5th petals : someone that filled up my mind

195 26 3
                                    

Beomgyu membuka kedua matanya perlahan, mengerjapkannya berkali-kali. Ia mengerutkan alis ketika fokus pandangannya kembali, dan mendapati dirinya ada di sebuah kamar. Ruangan kecil itu adalah kamarnya, jelas saja. Dilihat dari tempelan di dinding yang tidak berubah atau pajangan yang masih setia berdiri di tempatnya.

Tapi, kenapa?

Ia lalu duduk di atas ranjang, selimut coklat masih menyelubungi kaki. Pakaiannya sudah berganti menjadi piyama biru tua miliknya.

Beomgyu menatap sekitarnya, seingatnya tadi ia masih berada di luar rumah, di tengah perjalanan menuju festival. Lalu apa yang diucapkannya, dan tahu-tahu pandangannya menggelap.

"Sudah bangun?"

Ia tersentak dan mendapati sang ibu tengah menutup pintu kamarnya sambil membawa nampan berisi segelas susu dan roti panggang lalu berjalan menghampirinya.

"Kau tidur lama sekali. Soobin bilang kau tertidur di mobil, jadi ia membawamu pulang kembali dan menggendongmu sampai kamar."

Apa?

Ia tidak tidur. Jelas sekali. Kesadarannya hilang, bukan karena tertidur. Ada sesuatu yang disembunyikan orang itu, ia tahu itu. Laki-laki itu seperti mengenalnya, memahami dirinya dengan begitu baik, tapi tetap menjaga jarak.

Apa mereka pernah bertemu?

Atau justru sungguhan saling mengenal, bukan di waktu yang sekarang, tapi di tahun-tahun yang sudah terlewati banyak?

"Ibu..."

Beomgyu menahan tangan sang ibu yang hendak beranjak. Wanita itu mengerutkan alis, lalu duduk di pinggir ranjang.

"Ada yang ingin kutanyakan, tapi tolong katakan dengan jujur."

Sesuatu yang disembunyikan itu bukan hanya ada pada diri Soobin tapi juga yang lain. Sang ibu, dan mungkin juga beberapa yang lain. Siapa yang tahu. Mungkin juga Taehyun tahu. Atau juga Yeonjun, dan kakaknya. Tapi mereka kini berada dalam jarak yang tidak bisa dijangkaunya.

Terlebih karena memang ia yang sengaja menjauh. Mengambil jalan yang terlampau berbeda hingga terasa mustahil bahkan walau hanya sekedar bersinggungan sedikit.

"Apa yang kalian sembunyikan dariku? Aku tahu sejak awal bahwa ada yang menghilang dari bagian ingatanku, aku mungkin bisa sedikit menebaknya tapi aku juga ingin mendengar jawaban ibu---"

Beomgyu itu anak pintar sebenarnya. Hanya sayang, jalan hidupnya melenceng terlalu jauh dari apa yang orang-orang di sekitarnya harapkan. Kedua orang tuanya sejujurnya tidak ingin terlalu peduli, selama sang anak menikmatinya dan tidak menimbulkan kerugian apapun, itu tidak masalah. Tapi rasa kecewa itu tetap saja ada.

Ah, satu lagi, intuisinya juga tajam.

"---Soobin itu siapa?"

.
.

Beomgyu berjalan menyusuri trotoar sepi. Langit sudah gelap, ia pingsan cukup lama kelihatannya. Kardigan coklat muda membalut tubuhnya, sesekali merapatkannya ketika angin malam menerpa. Langkahnya perlahan, kedua kakinya hanya dialasi sandal karet berwarna krem.

Ia tidak tahu kemana tujuannya.

Sang ibu tidak mengatakan apapun atas pertanyaannya. Wanita itu hanya menarik nafasnya, lelah, lalu mengusap punggung tangannya perlahan. Dan pergi dari kamarnya.

Ia kesal, jelas saja. Lalu berakhir dengan berjalan tak tentu arah menyusuri jalanan yang dulu pernah dilaluinya ketika masih kanak-kanak dulu. Banyak yang berubah, memangnya apa yang kau harapkan dari tahun-tahun yang dilalui bukan di sini. Kalaupun ada yang tidak berubah, itu hanya satu dua hal saja.

Soobin mengenalnya.

Itu sudah pasti. Walau di sudut ingatan miliknya yang manapun, tidak ada sosok laki-laki itu sedikit pun. Tapi bisa saja keliru. Di tahun-tahun yang pernah dilaluinya ada bagian yang menghilang. Dan ketika diingat kembali rasanya jadi janggal.

Dulu, ada sebuah rumah besar tidak jauh dari rumahnya. Penghuni aslinya hanya tiga orang dengan anak laki-lakinya yang hanya satu tahun lebih tua darinya. Ia ingat itu, karena sang anak biasanya sering terlihat bersama Yeonjun, dan jauh lebih pendiam darinya, makanya menarik perhatian.

Hanya itu saja.

Ingatannya hanya sampai di situ. Ia bahkan tidak ingat, apa anak laki-laki itu pernah menyebut namanya, apa Yeonjun pernah memanggil namanya, ataukah---

---apa mereka pernah sempat berkenalan kala itu?

Semuanya buram. Satu-satunya yang bisa diingatnya, hanyalah bahwa anak itu tinggal di rumah besar dengan papan nama keluarga Choi tertempel di tembok pagar rumahnya.

Ah.

Beomgyu menghentikan langkahnya, sebuah mobil berwarna putih yang terparkir di depan sebuah mini market menarik perhatiannya. Berapa kali dalam satu hari ini ia melihatnya? Rasanya seperti sengaja berkeliaran dalam jarak jangkaunya.

Sosok yang dikenalnya itu tengah bersandar pada pintu mobil, sebelah tangannya menggenggam gelas kertas yang mengepulkan asap dan tangan satunya memegang ponsel. Perhatiannya jelas sekali tertuju pada benda kotak itu, dengan jari-jari yang sesekali bergerak di atas layar. Pakaiannya masih sama seperti tadi siang, saat ia berkunjung ke rumahnya, dan saat mereka berdua pergi ke festival. Orang ini kelihatannya tidak pulang sama sekali setelah mengantarnya ke rumah.

Ngomong-ngomong, soal anak di dekat rumahnya itu, apa anak laki-laki tak dikenal dulu itu, adalah orang yang sama dengan laki-laki ini?

.
.

Soobin menarik nafas keras. Kentara sekali emosinya sedang tidak baik-baik saja. Satu jam ia berdiri di depan minimarket, hanya membeli segelas kopi hitam, sebuah roti kemasan dan sebungkus rokok. Ia baru akan menghabiskan malam di tempat ini ketika rentetan pesan singkat masuk dalam chatroom miliknya ketika ia mengaktifkan kembali ponselnya.

Isinya sama.

Mereka semua mencarinya. Jelas saja, hari ini ada rapat penting, dan ia sebagai sang direktur justru menghilang, melimpahkan segalanya pada sang asisten dan mengabaikan segalanya lalu berakhir di rumah keluarga Choi.

Apa yang sebenarnya tengah dipikirkannya?

Sang ayah jelas akan marah padanya. Walau tidak lagi berada di perusahaan yang sama dengannya, laki-laki paruh baya itu masih terus mengawasinya, memastikan segalanya berjalan lancar sesuai rencana dan tidak ada satupun yang melenceng.

Tapi ia sedang kacau, terlalu lama berada di tempat memuakkan itu, ia hanya khawatir kalau justru ia akan lebih mengacaukan segalanya daripada sekarang.

Sedikit kacau tidak akan terlalu bermasalah, daripada sepenuhnya kacau. Toh sang asisten sebenarnya lebih dari cukup untuk menggantikannya sementara.

Soobin meremas gelas karton yang kosong, menyalurkan sedikit emosinya walau itu tidak berimbas sama sekali. Pikirannya masih kacau, dan hatinya masih kalut, sejak bertahun-tahun bahkan hingga kini.

"Soobin-hyung?"

Ia tersentak, seketika menoleh. Mendapati sosok pemuda---yang sebenarnya bahkan hanya satu tahun lebih muda darinya, kini tengah menatapnya bingung.

Apa lagi sekarang?



.
.
(Continued to 6th petals)
.
.

Hai~

WB-ku kayaknya parah sekali. Terakhir update ini tiga bulan yang lalu dong. :')

Yang lainnya update menyusul ya.

See you~

LANTANA || SooGyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang