Usapan demi usapan di lakukan Axelle pada pipi Aluna dengan lembutnya. Kecupan-kecupan bahkan tidak lepas dari aksi Axelle setelah ia tadi ia berhasil melucutu pakaian Aluna dan membaringkan wanitanya di atas ranjang dan kini telah berada di bawah kungkungannya.
Di usapnya sebentar bibir Aluna dengan lembut sebelum akhirnya Axelle memberikan lumatan yang pastinya membuat Aluna terbuai dan membuatnya mengeluarkan erangan. Gigitan dirasakan oleh Aluna di bibir bawahnya membuat ia tambah mengerang. Usapan-usapan bahkan jambakan kecil di lakukan Aluna pada rambut pendek Axelle yang terlihat sedikit basah. Ciuman Axelle perlahan-lahan turun kearah leher Aluna. Gigitan-gitan yang di lakukan Axelle di area lehernya membuat Aluna mencengkram lengan Axelle dengan kuat.
Hinggaa...
Suaranya dering ponsel yang berbunyi membuat Axelle lantas menghentikan aksinya memberikan gigitan di kedua puncuk dada Aluna. Sediki mengangkat kepalanya melihat ponselnya yang berada di atas meja kecil samping tempat tidur. Tanpa kata lagi, ia mulai mengganti posisi menjadi duduk dan mulai ergeser sedikit untuk mengambil ponselnya. Aluna mengusap dahinya yang terdapat beberapa bulir keringat. Menarik sebuah selimut untuk menutupi tubuhnya yang tidak mengenakan apapun. Melihat kearah Axelle yang masih menggunakan singlet dan celana pendek yang berjalan kearah jendela sembari menerima telpon. Sementara Axelle menerima telpon, Aluna mengedarkan pandangannya kearah bawah lantai, melihat bajunya dan dalemannya berada disana. Menghela nafas sebentar kemudian Aluna mulai turun dari atas ranjang mengambil bajunya dan memakainya kembali. Tepat setelah Aluna selesai memakai baju, Axelle berhenti menerima telpon.
" Sayang... Aku ke rumah Papa Eza dulu ya.. Bentar aja.. "
" Ehh? Kenapa? "
" Kata Papa sih, ada urusan sebentar, aku gak tau urusan apa, tapi dari nada suaranya Papa, kayaknya urusannya serius banget deh "
" Umm, ya udah.... kamu mandi dulu gih, aku siapain bajunya "
Axelle hanya tersenyum, kemudian memberikan kecupan dipipi Aluna sebentar setelahnya ia berlalu kekamar mandi.
Setelah memilihkan baju untuk Axelle. Aluna membereskan tempat tidur mereka yang terlihat sedikit berantakan karena, yahh kalian taulah pasti karena apa kalau kamar suami istri berantakan itu alasannya apa.. iya kan...
Tak butuh waktu lama untuk Aluna membereskan kamar mereka. Begitu juga dengan Axelle yang sudah selesai dengan ritual mandinya.
" Aku udah siapin baju kamu, aku mau liat anak-anak dulu "
" Ehh bentar dulu dong " Cegah Axelle saat tadi Aluna hendak ingin berlalu
" Kenapa? "
" Urusin suamimu dulu dong sayang.. Pakeinn bajuunyaa... sekalian dalemannya juga.. "
" Axelle ihhh.... kamu tu ya, tadikan udah... "
" Aku kan minta pakein baju Yang.. bukan minta yang itu.. tapi kalau kamu mau yang itu sih ga apa-apa, ayo.. " Godaan dari Axelle bukannya membuat Aluna malu malah membuat Aluna kesal lantas saja ia langsung memberikan cubitan di pinggang Axelle.
" Udah ihh, pake bajunya, katanya mau ke rumah papa Eza ada urusan ihh, kamu ini.. kasihan papa Ezanya nunggu lama nanti.. "
" oh iya lupa Yang... hehe "
" Udah ahh, mau lihat anak-anak dulu...oh ya, kamu mau aku siapin sarapan dulu atau gimana? "
" Nanti aja deh Yang, Papa tadi juga nyuruh cepetan kesananya "
" Umm, ya udah.. "
" Yang.. "
" Hmm? " Aluna yang sempat ingin berlalu tadi menatap kearah Axele "
" Kalau aku pulang cepet nanti, kita lanjutin ya.. "
Aluna tidak menjawab. Ia malah memilih keluar langsung dari kamar dengan sedikit membanting pintu. Gak keras-keras banget sih.. masih tenaga wanita pada umumnya kok.
***
Lima orang yang kini tengah duduk di ruangan di kediaman Eza nampak sangat tegang. Eza yang sejak tadi mencoba menahan emosinya dengan terus mendengus kasar. Axelle yang tidak berhenti menatap kearah seorang wanita, siapa lagi jika bukan adiknya Axelle, Aqila dan seorang laki-laki di dekatnya dengan lekat, bahkan Axelle tidak mengalihkan atensinya dari keduanya.
" Papa sangat kecewa dengan hal ini.. " Suara tegas dari Eza membuat Aqila yang sejak tadi menundukkan kepalanya tambah menunduk. Sementara Ve, sejak tadi sudah tidak tau harus mengatakan apa.
" Papa membiarkanmu memilih sekolah yang kamu suka, dan mengijinkan kamu sekolah di luar karena papa percaya sama kamu, tapi apa--- " Eza mendengus dengan kesal
" Kamu menghancurkan kepercayaan papa begitu saja.. "
" Ma-maafin Qi-qila Pa... Tapi Alan janji akan tanggung jawab kok, iya kan Lan? " Aqila yang sejak tadi menunduk memberanikan dirinya untuk menatap mata Eza, tapi hanya sebentar karena ia tidak pernah membayangkan wajah Eza ternyata saat marah sangat menakutkan. Ia menoleh kearah Alan, laki-laki yang berada di sebelahnya. Alan terlihat mengangguk menanggapi pertanyaan Aqila tadi.
Eza menatap kearah Alan, mulai bangkit dari sofa dan mendekat kearah Alan. Axelle membelelakkan matanya saat Eza menarik kerah baju Alan, dan hendak ingin memberikan pukulan pada Alan namun di tahan oleh Ve.
" Terserah kalian sajalah.... " Eza berlalu dari ruangan keluarga itu
" Eza... Za... " Ve menghela nafas. Menatap kearah Aqila yang kini menatapnya dengan sendu. Ve sebenarnya kasihan dengan anak bungsunya yang sejak kepulangannya mendadak ke rumah. Apalagi dengan membawa seorang laki-laki yang tidak Ve tau siapa. Setelah dengan sedikit gemetar Aqila menjelaskan apa maksud dan tujuan ia pulang kesini dan menjelasksan siapa laki-laki itu membuat emosi Eza naik seketika.
" Mama, juga sama dengan Papa, kecewa sama kamu.. "
" Ma...maafin Qila.. Mama.. " Aqila menggigit bibirnya saat melihat Ve berlalu menyusul Eza. Alan yang sejak tadi sudah duduk di dekat Aqila kini membawa kepala Aqila untuk bersandar di dadanya. Iya, Alan tau, ini juga karena kesalahannya dan keteledorannya. Jika saja waktu itu dia tidak kelepasan. Mungkin ini tidak akan terjadi.
Axelle yang melihat adiknya itu menangis tidak tau harus bagaimana. Dibilang kecewa, iya, Axelle juga kecewa. Tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi.
" Qila... "
Aqila yang tadi bersandar di dadanya Alan kini mengangkat wajahnya dan menatap kearah Axelle. Aqila mulai bangkit dan dari duduknya dan menghampiri Axelle kemudian langsung memeluk tubuh kakaknya itu.
" Kak, maafin Qila... Qila tau, Qila salah... maafin Qila.. "
Axelle hanya menghela nafas, kemudian memberikan elusan lembut di kepala sang adik.
" Tentu saja Papa sama Mama kecewa dengan ini semua, kamu tidak pernah cerita ke mama kan kalau kamu punya kekasih.. Kamu hanya menceritakan kepada mama kalau kamu hanya memiliki beberapa teman laki-laki biasa... berjanji ga macem-macem.. Papa sama Mama percaya itu.. Tapi apa, kamu mengecewakan mereka.. Jelas Papa dan Mama sangat marah Qila.. "
" Maafin Qilaa.... " Aqila terus menangis di dalam pelukan Axelle..
" Udah, udah jangan cengek... Kamu lagi hamil kan.. Gak baik buat bayinya jika lihat mamanya nangis terus.. "
Axelle memawa wajah Aqila untuk menatap dirinya. Menghapus air mata adiknya dengan lembut.
" Udah jangan nangis, nanti biar kakak bicara baik-baik dengan Papa sama Mama ya.. udah dong...cengek anget sih dari dulu.. " Axelle memberikan cubitan di pipi Aqila..
" Sakit... " Aqila menjauhkan tangan Axelle yang mencubit pipinya,
" Kamu kekamar ya, istirahat.. Kakak ada perlu sama kekasih kamu "
" Tapi-- "
" Qila... " Potong Axelle
Aqila tidak menjawab, ia hanya menganguk dan mulai bangkit dari duduknya dan berlalu meninggalkan dua laki-laki itu untuk berada di ruang keluarga.
" Sini.. " Tegas Axelle kearah Alan, Alan terlihat menelan ludahnya saat melihat tampang garang milik Axelle.
Dengan pelan, Alan mendekat kearah Axelle. Hingga
Bugghhh
Satu pukulan mendapat di pipi Alan.
" Huhh... akhirnyaaa.... " Ucap Axelle saat setelah tadi memberikan satu pukulan di pipi Alan. Melihat Alan yang tersungkut membuat Axelle menjulurkan tangannya untuk membantu Alan berdiri. Dengan sedikit ragu Alan menerima uluran tangan dari Axelle.
" Sorry bro... sejak tadi gw pengen banget ngelakuin itu waktu tau lu udah hamilin adik gw "
Alan tidak menjawab ia hanya menundukkan kepalanya.
" Jangan kek cewek deh.. angkat kepala lo.. "
Alan masih belum bergeming
" Apa perlu gw bantu.."
Mendengar hal itu lantas membuat Alan langsung menatap kearah Axelle.
" Nah gitu dong, gw gak gau adik gw dapaet cowok lemah.... gw hargai lu yang sudah ingin bertanggung jawab atas apa yang lo udah lakuin ke adek gw.. "
" Gw tidak masalah, asal adek gw nyaman sama lo, sekarang gw tanya... lo serius dengan adik gw kan "
" Se-serius kak " Jawan Alan dengan sedikit tergagu
" Jawab yang tegas dong "
" Serius..!! "
" Nah gitu baru cowok, yang lo perluin sekarang... minta restu papa gw "
" Eh? aa-- "
" Kalau emang elu serius sama Aqila, ya harus gitu.. tapi kalau emang elu-- "
" Baik, akan saya lakukan... " Tegas Alan, Axelle menyunggingkan senyuman kecilnya
" Bagus "
" Ya sudah.. Ayo.. "
***
" Ashh, sakit "
Alan mengaduk saat obat merah yang sudah di tuangkan pada kamar menyentuh bibirnya yang sedikit robek
" Maaf ya, kamu jadi kayak gini.. " Aqila menggigit bibir bawahnya saat melihat banyaknya lebam di pipi Alan karena mendapat amukan dari Eza tadi.
" Enggak apa-apa, demi dapetin kamu, aku tidak masalah di hajar oleh papa kamu.. "
" Seharusnya aku kenalin kamu dengan baik-baik ke mama sama papa, tapi malah.. "
" Udah, semuanya udah terjadi, aku juga minta maaf ya... Aku tidak bisa mengontrol diriku, seharusnya aku menjaga kamu.. tapi malah-- "
" Umm, ini kesalahan kita berdua...tapi kamu serius kan sama aku? "
" Kalau aku tidak serius, saat tau kamu hamil, aku lebih baik milih kabur Qila.... dan tidak perlu babak belur kayak gini. Gak masalah banyak babak belurnya, yang penting dapet restunya papa kamu "
" Ihh kamu ih.. " Aqila menekan dengan keras kapas itu kearah lukanya Alan
" Auhh, sakit.... Kamu gak niat nih.. "
" Kamu kayak kakak aku, suka gombal.. apa laki-laki sukanya gombal terus ya.. "
" Aku gak gombal Qila.. Aku serius loh.. "
" Sayang kamu.. " Kata Qila tiba-tiba
Sementara itu,
Terlihat ada tiga orang yang mengintip Aqila dan Alan yang berada di ruang tengah.
" Bener kan Pa kata Axelle, mereka itu saling suka... "
" Hmmm.. " Jawab Eza
" Tapi, Pa... Papa serem juga waktu mukul wajahnya Alan, anak orang itu pa.. main nonjok-nonjok aja.. "
" Cuma dikit "
" Dikit apanya, kamu gak lihat tuh mukanya " Omel Ve
" Ya, salah sendiri, burungnya main masuk kandang aja.. "
" Heh.. mulutnya.. " Mendengar ucapan Eza tadi otomatis membuat Ve memberikan sedikit sentilan
" Uhh sakit Yang... "
" Udah ah... Axelle pulang aja, kangen Aluna... Papa sih ngomong burung-burung... burung Axelle jadi meronta-ronta mau masuk sangkar.. "
" Axelleeee....!! " dengus Ve, tapi karena tidak mau mendapat amukan dari Ve, Axelle lebih memilih berlari dengan cepat.ーーーーーーーーーー
Halooooo apa kabar? ✌✌😂
Huhh... udah lama ga update cerita ini ya Wkwkwkwk😂😂
Maafkenn🙇🙇😫
Yahh gak tau ya, waktunya ada ide ehhh malah mager mau ngetik...
Waktu udh gatel mau ngetik malah gak ada ide 😏😏😌
Kan kmpret😣😣
Hah....
Masih ada yang nungguin kah? 👀👀
______________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Gaje [ HIATUS ]
RandomHanya sebuah cerita dari Keluarga Axelle. Squel dari '' Balada Eza family '' [ Start 8 April 2020 ]