang. Aku mendesis dan membalikkan lelucon dr. Yammy.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ExerciseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang