•Ketemu Juga!•

2.3K 203 13
                                    


Jangan bikin drama didepan gue. Bosen! Cukup dirumah aja menyaksikan segala telenovela Ara.




“Ketua kelas, tolong Ibu bawakan seluruh buku latihan ke meja, ya, Nak.”

Azam mengangguk dengan segera berdiri.

“Nge-babu lagi, Zam?” Kevin meledek dengan kikikan jahil.

Azam menatap tak senang, “Bantuin.” Ujarnya dengan setumpuk buku ditangan, menyuruh Kevin membawa tumpukan yang lain.

“Eh, kursi gue posesif, nih. Nggak mau jauh-jauh dia.” 

Azam berdecak. “Gue—”

“Sini gue bantuin. Ah, ribet lo berdua.” Kyle langsung saja berdiri, berjalan kearah meja guru dan mengambil tumpukan buku disana.

Azam mengambil langkah didepan meninggalkan Kyle. Berjalan santai dikoridor dengan kemeja dikeluarkan dan tanpa mengenakan dasi. Dia menoleh kesamping, menaikkan satu alis merasa bingung. Kyle barubah jadi Nia? Good, lah. “Ngapain lo?” Lagi-lagi Azam merasa terheran-heran dengan kemunculan gadis itu yang akhir-akhir ini secara tiba-tiba.

“Bantuin lo, lah, Zam.” Ujar Nia santai.

“Biar Kyle.”

Nia mengerutkan dahi, “Kenapa?” Tanya-nya bingung.

“Mau ngomong soal basket dengan pak Andri.”

“Oh.” Dari nada-nya, Nia terdengar kecewa. Entahlah, mungkin dia mengharapkan kata-kata manis? Eh, tapi tidak mungkin! “Yaudah, ntar gue panggil lagi ke-kelas.” Ujarnya dengan nada bersalah.

Azam hanya menaikkan kedua alis sekilas. Dari kejauhan, matanya menangkap satu orang yang sedang berjalan kearah mereka dengan pandangan fokus kearah Nia, dibelakang cowok itu ada pula dua teman-nya. Bhak, Azam selalu merasa lucu dengan playboy satu itu.

Nia mengernyit saat ditatap lama seperti itu, namun tak menutupi bahwa pipinya merona juga.

Azam berdiri santai namun tetap tegap. Terpaksa berhenti karena mereka benar-benar menghadang jalan.

Ryan melihat Azam sekilas, lalu kembali memfokuskan pandangan pada gadis cantik didepannya, “Finally.” Ujarnya seraya terus menatap Nia yang mengerjap menatapnya. “Finding you.”

Kulit putih bersih, netra cokelat terang, surai panjang menutupi punggung berwarna kecokelatan. Ryan telah menemukan apa yang dia cari selama ini!

Azam berdecih. Dia sedang berada diantara pemeren drama klasik anak SMA? Tidak tahan manahan geli, Azam segera menubruk dua bahu yang menghadang jalan-nya hingga leluasa melanjutkan langkah.

“Anj*ng! Lo mancing gue?!” Ryan dengan napas memburu, menatap emosi punggung Azam yang terus melanjutkan langkah.

“Tunggu, gue ambil umpan!” Balas Azam tenang dan santai. Heh, dikira mancing ikan?

Nia menatap punggung Azam dengan sedih.

•  •  •

“Ajim, Ara mau pesen ini, ya?”

“Hm.”

“Yeay!” Ara menekan kata 'beli' disana, kembali menyodorkan handphone kearah Azam agar mengirim uang melalui transfer.

The Princess Priceless.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang