#5 Salah Sangka

8 1 0
                                    

Versi Zoran

Waktu sudah menunjukkan pukul 7.30 pagi. Aku sudah menunggu di halte bis dengan motor kesayanganku, honda warna hitam dan sepasang helm yang aku siapkan untuk Alkin. Dari kejauhan ku bukan melihat langkah kaki seseorang tapi motor merah marun yang datang dari kejauhan. TERNYATA ALKIN BAWA MOTOR SENDIRI.

"Lah, kamu kenapa bawa motor sendiri? Padahal kan motor aku aja cukup," tanyaku ketika dia sudah mendekat dan memberikan senyuman hangatnya.

"Kan kita beda rumahnya jauh juga kan beberapa km. Nanti biar kamu ga usah anter aku ke rumah. Sesimpel itu alasannya, Zoran. Haha!"

"Aduh, padahal aku mau ke rumah kamu abis ngopi. Sedih deh."

"Iya boleh atuh, kalau gith alasannya biar aku ga usah nganter kamu ke rumah. Apalagi kamu kan ga bisa ngebonceng. Huh."

Kami pun melanjutkan perjalanan ke daerah kabupaten. Aku sangat menikmati perjalanan ini walaupun dengan diam, dia mengekori ku dengan baik. Mulanya ada pepohonan sedikit kemudian menjadi teduh dan rimbun. Kebun-kebun pun bertebaran dimana-mana. Tak kadang ada sawah yang kami lewati.

"SAMPAAAAI!"

Tertulis di papan 'KEDAI KOPI BAJU BESI'

.-.

#Versi Alkina

"Bekal cemilan? Sudah, tumblr? Ada, dompet? Aman, kamera? Oh ini dia."

"Kin, ngapain kamu bawa bawaan banyak gitu, bukannya mau ke kedai ya? disana juga pasti banyak makanan," tanya Bunda heran.

"Buat jaga-jaga bun, takutnya lapar di jalan, kalau ga di makan juga bisa dikasihkan ke orang di pinggir jalan, itung-itung sedekah gitu"

"Hmm... Terserah kamu Kin, bawa motor sendiri?"

"Iya lah bun, emang bun mau pulang-pulang anaknya ada di UGD?, Zoran belum bisa bonceng bun, lagi pula pulangnya bisa langsung ke arah rumah masing masing bener ga bun?"

"Kamu ini ada-ada aja, yaudah hati-hati di jalan. Salam dari Bun buat Zoran."

"Insya Allah, Siap Kaptenn!!!, Kina pergi dulu. Assalamu'alaikum!"

"KINN ITU SEPATUNYA BARU SEBELAHH!!"

...

Baru saja kemarin memikirkan Zoran, takdir begitu tak terduga. Nyatanya sekarang kita kembali berjumpa, Alhamdulillah... Sungguh nikmat Tuhan manakah yang dapat kamu dustakan?

Dari kejauhan sudah nampak sosok pria dengan motor hitam di samping halte bis.

Zoran nampak kecewa melihat aku membawa motor sendiri, padahal dia telah sedia dengan sepasang helm hitam di motornya.

Tapi tak apa, petualangan tetap kami lanjutkan. Perjalanan yang panjang tak terasa lelah, karena alam menyuguhkan pemandangan yang begitu indah, sungguh sangat kagum akan ciptaan-Nya.

Finally, bangunan aestetik yang diimpikan semakin nampak di depan mata. Sungguh senang bisa menyelesaikan perjalanan, petualangan yang sungguh mengesankan.

"Wait..kenapa sepatuku cuma sebelah?"

Aku memakai sepatu sebelah... Sendal sebelah...

***

What Happen with ZokinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang