05

69 20 21
                                    

***

Jangan pernah bermain hati, kenapa? karena percayalah rasa sakit yang dirasakannya itu tiada tara.

***

.
.
.
.
.

Kring ... kring ... kring ....

Bunyi alarm dari jam beker yang tak jauh dari pemiliknya, tak mampu untuk membangunkan gadis manis yang sedang asik dengan bunga mimpinya itu.

Cklek!

Terdengar suara pintu terbuka, dan terdapat wanita yang terlihat sedang tersenyum manis ke arah sang anak yang masih terlelap dengan tidur nyenyaknya.

"Rain, bangun sayang," ucap Yuli dengan lembut mengusap kepala Raina.

Raina hanya menggeliat pelan sebagai responnya.

"Sayang, bangun nanti terlambat loh masuk sekolahnya," ucap Yuli lagi.

Tidak lama kemudian Raina bangun dengan mata yang masih terbuka pelan, terlihat begitu lucu raut wajah Raina saat ini, membuat Yuli tak tahan untuk tidak mencubit pelan pipi Raina.

Raina meringis pelan. "Ssshh ... sakit Ibu."

Yuli terkekeh lalu dengan sigap ia mulai mempersiapkan air hangat untuk Raina mandi nanti, ia mengurus segala keperluan Raina sebelum berangkat sekolah. Mulai dari menyisir rambut, memakaikan dasi, bahkan untuk memakai kaos kaki pun Yuli yang akan memakaikannya, sehingga Raina hanya terima jadi. Raina sebenarnya merasa tidak enakan kepada ibunya yang memperhatikannya begitu detail, tapi Yuli sendiri yang mengatakan gak usah menolak apa yang Ibu lakukan, cukup terima dan diam, Ibu tidak ingin kamu kecapean. Itulah yang selalu Yuli katakan, jika Raina ingin mengurus dirinya sendiri.

"Nanti berangkat sekolah bareng kakak aja ya, Rain?" ucap Naufal yang kini sudah rapi dengan penampilannya.

"Iya, Kak."

"Wajahnya kenapa murung begitu?" tanya Naufal pelan. Ia sedikit heran melihat wajah Raina yang pagi-pagi sudah murung begitu saja.

Raina hanya diam tidak menjawab pertanyaan kakaknya itu dan melangkahkan kakinya keluar rumah.

"Dasar cewek!" batin Naufal sambil menghela napas kasar.

***

"Rain, jadi ya gitu ... aku harus bagaimana?" tanya Devi.

Devi mengerutkan dahinya, ia bingung kenapa Raina sedikit aneh hari ini.

"Rain? Raina?!" sentak Devi.

Raina tersadar dari lamunannya. "Eh ... a-apa, Dev?"

"Kau kenapa, Rain? dari tadi kau tidak mendengar perkataanku sama sekali." Devi mengerucutkan bibirnya kesal terhadap Raina. Bagaimana tidak, ia sudah berbicara panjang lebar dan tau-taunya Raina tidak mendengarkan sama sekali.

"Maaf, Dev. Aku hanya sedikit kurang fokus," balas Raina dengan wajah bersalahnya.

Devi mengangguk pelan. "Ada masalah? cerita aja Rain, gak usah dipendam sendiri, ada aku."

"Ehehehe ... gak kok, yuk kembali ke kelas!" ajak Raina yang sudah bangkit dari duduknya.

Ya, saat ini Raina dan Devi sedang berada di taman sekolah, tempat biasa Devi dan Raina untuk menenangkan pikiran dan juga tempat untuk bercerita.

Mereka pun berjalan beriringan menyesuri kelas mereka masing-masing karena Devi berada di kelas 12 IPA-1 sedangkan Raina 12 IPA-2.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Give Me Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang