PROLOG

64 10 9
                                    

Matahari masih bersinar dengan teriknya. Dia berhenti dan menghela nafasnya, seakan-akan ingin menyerap seluruh energi yang dipancarkan oleh matahari. Deburan ombak yang saling berkejaran menjadi simfoni pengiring kegalauan hatinya.

Dia bingung.

Dia benar-benar bingung. Seharusnya tidak seperti ini akhirnya. Dia pergi untuk menelaah kembali perasaannya. Dia pergi untuk mengetahui apa yang benar-benar dia mau dalam hidupnya. Namun kini dia justru berada di ambang kebingungan. Dia ada di titik tengah sebuah pilihan besar. Antara harus mundur lagi, berhenti, atau terus maju.

Dia bingung jalan mana yang harus dia lalui. Tangan mana yang akan diraihnya. Di saat semua kenangan dan kenyataan saling berhamburan memenuhi pikirannya, membuatnya seperti kehilangan arah.

Sekali lagi dia menghela nafasnya. Kali ini dengan dalam-dalam. Sembari memandang jauh ke garis cakrawala, berharap dia segera menemukan jawaban atas kebingungannya.

Dia memandang ke sekeliling pantai yang masih ramai itu, seakan-akan teriknya matahari tak mampu mengalahkan keinginan orang-orang untuk menikmati keindahan sebuah pantai tropis. Orang-orang terlihat gembira, saling bersenda gurau satu sama lain seakan-akan tidak ada beban dalam hidup mereka.

Matanya menatap kosong ke arah mereka. Sejenak dia hanyut dalam pikirannya yang kalut.

Ketika tersadar, dia kembali menatap ke sekeliling. Kini lebih jauh lagi dia memandang. Tepat saat itu, matanya menemukan satu sosok yang dikenalinya. Dia tak bisa melepaskan pandangan dari orang itu dan seketika semuanya nampak kabur. Tertutupi air mata yang tiba-tiba membentuk selapis kaca tipis di matanya, menyisakan satu titik fokus untuknya.

Semakin dekat, semakin mendekat, semakin terlihat jelas sosok itu. Semakin orang itu mendekat, semakin deras pula air matanya. Semakin sesak hatinya dipenuhi segala macam emosi. Bahagia, marah, kecewa, dan rindu.

Aneh.

Kini dia sama sekali tak menemukan setitikpun kegundahan di hatinya. Kebingungannya seketika hilang tak berbekas. Logikanya mengatakan bahwa dia masih perlu memikirkan segala rencananya lagi, tapi hatinya seperti menunjukkan hal lain.

Apakah ini jawaban dari segala kebingungannya?

***

Hello semuaaa! Gimana kabarnya?
N O V I T A S A R I   akhirnya hadir dengan cerita fiksi nih

Gimana pendapat kalian tentang Prolog cerita ini?
Share di comment yaaaa :)

Oh iya, meskipun Prolog di publish hari ini (Selasa, 30 Juni 2020)
Chapters selanjutnya akan di publish setiap hari Minggu malam yaaaa

Sampai jumpa di chapter selanjutnyaaaa
Hope you like this story :)

Jangan lupa vote dan comment yaaaaa

N O V I T A S A R I
30.06.2020


Recalling SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang