Part 15. Aksi Pe-de-ka-te

12 1 0
                                    

❝Setiap perkataan yang kulontarkan adalah bagian dari pengharapan masa depan. -Felysia Aileen❞

PAGI ini dengan tidak tahu diri, Fely meminta Adnan agar mau mengantarnya ke sekolah. Sedikit mengancam jika menolak apa yang Fely mau maka akan membicarakan sesuatu yang serius pada Ayah-Arka. Tentu saja itu hanyalah gertakan semata. Namun di luar dugaan bahwa ternyata Adnan menerima permintaannya dengan senang hati. Malah ditambah menawarkan diri agar cowok itu saja yang menjemputnya nanti ketika pulang sekolah.

Maka dari itu, saat ini Fely sedang berdiri di depan teras sembari mondar-mandir menunggu kedatangan Adnan yang katanya beberapa menit yang lalu masih di jalan.

"Kok belum berangkat juga? Udah agak siang, lho."

Fely nyengir. "Eh, Bun. Aku lagi nungguin jemputan nih."

"Siapa?"

"Mas Adnan."

"Oh." Keyla manggut-manggut. "Enggak sama Haris? Bunda kira kamu sama Haris tuh pacaran."

"Hah?"

Fely agak terkejut. Bundanya ini dapat pemikiran dari mana dirinya berpacaran dengan Haris. Cowok pelit macam dia? Big no!

Lagi pula sejak kapan Fely merasakan sesuatu yang tidak biasa bila berdekatan dengan Haris?

Tunggu, Fely pernah.

Fely menggeleng kuat-kuat. Enggak. Enggak. Enyahlah pikiran-pikiran yang gak guna. Fel, tetap fokus sama rencana.

"Kenapa, Fel?" tanya Keyla. "Leher kamu kesemutan?"

"Ih, Bunda! Mana ada!"

Keyla terkekeh.

"Fely masih jomlo, Bunda."

"Lagi ngasi pemberitahuan biar Bunda promosiin kamu ke temen-temen Bunda yang punya anak cowok ganteng?"

"Bunda."

Keyla tergelak. "Bunda punya opsinya. Dia ganteng banget. Baik pula. Dan rajin menabung."

"As-salamu 'alaikum, selamat pagi!"

Suara dari arah pintu gerbang yang terbuka menginterupsi keduanya. Fely dan Keyla sontak saling pandang. Figur cogan tampan terpatri dalam pandangan. Adnan berjalan menghampiri seraya menyalami lengan Keyla. Memamerkan senyum lebar miliknya yang manis.

"Wa 'alaikumsalam wa rahmatullah!"

"Ayo, Mas! Kita berangkat sekarang!" ajak Fely semangat 45.

Adnan mengangguk. Lalu, menatap Keyla penuh perhatian. "Tante, saya pamit dulu. Maaf enggak bisa mampir. Mungkin lain kali."

"Iya gak apa-apa. Hati-hati di jalan. Jangan ngebut-ngebut, ya."

"Siap!"

"Bunda, i love you!" Fely melambaikan kedua tangannya yang terangkat. Seraya mempraktekkan kecupan jarak jauh melalui tangan kanannya yang diarahkan kepada Keyla.

Ternyata Adnan membawa mobil. Fely tidak menyangka bahwa Adnan orang tajir yang bekerja sebagai pelayan utama di kafetaria milik ayahnya.

Selama di perjalanan menuju ke sekolah, Fely bercerita banyak hal. Dimulai dari pelajaran apa saja yang akan dibahasnya di sekolah hari ini hingga pernyataan absurd Fely bahwa Adnan lebih menawan pagi ini.

AdiosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang