Pagi kali ini terasa berbeda bagi gadis yang tengah mengikat rambut pirang miliknya. Gadis itu tak berhenti tersenyum pada bayangan dirinya di cermin. Ia terlalu senang akan berangkat bersama pria yang datang menemuinya semalam.
Setelah semuanya sudah rapih, gadis itu mengambil tas navy miliknya dan bergegas keluar dari kamarnya. Ia menuruni anak tangga seraya bersenandung kecil. Matanya menangkap kakak nya sudah menunggu di meja makan.
"Lama!" cibir Andra saat Denaya duduk dihadapannya.
"Suruh siapa nungguin," sahut Denaya santai.
Andra tak membalas. Baginya, ini terlalu pagi untuk memulai adu mulut dengan adiknya. Ya sudah pasti, adiknya lah yang akan menjadi pemenang setiap kali berdebat.
Tak butuh waktu lama untuk Denaya menghabiskan nasi goreng yang dibuatkan oleh Bi Inah. Gadis itu mengambil segelas air untuknya minum.
Denaya mengecek ponsel miliknya. Benar saja, sudah ada notif dari pria itu. Gadis itu bangkit dari duduknya dan langsung menyalami tangan kakaknya yang masih menghabiskan makanannya.
"Kak, aku berangkat." pamit Denaya seraya menyodorkan tangannya untuk salaman dengan Andra.
Andra menengok ke arah adiknya yang berdiri di sebelahnya, "Gak bareng kakak?"
Denaya menggeleng sembari tersenyum lebar. "Bareng kak Bara. Dia udah ada di depan."
"Ekhem, saya mencium aroma aroma asmara cinta disini." ucap Andra ala-ala manusia indigo yang pernah ada di siaran televisi.
Pipi Denaya kini merona karena godaan Andra. "Cuma berangkat bareng aja,kok!"
"Gapapa kalo suka Bara juga. Kakak gak ngelarang, kok. Kamu beneran suka?" tanya Andra yang tampak serius pada Denaya.
Denaya menggigit bibir bawahnya. Ia sangat malu mendapatkan pertanyaan seperti itu dari kakaknya. Lalu ia mengangguk pelan.
Andra terkekeh melihat adiknya yang tengah malu. Lalu ia memberikan tangan kanannya untuk disalami oleh adiknya. Dengan segera Denaya menyalami tangan kakaknya.
"Hati-hati, ya." ujar Andra yang diacungi jempol oleh Denaya.
Andra menyimpulkan senyumnya saat kepergian Denaya. Adik kecilnya kini sudah beranjak dewasa. Padahal dari kecil, Denaya tidak pernah mempunyai teman cowok. Dan sekarang, adiknya itu bahkan sudah menyukai laki-laki. *Eh, bukan berarti dulu Denaya lesbi dan sekarang normal ya.*
Denaya memakai sepatu sekolah miliknya di teras rumah. Setelah selesai ia segera menuju ke luar gerbang rumahnya. Denaya mendapati laki-laki yang berada diatas motornya.
"Maaf, lama," ucap Denaya membuat laki-laki itu langsung menengok ke arahnya.
"Gapapa. Nih, pake." perintah Bara memberikan satu helm berwarna biru.
Gadis itu mendengus kesal. "Ck! Gak peka banget," dongkol Denaya meraih helm itu dari tangan Bara.
Bara terkekeh melihat gadis itu kesal. Ia meraih kembali helm dari tangan Denaya. Ia menarik lengan gadis itu agar jarak mereka semakin dekat. Cowok itu sibuk memasangkan helm berwarna biru agar pas dan nyaman dipakai oleh Denaya. Terakhir ia mengaitkan tali helmnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vlieger [HIATUS]
Novela Juvenil"Sebenarnya kita ini apa?" Kita saling menjaga tapi juga saling terbebani. Kamu yang terbebani oleh perasaanku, dan aku terbebani oleh sikapmu. Kamu menjaga agar tak ada kecewa, dan aku menjaga agar tidak terlalu jauh menyelami hati yang tak pernah...