Bisik alam resapkan pesan-pesan tak jemu,
Tentang lelaki berawak tegap dan pemilik gurat senyum tulus yang menyentuh.Aku menghela nafas, kembali diserukan untuk berdialog dengan langit.
Tentang ia yang miliki mata indah hingga aku terjangkit.
Sedikit lah ia bersua, sudah mampu buatku cinta.Sepertinya imajiku tak lagi waras,
Membayangkan tautan alismu saja buatku seolah insan yang berbangga bisa menyaksikannya.
Waktu seakan menciptakan skenario dan potret pertemuan kita.Tepat di lubuk terdalam, seribu tanya menyeruak.
Entah siapa yang akan mampu menjawabnya."Siapa kamu sebenarnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Ruang untuk Mengenang
PoesíaUntuk tetap mengenang, meski kisahnya telah usang.