#7 Foto Bersama Pertama

10 1 0
                                    

Aku sebenarnya sangat suka berfoto apalagi kalau difotoin. Kaya model aja gitu. Moodku langsung naik dan pikiranku teralihkan.

"Yuuk!!!"

"Kang, tolong fotoin, yak," pinta Alkin kepada pelayan di kedai.

Kami pun saling melemparkan senyum ke kamera. Aku dengan kemeja abu-abu dan Alkin dengan kerudung hitam. Aku meletakkan tangan di kedua pinggang. Begitu pula Alkin tetapi hanya sebelah.

"Ini udah, Teh," pelayan tersebut mengembalikan gawai kepada Alkin.

"Wah bagus, Ran. Liat!"

"Ih, iya! Bagus ya. Kirimin dong ke aku."

"Ntar, mau diedit dulu, ah haha."

Alkin pun sibuk mengedit foto. Ia menambahkan foto bagian dirinya kaya akun alter di twitter: kacamata selam dan gelembung. Ia menambahkan background oren dan dedaunan yang indah. Aku senang melihatnya fokus seperti itu. Seperti dulu waktu SD, dia kalau ngerjain ujian matematika. Pasti paling lama karena saking fokusnya. Orang-orang udah selesai, ia masih berkutat dengan soal-soal.

"Nih, udah jadi!"

"Waah, keren banget. Kamu jago edit foto yah!"

"Alkin gitu, loh!"

.-.

Versi Alkina

Mendengar Zoran setuju dengan tawaranku, kita pun mulai bersiap untuk mengambil foto. Kebetulan ada pelayan kedai di dekat kami, dengan spontan aku memintanya untuk mengambil foto kami berdua.

"Siap ya mas mbak, satu... dua... tiga", aba-aba dari sang fotografer (pelayan kedai) dengan logat khas Jawa nya.

"Sip, hatur nuhun, kang (terima kasih, kak)" sahut Zoran.

Kami pun langsung melihat hasil jepretan mas pelayan tadi. Tak disangka, hasil foto kami cukup bagus. Seketika muncul ide di kepalaku untuk mengedit foto pose lucu ini. Aku harap Zoran dapat tersenyum dengan editanku.

"Nih, udah jadi!"

Respon Zoran sungguh bersemangat. Pupil matanya melebar, petanda ada kebahagiaan baru yang dirasanya.

Syukur bila editanku membuatnya senang. PR besar buatku, adalah mengembalikan senyumnya. Semoga dia tidak terlarut dalam kesedihannya yang lalu.

"Cofee latte atas nama Kina?" seorang pelayan lain mengantarkan pesanan ke meja kami

"Yeayy, pesananku datang, Zo, mau coba?"

"Tidak, sudah bosan dengan latte."

"Yaa sudah, kalau aku habiskan jangan menyesal!"

Kami pun asyik mengobrol sesekali diselingi candaan, terlebih Zoran tak jarang meledek ku korban tragedi sepatu sebelah hari ini.

Pada akhirnya, hari yang panjang mengantarkan kami pada perpisahan, dengan dibekali cerita dan semangat baru atas projek- projek yang baru kami rencanakan saat di kedai tadi, kami pun saling bertitip harapan dan berpamitan.

Sore ini Zoran tidak jadi mampir ke rumah, dikarenakan dia ada janji dengan teman bisnisnya. Kami berpisah di persimpangan jalan, mengarah ke tujuan masing masing.

Sangat diluar ekspektasi~

***

What Happen with ZokinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang