01

244 82 113
                                    

Aku, aku hanyalah angin lalu bagimu. Yang menerpamu setiap saat, tapi tidak pernah kau hiraukan

Raina Keylani

.
.
.
.

Teng ... teng ....

Bunyi lonceng istirahat, membuat para murid berhamburan keluar kelas untuk pergi ke kantin. Ya, kantin adalah sasaran empuk bagi para siswa-siswi di sekolah manapun. Terlihat ada yang pergi ke taman, ataupun pergi bertemu dengan teman kelas lain. Seperti saat ini, siswi berpostur pendek, rambut sebahu yang tergerai indah berwarna coklat alami, dan tatapan teduhnya menjadi nilai plus untuk siswi manis ini. Ah, tidak lupa dengan senyum manis yang tercetak indah di bibirnya itu.

Siswi manis itu menghentikan langkahnya di depan kelas bertuliskan Kelas 12 IPA-1. Senyumnya semakin lebar, tidak sabar untuk bertemu dengan pujaan hatinya.

"Raina!" panggil seseorang menghentikan langkah siswi manis tadi.

Ia menoleh, dan tersenyum lembut kepada sahabatnya itu.

"Dev, ada apa?" ucap Raina dengan suara lembutnya.

Devina Syella kerap dipanggil Devi, sahabat baik dari Raina Keylani. Ia menghampiri sahabat tersayangnya itu.

"Dia tidak ada di kelas, mungkin ke perpustakaan," ucap Devi.

Raina mengangguk mengerti dengan sebutan dia yang di maksud Devi tadi. Devi satu kelas dengan dia orang yang di carinya itu.

"Baiklah, aku nyusul dia dulu ya, Dev."

Setelah pamit Raina lansung pergi ke perpustakaan, ia tidak sabar ingin bertemu dengan kekasihnya.

"Semoga kau tidak sakit hati melihat hal yang ada di perpustakaan nanti Rain, maaf aku tidak memberitahumu. Aku ingin kau sadar, bahwa dia itu tidak mempunyai perasaan sama sekali kepadamu," gumam Devi sedih mengingat sahabatnya itu yang sudah cinta mati terhadap kekasihnya.

Devi pun memutuskan berjalan untuk menyusul Raina di perpustakaan.

Raina mengedarkan pandangannya. Mencari sosok pria tampan dengan sorot mata yang tajam, seperti itulah prianya. Ia tersenyum senang saat sudah menemukan pria yang dicarinya itu.

Raina berjalan mendekat dengan senyum yang mengembang. Ia bisa melihat jelas, kekasihnya sedang duduk membelakanginya dengan seorang gadis yang juga sedang duduk di hadapan kekasihnya.

Senyum manisnya luntur seketika saat melihat tatapan kagum gadis itu kepada kekasihnya. Terbesit rasa cemburu, ia ingin marah, tapi apa yang bisa dilakukannya. Ia tidak boleh egois bukan, kekasihnya saja tidak risih dengan kehadiran gadis itu.

"Jadi begitu caranya, jika ingin mendapatkan hasil soal nomor dua."

"Oh iya, kau benar. Terimakasih sudah membantuku, kau sangat cerdas." Puji gadis itu dengan penuh kekaguman.

Sayup-sayup Raina mendengar obrolan mereka.

Raina telah sampai, ia berdiri di samping meja tempat duduk mereka.

"Hai," sapa Raina ramah. Ia tersenyum manis mencoba menyembunyikan raut wajah sedihnya.

Gadis itu menoleh ke Raina, kemudian membalas senyumman ke Raina.

"Raina, yuk duduk di sini," ajak gadis itu dengan gembira.

Raina tersenyum, lalu duduk di samping pria yang tadi dicarinya itu.

Raina menatap pria itu dengan lembut, "Ternyata kau di sini, aku tadi ke kelasmu mencarimu."

"Hm."

Give Me Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang