Chapter 6

146 8 3
                                    

Kami berlima lalu bergandengan tangan & membentuk pola lingkaran. Alkash mulai berkonsentrasi untuk membuat kami semua menjadi invisible lagi sementara Caesar berusaha mengalihkan perhatian dari 60 makhluk 'ajaib' yang mengepung kami dengan kemampuan telekinesisnya. Aku, Romeo dan Delilah berkonsentrasi menggabungkan kekuatan untuk membuat sebuah portal perlindungan bagi kami berlima.

Seekor Ibis memulai penyerangan dengan mengeluarkan bunyi yang sangat memekakkan telinga. Dia menyerang kami dari atas menggunakan cakarnya yang tajam, namun berhasil ditangkis oleh sebuah batu yang ternyata diarahkan oleh Caesar. Dan kemudian hal yang mengejutkan terjadi.

Ibis yang telah diserang tadi berguncang beberapa detik dan tiba-tiba berkembang menjadi 2.

Oh. My. Sh*t.

"Damn!!!" Seru Caesar jengkel.

Shock sudah pasti terpampang dengan jelas diwajah kami. Tapi beruntungnya, kami sudah 'full invisible' jadi makhluk-makhluk itu tak dapat melihat ekspresi kami. Apa Maid itu memang berniat untuk memusnahkan kami semua sampai tak ada yang tersisa?

Kulihat semua makhluk sejenis Digo & Ibis celingak-celinguk mencari kami yang tiba-tiba menghilang. Hah! Rasakan! Sekarang kami berpencar untuk menghantam mereka satu-persatu.

Alkash & Romeo mengambil langkah ke bagian timur yang dipenuhi oleh Ibis-ibis kebingungan. Mereka berteleportasi ke atas Colosseum untuk mengambil batu dan berteleportasi lagi hingga menaiki salah satu punggung Ibis yang-entah-asli-atau-KW. Batu yang mereka ambil tadi lalu dilemparkan kepada mata si Ibis. Alkash bagian kanan & Romeo sebelah kiri. Ibis tersebut terkejut akan serangan mendadak itu dan wajahnya menampakkan raut kesakitan. Namun itu hanya berefek sementara. Ibis itu lalu bergoncang hebat hingga membuat Romeo & Alkash sampai terjatuh dari punggungnya. Dan kejadian yang sama pun terjadi seperti kejadian Caesar.

Apa ini? Mereka menggandakan diri setelah kesakitan?

Lain halnya dengan Caesar. Dia lebih memilih untuk mengambil langkah ke sebelah barat yang dipenuhi oleh kawanan Digo menyeramkan. Cih, sok sekali dia. Mau melawan musuh sebanyak itu hanya dengan kemampuan telekinesisnya yang tak seberapa. Lihat saja, pasti sebentar lagi dia akan meminta bantuan kita.

Seekor Digo lalu mulai berlari ke arahnya dan menyerangnya menggunakan cakarnya yang tajam. Namun, gerakan Digo kalah cepat dengan hantaman batu yang diarahkan Caesar ke kepalanya. Digo tersebut terhuyung-huyung ke belakang lalu berguncang. Dan lagi-lagi, terjadi penggandaan diri. Ibis & Digo yang lain juga mulai tak mau berdiam diri. Mereka maju satu persatu ke hadapan Caesar.

"Emm...Guys! I think I need a little help here!!" Seru Caesar kepada kami.

Nah, kan? Benar dugaanku.

Telekinesis Caesar hanya mampu berkonsentrasi melawan seekor Digo sedangkan sisanya berusaha memojokkannya ke sudut ruangan. Romeo dengan cepat mengambil sebuah batu lalu berteleportasi ke punggung seekor Ibis dan melakukan trik yang sama pada mata Ibis itu. Namun, lagi-dan lagi, semua usahanya sia-sia.

"Sh*t! How can we defeat them?!" Gerutu Caesar.

Jika para lelaki berusaha melawan pasukan-pasukan itu menggunakan kekuatan mereka, maka sangat berbeda antara aku dan Delilah yang mencari celah untuk menyerang mereka menggunakan otak kami.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hakuna MatataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang