Versi Zoran
Kadang-kadang aku suka mengingat-ngingat memori tentang Alkin. Waktu itu kami masih PAUD, dia adalah gadis yang mengajak bermain ku terlebih dahulu. Aku dulu masih malu-malu.
"Hei, main bareng sama aku yuk!" ujarnya dulu di kelas.
"Eh, iya. Nama kamu siapa?"
"Oh, iya kenalin Alkin Risan. Kalau kamu?"
"Zoran. Zoran Bungsu."
"Kita main rumah-rumahan yuk! Kamu jadi ayahnya, aku ibunya, biar Ustadzah Dayang jadi anaknya!"
"Boleh, boleh"
Kami pun asik bermain. Sampai akupun tersadarkan dari lamunanku. Aku sedang membaca buku di Perpustakaan Kota kemudian melamun dan melihat sosok gadis berhijab dan tasnya.
Tasnya itu... Aku ingat sekali... Tas hitam berjenis ransel Reebok yang disletingnya ada gantungan kelinci warna pink kuning. Itu adalah Alkin!
"Alkin!" aku pun teriak memanggilnya.
Dia pun menoleh dan melambaikan tangan. Senyumnya sama seperti dulu ketika kami mulai berkenalan. Kenapa dia jauh-jauh ke sini?
.-.
Versi Alkina
Pagi ini aku bangun lebih pagi. Lain dari biasanya, kali ini aku memberanikan diri untuk mulai melangkah pergi. Ibu kota telah memasuki babak baru. Ketetapan new normal telah memperbolehkan beberapa sarana publik untuk buka kembali. Tujuanku hari ini adalah Perpustakaan Kota. Kudengar, di masa "new normal" ini perpustaan kota sudah mulai beroperasi kembali. Ya... optimisku mengatakan aku bisa menyelesaikan tugas kuliah dengan sempurna di sana.
Usai sholat subuh, lansung ku mengarah ke dapur, memasak sarapan lebih awal untuk ayah dan bunda. Dikarenakan aku akan pergi, alhasil harus ku tunaikan tugas rumah lebih pagi.
Sarapan sudah siap di atas meja, tak menunggu lama langsung ku panggil Ayah dan Bunda. "Yah... Bunn, sarapan sudah siap" , teriakku dari arah ruang makan. Tak lama Ayah dan Bunda menghampiri. "Waduh ada apa ni, tumben pagi sekali", tanya Bunda keheranan. "Ini lo, rencananya Alkina mau berangkat ke perpustakaan kota pagi ini, berhubung tugas Kina banyak yang belum selesai jadi harus datang lebih pagi gitu loh bun kesananya, biar pulangnya ga kesorean juga hihi", jawab ku pada Bunda. "Oh gitu, yaudah kita makan bersama ayo", balas Bunda.
Ditengah perbicaraan makan Ayah berkata, "Menu andalan Kina nih, Tempe goreng tepung, favorit Kamu sama Zoran dulu, inget kalau jaman kamu masih SD, tiap Zoran main kerumah pasti mintanya dimasakin tempe goreng tepung, iya kan Bun?" tanya Ayah. "Bukan favorit lagi Yah, doyan itu namanya, apa kabar ya Zoran sekarang, sudah besar pasti dia sekarang", balas Ibu. "Yang pasti sekarang dia udah ga cengeng lagi dong Bun hihihi, Kina juga rindu, semoga suatu hari bisa kumpul lagi ya Bun".
...
Seusai mandi pagi, dilihat jam dinding telah menunjukan pukul 08.45 WIB, dengan perasaan panik, langsung berpakaian dan menyambar tas hitam kesayangan yang telah di 'packing' dari semalam. "Ayah...Ibu... Kinaa pamit, assalamu'alaikum" dengan rusuh aku salam ke pada ibu dan Ayah dan bergegas pergi.
...
Tak perlu waktu lama untuku asalkan buku yg dicari telah ketemu, dengan cepat aku selesaikan semua tugas. Senang rasanya bisa pulang lebih cepat.
Waktunya pulang, dengan perasaan kembira akhirnya tugas bisa ku selesai tepat waktu. Saat melangkah ke arah pintu keluar, tiba tiba terdengan suara dari arah belakang, persisnya di meja baca di sebrangku.
"ALKINA?", seorang laki-laki putih, kurus berkacamata memanggilku.
Memercingkan dahi sejenak, dengan cepat dapat aku kenali siapa sosok laki-laki lesu di barisan meja baca itu.
"ZORAN!!!", kulambaikan tanganku dan menyapanya.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/230287534-288-k901941.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happen with Zokin
Teen FictionZoran dan Alkin, sepasang sahabat dan tetangga masa kecil yang berpisah. Kemudian, hidup mempertemukan mereka lagi, apa yang terjadi?