Bleach : Tite Kubo
Rukia (pov)Dr. Kiyone adalah detektif makanan. Bagaimana bisa dia mengendus bau bungkus cookies lumerku di dalam kotak sampah yang tertutup.
Dia menguliahiku kembali bahwa aku harus bermusuhan dulu dengan gula dan menggantinya dengan glukosa alami yang berasal dari buah-buahan atau sayur. Dia bilang karena kondisiku masih rentan, aku bisa mendapatkan komplikasi penyakit yang lain dengan mudah, misalnya diabetes atau gagal jantung. Sekotak kecil cookies tidak bersalah tak akan menyakitiku begitu serius.
Buah yang kuharapkan bukan seperti yang ada dipikirannya. Dia memilih kiwi, pepaya, atau pisang cavendish—yang katanya bisa mengganti glukosa itu.
Buah memang sangat mahal di Jepang dan sangat susah didapat bila musim gugur. Tapi kakakku punya kebun buah-buahan segar lebih luas dari rumah sakit ini, dan jika aku keluar dari sini, aku bersumpah akan balas dendam dan kekenyangan makan semua buah—sayangnya perkebunan tersebut bukan berada di jepang.
Selama sebulan ini aku bersandiwara tiap makan pagi, siang atau pun malam. Namun perutku menghianatikh. Perutku merasa sangat sehat dan berterimakasih atas apa yang telah kutelan.
Sudah dua hari Shirayuki tidak menemaniku dan digantikan oleh kedua pelayan—bodyguard yang tentunya tidak akan bisa membantuku memilih pakaian. Shirayuki bilang dia harus menghadiri sepupunya wisuda di Hokaido sekitar lima hari. Aku bosan sekali sebenarnya hanya ditinggal bersama dengan kursi rodaku yang canggih. Andai dia bisa bicara seperti Bumbblebee sungguhan, mungkin aku akan kabur bersamanya.
Sudah puluhan panggilan telepon kucoba untuk menghubungi Shirayuki tapi tetap saja nomornya tidak aktif. Aku bertanya-tanya apakah dia sedang ada masalah atau ponselnya dicuri orang? Kalau memang begitu seharusnya dia bisa menghubungiku memakai ponsel lain. Aku mulai menarik rambutku frustasi.
Jujur saja aku tidak terbiasa meminta perawat yang tidak kukenal membantuku mandi atau buang air besar. Aku agak malu kalau harus meminta bantuan yang itu. Aku biasanya mandi cukup lama dan selalu dibantu Shirayuki. Dia ahlinya dalam menggosok punggungku sampai mengkilat, dan pijatannya selalu membuatku rileks. Dia sangat tahu titik-titik tubuhku yang akan melumpuhkanku. Ini semua berkat Relasi nii-sama yang begitu luas, jadi Shirayuki bisa belajar memijat dari pemilik spa terkenal di Korea. Siapapun tahu kalau Shirayuki adalah pelayan elit tidak terbantahkan.
Selama ini Shirayuki selalu mengekoriku kemana pun aku pergi, dan aku tidak bisa bayangkan dia sudah meninggalkanku selama dua hari—membuatku seperti anak TK yang tersesat di taman bermain. Masalah lain adalah ketika punggungku terasa gatal dan aku memanggil perawat di tengah malam hanya untuk menggaruknya sampai aku puas. Dan hal itu benar-membuatku canggung.
Aku memelototi nomor ponsel Shirayuki dan mengutuknya. "Jika lusa kau tidak ada kabar, aku akan segera menggantimu!" Aku langsung mencari nomor ponsel kakakku dan menelponnya.
Tidak butuh waktu lama teleponku tersambung. "Rukia, ada apa?"
Aku menghela napas pelan agar kembali pada kewarasanku. "Aku kualahan, nii-sama. Shirayuki belum pulang." Aku mencoba bicara setenang mungkin. Nii-sama pasti tahu kebutuhanku dengan baik. Dan jika aku sudah terpaksa mengadu seperti ini, dia tahu aku sudah tidak tahan lagi.
"Dia akan pulang lima hari lagi. Hinamori akan membantumu sementara." Suara datar nii-sama memang menenangkanku sesaat.
"Hinamori sibuk, nii-sama."
Wanita yang penuh hormon remaja itu tidak bisa kuandalkan. Sudah tahu sibuk malah setuju menjadi dosen pengganti. Jadwal di rumah sakit saja sudah membuat dia sedikit kualahan, lalu sekarang malah mengurusi pria terkeren edisi Hinamori Momo. Untung Universitas tempatnya tebar pesona masih dalam lingkungan rumah sakit ini. Alih-alih membantu, malah dia yang harus dibantu. Dan dr. Aizen akan menjadi penyebab kematian Momo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exercise
RomanceKuchiki Rukia mengalami kecelakaan dan koma dalam tujuh hari. Bagaimana kronologi kecelakaannya masih jadi misteri. Aku sebagai dokternya akan membantu untuk kesembuhannya. Jadi, mohon kerja samanya.