The Phantom Feel of His Hand

141 22 20
                                    

Aku tidak sakit, tidak juga sedang merajuk.

Sikapku amat baik semingguan ini. Tanya saja nana, dia pasti bilang begitu.

Karena itu,

dad, tolong ajak aku keluar bersama kalian.

"Sabar ya, sayang." Draco membelai puncak kepalanya, "Kalau kau jadi anak baik, dad akan membawamu ke pertandingan Quidditch selanjutnya."

Kemudian dia berpesan sebelum pergi. "Dengarkan ibumu."

Jangan pergi, dad.

Hal-hal seram terjadi saat aku sendirian di rumah.

Dad—

Pintu yang tertutup adalah sinyal yang mengabarkan datangnya angin kencang dan petir yang menggelegar. Semua anak bersembunyi di tempat aman (atau di bawah selimut) sampai badai itu berlalu. Akan tetapi, hal itu tidak berlaku bagi Atropa Malfoy.

Anak perempuan itu menatap tajam lantai sambil meremas bajunya.

(D-dad....hiks...)

Badai yang mencekam berwujud manusia dan diselimuti oleh bayangan hitam. Berdiri di belakangnya dan menatapnya dengan sepasang mata yang tidak berkedip.

"Atropa," kata bayangan itu, "waktunya pemeriksaan."

—jangan tinggalkan aku bersama mum di sini.

xxxx

.

.

I Remember

(In search for someone missing)

Rozen91

Harry Potter © J. K. Rowling

.

.

oo...oo

xxxx

Semua ini terasa familiar.

Atropa bergerak antara sadar dan tidak sadar. Kakinya tangkas melompati juluran akar pohon yang jika tak diperhatikan akan membuatnya terjungkal. Kepalanya miring menghindari tangkai setajam duri yang bisa saja menggores pipinya. Kedua tangannya kuat mencengkeram bebatuan dan badannya ringan merangkak di atas tanjakan licin. Kedua matanya seolah terlatih untuk menangkap hambatan dan gerakan asing sekecil apapun sambil terus berlari. Kemudian ia menyembunyikan dirinya di dalam tanaman rimbun yang menelan tubuh mungilnya. Dan tinggallah sepasang permata kelabu yang fokus menatap seperti pemburu.

Semua itu ia lakukan tanpa kehilangan nafas.

Seolah Atropa tahu bagaimana cara mengontrol paru-parunya selama melakukan aktivitas berat itu.

Peluh meluncur mulus dari pelipis dan menetes jatuh dari dagunya.

Tes.

Sepasang mata bulat mengerjap. Ia terdiam beberapa lama lalu mengedarkan pandangan dengan alis tertekuk dalam. Terkadang Atropa sendiri tidak mengerti bagaimana bisa dia sampai di sini, tetapi siapa yang peduli? Mungkin saja ini hasil jerih payah adrenalin yang patut disyukuri.

I Remember (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang