BAB II

48 8 8
                                    

Orang-orang lalu lalang kesana kemari. Ada yang berjalan dengan santai ada pula yang berlari dengan tergesa-gesa seolah-olah mereka sedang dikejar oleh sesuatu. Terdengar suara manusia yang berbicara satu sama lain dan suara gesekan roda-roda yang beradu dengan lantai. Suara pengumuman keberangkatan dan kedatangan yang terus menerus menggema melalui speaker-speaker yang ada di seluruh penjuru bangunan raksasa itu, seolah-olah tak pernah lelah mengingatkan orang-orang kapan mereka akan menuju tujuan mereka. Agar orang-orang tak tertinggal oleh apa yang akan membawa mereka ke tujuan masing-masing.

Di sinilah Kinan berada. Menghela nafas setelah perjalanan panjang yang dilaluinya, setelah dia melewati proses pemeriksanaan di bagian imigrasi bandara. Hampir sebelas jam waktu yang diperlukan untuk mencapai tempat ini, belum lagi waktu menunggu dan proses panjang di bandara yang memakan waktu hampir tiga jam, benar-benar menguras tenaganya.

Kinan sekali lagi menghirup nafas dalam-dalam setelah dia berada di luar bangunan raksasa yang menaunginya, Male International Airport. Meskipun saat ini sudah malam, langit masih cukup terang. Di tambah lagi dengan penerangan yang ada di sekitar bandara menjadikan pemandangan langit malam di sekitar bandara ini menjadi kian menakjubkan.

Ini adalah perjalanan jauhnya setelah beberapa tahun. Ini juga pertama kalinya dia menempuh perjalanan yang begitu lama. Dulu saat dia kuliah, tempat terjauh yang dia datangi adalah Thailand. Tentu saja perjalanannya tak memakan waktu yang cukup lama seperti perjalanan yang baru saja di tempuhnya. Belum lagi, saat ini pemeriksaan di bandara menjadi lebih ketat dan lebih rumit. Bukan hanya sekedar pemeriksaan diri, barang bawaan dan imigrasi saja yang harus dilalui, tapi pemeriksaan kesehatan juga. Selain itu pemeriksaan barang bawaan juga menjadi lebih ketat.

Memang sekarang bepergian ke luar negeri sudah lebih bebas dari beberapa tahun lalu, tapi tetap saja banyak protokol baru yang harus dilaksanakan. Belum lagi protokol yang memang sudah ada semakin diperketat. Ini semua terjadi karena peristiwa yang terjadi beberapa tahun lalu. Pandemi yang terjadi karena sebuah virus yang dengan mudah menyebar ke seluruh dunia, pandemi virus corona 2019 atau orang-orang lebih mengenalnya sebagai covid19. Kalau mengingat masa-masa itu, Kinan hanya bisa menghela nafasnya dalam-dalam. Betapa banyak kesulitan yang di alaminya saat itu. Jika melihat apa yang ada saat ini, betapa pandemi bisa benar-benar mengubah seluruh tatanan yang ada.

Tapi itu semua kini sudah tidak ada artinya lagi bagi Kinan. Kalau dibandingkan peristiwa yang terjadi padanya beberapa hari yang lalu. Sebuah kejadian menyakitkan yang membuat dunianya seakan-akan runtuh. Bagas calon suaminya bersama dengan Mikhaela. Mengingat peristiwa tiga malam yang lalu membuatnya sesak, seakan-akan ada batu besar yang dijejalkan ke dadanya, menghambat jalan pernafasannya.

"Maldives. Akhirnya sampai sini juga." Kinan bergumam dengan penuh kesedihan.

Maldives memang menjadi salah satu tempat yang ingin dia kunjungi. Dengan segala pesona dan keindahan pantai tropisnya, Maldives selalu membuat Kinan bahagia meskipun hanya dengan membayangkannya saja. Berkali-kali Kinan membayangkan betapa bahagianya dia ketika bisa menjejakkan kaki dan melihat segala keindahan Maldives. Apalagi dengan Bagas yang ada di sampingnya. Kini dia benar-benar telah sampai di tempat impiannya, namun dengan keadaan yang sangat jauh berbeda dari apa yang selalu dibayangkannya. Dia ada di sini sendiri. Patah hati. Melarikan diri dari kenyataan yang dia sendiri enggan untuk mempercayainya.

Dia menengok ke sana kemari untuk melihat moda transportasi apa yang bisa dia gunakan untuk meninggalkan bandara itu. Setelah menimbang-nimbang cukup lama, akhirnya Kinan memutuskan untuk menggunakan taksi menuju hotel yang akan menjadi tempatnya menginap selama ada di sini. Di sepanjang perjalanan dari bandara menuju hotel, Kinan hanya melihat keluar dari jendela taksi yang ditumpanginya. Menatap segala pemandangan di sisi jalan sambil lalu. Entah mengapa meskipun raganya sudah ada jauh dari kota tempat tinggalnya, pikirannya sendiri sepertinya masih tertinggal di sana. Di malam itu. Di restoran itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Recalling SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang