•Tingkah Ara•

1.9K 203 21
                                    


Warning!
Kawasan Uwu! 🚧

Happy Reading


Azam memarkirkan motornya secara random diluar garasi, membuka helm-nya dan segera berjalan menuju pintu rumah yang tertutup.

Dia mengetuk-kan jari disana beberapa kali, tidak ada sahutan. Sepertinya Bi Inem sedang sibuk didapur dan demi mengurung Ara agar tetap aman berada didalam rumah.

“Ajiiimm!”

Azam melipat kedua tangan didepan perut.

“Bi Inem, ada Ajim! Ayo bukain pintu, Bi Inem!”

Azam terkekeh geli saat mendengar suara Ara didalam.

Pintu terbuka, Ara dengan binaran dan sorakan senangnya langsung memeluk Azam. “Ajim kenapa lama? Katanya jam empat, sekarang setengah lima, tuh!” Komentar Ara dengan bibir mengerucut. Dia sudah memakai baju cantik dan rambut diikat menjadi satu. Bi Inem yang mengurusinya tadi.

“Mau kemana?”

Ara mendongakkan kepala, menatap Azam bingung namun juga sedih, “Tapi, mau cari novel untuk Ara.” Ujar Ara pelan dengan wajah redup.

Azam menarik bola mata keatas dengan kerutan didahi, pura-pura sedang berpikir keras, “Kapan aku ngomong?”

Ara mengerjap pelan, kedua sudut bibirnya tertarik kebawah dengan sedikit bergetar. Melepas pelukannya pada Azam seraya memundurkan langkah.

Azam terkekeh, “Here we go!” Ujarnya seraya mengangkat Ara dan dibawa berlari masuk kedalam rumah.

Tawa Ara langsung terdengar.

•  •  •

Ara melihat-lihat dengan serius blurb cerita dibelakang buku itu, tugas membaca-nya hanya ketika membeli saja. Untuk isi cerita, akan dia serahkan pada Azam.

“Cari buku yang halamannya sedikit.” Komen Azam dari belakang tubuh Ara, menyenderkan tubuhnya di-rak buku tinggi dibelakangnya.

“Ara mau yang banyak, Ajim.”

“Baca sendiri.”

“Ini Ara lagi baca!”

Azam memutar bola mata dengan malas. Berbalik untuk mengambil buku secara random dibelakangnya lalu disodorkan didepan Ara. Jelasnya, buku yang jauh lebih tipis dari yang dipegang Ara.

“Berternak sapi? Kita, kan, nggak punya sapi, Ajim. Atau dibeli dulu?”

Azam merampas buku itu dari tangan Ara untuk dikembalikan ditempat semula. Inginnya yang pendek, malah semakin ribet!

Ara memajukan bibir dengan kesal, mengerang saat Azam semakin menariknya kedepan.

“Cepet tentuin buku-nya, Ra.” Ujar Azam malas, kembali bersandar di-rak buku itu. Seharian ini, dia benar-benar tidak mendapat istirahat dan ingin segera pulang kerumah.

“Lima, ya, Ajim?”

Azam tidak terkejut lagi, karena Ara pernah meminta satu keranjang buku, “Satu.”

“Lima! Ara mau lima novel.”

“Yang dirumah belum kebaca semua. Jangan buang-buang duit.”

“Ara nggak buang, Ara buat beli novel.” Ara tetap kekeh dengan permintaannya.

Azam menggigit bibir dalam menahan gemas, “Intinya, aku nggak mau bayar kalau kamu ambil lima.”

The Princess Priceless.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang