Versi Zoran
Kami pun duduk di luar kedai yang pemandangannya berupa bukit yang sangat hijau. Banyak pepohonan menjulang. Tak kadang, burung-burung asyik berkicauan. Eh, tapi kok ada yang aneh dari Alkin. DIA CUMA PAKAI SEPATU SEBELAH! dan satu lagi pake sendal swallow warna hijau. Sangat original.
"Kin, kamu ceroboh banget, sih," protesku kepada Alkin.
"Iya, hehe, maaf. Ayuk atuh kita pesan dulu menunya. Ada kopi latte ga?"
"Eh, iya atuh iya. Ada nih. Aku mau mocachinno aja."
Kami pun menunggu pesanan kami datang. Dengan pemandangan yang sangat mendukung buat mencari inspirasi ataupun ide, aku memulai obroloan dengan Alkin.
"Kin, sibuk apa kamu?"
"Sibuk kuliah, Ran. Biasalah mahasiswa aktivis. Sibuk sana-sini. Kamu sibuk apa, Ran?"
"Aku belum bisa cerita...."
Ada raut kebingungan dalam wajah dia. Aku belum siap menceritakannya kepada dia. Cerita terburukku. Aku tidak mau mengingatnya lagi. Bisa sangat sentimental aku jika mengingatnya.
"Ya, udah gapapa," senyum dia menenangkan, "aku cuma mau titip pesan jadilah terus baik walaupun orang lain menghakimu tidak baik. Allah Mahatahu kamu melakukan apa kan?"
Aku pun mengangguk dan terdiam sambil menyeruput minumanku. Hening. Diam. Membisu.
.-.
Versi Alkina
Zoran yang mulai turun dari sepeda motornya, perlahan melihat ke arahku, dirasanya seperti ada yang janggal.
"Kenapa Kin? Ada yang salah?"
"Anu, Ran sini deh"
Zoran pun mulai mendekat, dilihatnya ke arah kakiku..
"Bhahaha, mau kemana kamu neng? mau ngelawak apa gimana?"
"Yee, malah ketawa, bantuin mikir kenapa? sumpah ini aku malu banget Ran gimana nih?"
"Yaudah bagus gitu sih Kin biar keliatan anak hipster, wkwk."
"Bercanda mulu. Pokonya ga mau tau Ran, kamu harus tutupin sepatu kaca swallow ini sampai kita duduk didalam nanti, atau ga aku pulang nih."
"Ya kali pulang, tau jalan pulang aja engga kamu, yaudah sini aku tutupin kamu sambil jalan, ampun deh Alkin... Alkin... "
"Nah gitu dong, baru nih sahabat terkece badai"
" Kapan maju nya nih?"
"Yaudah ayo, keburu haus ngobrol disini"
Sungguh jika ada rekaman sisi tv, adegan ini sungguh memalukan. Kami jalan saling berhimpitan demi menutupi pemandangan kakiku yang tidak mengenakan ini.
..
Akhirnya kami duduk di tempat yang dipilihkan Zoran, di rooftop bernuasa vintage. Bagus juga selera tempat Zoran, aku tidak menyesal dibawa kabur olehnya ke sini.
Sambil menunggu pesanan, kita membahas topik kesibukan masing-masing. Ditengah pembicaraan Zoran menunjukan raut wajah yang aneh. Seperti banyak hal sulit yang telah dia lewati belakangan ini, tapi dia hanya memendamnya sendirian, persis kebiasaan masa kecilnya. Tidak mau mencurahkan hal selama hatinya belum tegar. Aku hanya memberi petuah dan petunjuk padanya. Dalam hati, melihat dia seperti ini aku tak sanggup. Hanya bisa berharap semoga dia cepat pulih dengan luka yang dia rasa saat ini.
Saat suasana berubah menjadi hening, aku berinisiatif untuk mengajaknya berfoto, semoga dia bisa terhibur dengan ini dan melupakan topik serius yang sempat terucapkan tadi.
"Ran, foto yuk?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happen with Zokin
Teen FictionZoran dan Alkin, sepasang sahabat dan tetangga masa kecil yang berpisah. Kemudian, hidup mempertemukan mereka lagi, apa yang terjadi?