"Teruntuk Adhitya Bara Rantelino; Tanpa di mintapun aku akan tetap berjuang. Entah, kamu peduli atau tidak."
.
.
Happy Reading❤
••••••••••••••••••••••••••••••••••••Denaya kembali ke arah kelasnya bersama Putri setelah membeli makanan di kantin. Sedangkan Ocha dan Febi sedang pergi ke kantor guru untuk urusan lain. Mereka melenggang dengan santai. Koridor pun tak terlalu ramai karena bel masuk sebentar lagi.
"Nay, kamu beneran deket sama kakak kelas itu?" tanya Putri yang sepertinya sangat ingin tahu soal rumor yang beredar tentang temannya ini.
Denaya menghentikan langkahnya lalu mengernyit. "Kakak kelas yang mana?"
"Kak Bara, Nay. Banyak yang ngomongin kamu tau," ujar Putri yang ikut berhenti melangkah.
Bukannya menjawab, gadis dengan kunciran kuda itu memilih untuk tertawa. Ia merasa gosipan tentang dirinya sudah menjalar ke seluruh sekolah.
"Astogeee...itu siapa yang gosipin?" tanya Denaya yang tak henti tertawa.
"Ish, bukannya jawab malah ketawa," omel Putri aneh melihat teman kelasnya itu. "Banyak kali yang ngomongin kamu, Nay."
"Sekedar adik kakak aja, kok." Ucap Denaya. Denaya merasa ragu akan perkataannya tadi. 'Sekedar adik kakak?', memangnya ada ya perlakuan seorang kakak yang seperti itu?.
"Bilang aja kamu suka. Aku bisa liat itu di mata kamu," Goda Putri menaikkan satu alisnya.
Denaya di buat tertawa lagi. "Sok paranormal kamu, Put."
"Beneran, ih!" kekeh Putri.
"Balik ke kelas aja, yuk?!" ajak Denaya menarik tangan temannya itu.
Keduanya pun melangkah untuk pergi ke kelas. Denaya merasa tidak nyaman saat di tanya hubungannya dengan kakak kelasnya itu. Toh, ia hanya menjalani apa yang ada. Ia tidak terlalu memikirkan hubungannya dengan Bara. Ya, walaupun terkadang pertanyaan seperti itu muncul. Namun, segera ia buang dari pikirannya. Ia juga tidak berani bertanya kepada Bara tentang maksud kebaikannya dan perhatiannya. Ia takut membuat Bara menjauh darinya.
Baru beberapa Denaya dan Putri melangkah. Tiba-tiba sebuah tangan menarik tangan Denaya untuk masuk ke dalam toilet.
Denaya mengernyit saat mendapati tiga perempuan di hadapannya. Ia beradu pandang dengan Putri. Ia tidak mengenal ketiga perempuan itu. Namun, bisa di lihat dari nametag nya, mereka bertiga berasal dari kelas sebelas.
"Lo, Denaya?" tanya salah satu dari ketiga perempuan itu. Dia tak lain adalah Delia.
Denaya yang di tanya pun mengangguk. "Iya, kenapa?"
Delia menyalakan ponselnya dan memperlihatkan sebuah foto laki-laki yang terpampang jelas menjadi wallpaper ponsel nya.
"Lo kenal dia?" tanya Delia.
"Kak Ba... Bara?" Denaya berbalik bertanya. Ah, mengapa ia menjadi gugup begini. Apa karena di hadapannya ini adalah kakak kelasnya?.
Anjir, ini toilet tumben amat sepi. Batin Denaya merasa tidak nyaman.
Delia mematikan lagi ponselnya. Lalu ia melipat kedua tangannya di depan dada. "Iya, kak Bara. Ada hubungan apa lo sama dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Vlieger [HIATUS]
Ficção Adolescente"Sebenarnya kita ini apa?" Kita saling menjaga tapi juga saling terbebani. Kamu yang terbebani oleh perasaanku, dan aku terbebani oleh sikapmu. Kamu menjaga agar tak ada kecewa, dan aku menjaga agar tidak terlalu jauh menyelami hati yang tak pernah...