ACLS part 1

8 1 0
                                    

Bleach : Tite Kubo
Ichigo (pov)

Rukia tertarik dengan Nelliel dan dia menanyakannya. Aku tidak menyangka dia akan mengangkat pembahasan ini. Aku sebenarnya sangat risih ketika harus membahas Nell, tapi yeah, aku harus menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Rukia agar dia tidak salah paham. Bisa saja Rukia mendadak sedikit menjauh dariku karena beranggapan aku punya pacar yang akan cemburu kapan saja.

Selesai latihan hari ini aku tidak memberikannya jatah manis seperti biasanya. Semalam rapat kami selesai pukul satu pagi dan aku hanya bisa tidur dalam tiga jam. Aku tidak sempat mampir ke supermarket atau vending mesin untuk membelikannya sesuatu. Tapi aku sudah berjanji padanya akan memberinya jatah manis pada saat rapat kami nanti malam. Rukia tampak senang dan dia tersenyum lebar. Dia menunggu kehadiran kami untuk rapat yang tidak bisa dibilang formal ini. Aku kira awalnya dia cukup terganggu dengan kehadiran kami, apalagi dengan pembahasan prof. Aizen oleh Hinamori yang tidak pernah habisnya.

Sebenarnya, soal pretest ACLS itu adalah tanggung jawab Hinamori sebagai seorang dosen pengganti yang sudah diakui keberadaannya. Karena ini pengalaman pertama Hinamori, dia meminta bantuanku dan Ishida untuk menyelesaikan misinya. Aku menyanggupinya karena ada beberapa hal yang akan menjadi keuntunganku. Aku tahu jadwalku padat tapi membantu Hinamori juga tidak terdengar buruk. Kurasa alasan Ishida bersedia membantunya karena si kunyuk itu selalu membutuhkan Hinamori untuk nasihat percintaannya dengan Inoue. Mereka berdua adalah gayung bersambut dan sampai kapan pun tidak akan pernah cocok menjadi pasangan.

Baiklah, ruang rapat kami masih dipindahkan Momo di Kuchiki Rukia's diamond suite room—selagi menunggu Shirayuki pulang. Ternyata kepergian Shirayuki memiliki dampak baik juga. Beberapa hari ini aku memang senang sekali saat bertemu dengan Rukia. Karna jadwal kami terbatas di ruang fisioterapi, jadi aku hanya bergantung pada jadwal itu saja. Kemudian rapat ini seolah semakin menambah amunisiku. Aku tidak peduli Momo cekikkan membicarakan prof. Aizen seperti gadis SMA—atau Uryu yang mendadak membahas tentang politik luar negri yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan bahasan kami—itu tidak akan menggangguku karena aku berada dalam satu ruang dengan pasien favoritku.

Aku tidak tahu kapan pastinya saat aku mulai menyukai melihat Rukia berada di sekitarku. Awalnya dia adalah pasien favorit kami—pasien favorit pertamaku yang membuat uang lembur kami tidak seperti harapan palsu. Tapi sekarang bukan itu alasannya.

Kami sangat cocok ketika mengobrol. Sejauh ini aku tidak pernah benar-benar cocok mengobrol dengan pasienku. Biasanya obrolan antara pasien dan dokter hanyalah tentang kekhawatiran-kekhawatiran masalah yang dialaminya.

Dia punya kebiasaan kekanakkan aku tidak keberatan. Dia bertanya tentang masa laluku sebenarnya aku juga tidak keberatan. Dia selalu tidur duduk aku sangat tidak keberatan. Dan Rukia akan menjadi alasanku sangat mencintai pekerjaan ini.

Setelah selesai dengan latihan Rukia, aku bergegas menuju ke ruanganku. Aku harus memeriksa makala Hinamori untuk ditampilkannya besok siang. Dia akan membahas seputar masalah syaraf dan harus memasang topeng agar tampak seperti influencer bedah syaraf muda yang sangat populer. Hinamori memang pintar tapi kadang-kadang dia memaksa dirinya untuk ahli dalam bidang yang di luar keterbatasannya.

Kepalaku tambah pusing saat membaca makala tersebut. Aku mendesah pelan, ini berkaiatan dengan pola tidurku yang tidak sehat. Jadi aku memutuskan tetap membaca makala Hinamori dan menahan rasa kantukku sampai makan siang nanti. Ada banyak sekali kata-kata yang harus aku coret dan menggantinya dengan yang lebih sederhana. Dia hanya akan membuat peserta seminar ternganga dengan bahasa tingkat tinggi medis seperti ini.

Aku sebenarnya cukup lapar, tapi tidur sebelum makan siang lebih menggoda.

.

Tepat jam tujuh malam aku masuk ke ruang rapat kami (Kuchiki Rukia's diamond suite room). Aku membawa satu loyang cheesecake bediameter 12 senti untuk kami makan bersama dan (sebenarnya) untuk Rukia. Hinamori dan pasien favoritku sudah duduk di meja rapat kami, tapi aku tidak melihat Ishida.

ExerciseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang