Y.O.U - 25

20 7 0
                                    

"gue di sini dulu deh" Kataku pada Zelin yang sudah bersiap-siap keluar dan menuju ke kantin bersama Leo

Akhir-akhir ini Zelin lebih sering menghabiskan waktunya bersama Leo daripada dirinya.Sebenarnya itu tidak menjadi masalah bagi Lisya,lagipula tidak seterusnya sahabatnya ini akan bersamanya,suatu saat nanti mereka pasti akan berpisah dan mengurusi urusan masing-masing sendirian.

Zelin kembali duduk dan membiarkan Leo dengan Vanno menunggunya di depan

"Lo ngga suka gue deket sama Leo ya?" tanya Zelin dengan raut wajah sedih

"yakali,masa gue ga suka kalo sahabat gue seneng" jelasku

"Lo sekarang lebih suka nyendiri dan jarang gabung,kenapa?kalo ada masalah cerita dong"

"ngga ada masalah apa apa,gue pengin sendiri aja,kadang gue ngerasa lebih tenang dan lebih bisa berpikir jernih kalo sendirian" ungkapku,Zelin menunduk

"Lo ngga tenang kalo ada gue disini?" tanya nya,mungkin ia tersinggung dengan perkataan Lisya barusan

"Bukan itu maksud gue Linn,ada banyak masalah yang sebenernya susah buat dijelasin,gue gamau nambah beban ke sahabat dan temen-temen gue,sorry ya Lin,nanti kalo gue udah bisa ngerangkai kalimat,gue pasti bakal cerita ke Lo" jelasku mencoba meluruskan

"gue ngerasa Lo semakin jauh Sya," kata Zelin yang sudah mengeluarkan air mata

"ya Ampun Zeliinnnn,gue ga mungkin jauhin Lo,astaghfirulah...gue suka kalo ada lo disini nemenin gue,tapi disisi lain juga gue gamau kaya ngekang sahabat gue buat terus-terusan sama gue,Lo punya waktu sendiri buat Lo sama Leo,ga mungkin kan gue nyuruh Lo buat nemenin gue terus dan dengerin curhatan gue tiap hari?pasti Lo bakalan bosen dan ga seneng,dan gue gamau liat sahabat gue gituuu" jelasku ikut meneteskan air mata

Kedua gadis ini saling tersenyum hangat lalu berpelukan,hati seorang perempuan memang sangat lembut,sampai mudah sekali tergores dan memaafkan.

"laaa...ga suka gue kalo udah nangis anjrit!" umpatku pada Zelin yang tengah sibuk mengelap air matanya lembut

Aku mengelap air mataku kasar,mungkin sampai kapanpun aku tak akan bisa selembut Zelin

"mereka kenapa si?" tanya Leo dari balik pintu,menonton adegan antara aku dan Zelin

Sedangkan Vanno hanya fokus pada Lisya yang terus-terusan meneteskan air mata,padahal Zelin sudah selesai menangis.Tangan lentiknya mengusap cepat setiap air yang sukses lolos dari mata coklatnya itu.

"Samperin yuk" ajak Leo,Vanno mengangguk

Baru beberapa langkah masuk dari pintu,ada seseorang yang meneriakkan nama Vanno,Vanno berbalik dan mencari sumber suara itu,ternyata itu suara Helin,dengan lari kecil Helin menghampiri Vanno yang masih berdiri didepan pintu.

"Makasih ya kemaren udah ngajarin gue gitar,nih gitar Lo" katanya seraya memberikan gitar berwarna hitam,Vanno mengambilnya tanpa membalas 'terimakasih nya' dengan kata 'sama-sama'

Helin tersenyum ramah,
"Lo ngga ke kantin?"

"ga" balas Vanno singkat,

"Nah pas banget,ini ada kue sama jus,sebagai tanda makasih gue,ini buat Lo,makan ya,semoga Lo suka" kata Helin lalu memberikan kotak makan berwarna biru pada Vanno,ia menerimanya,

"gue duluan ya" pamit Helin,dibalas anggukan oleh Vanno

Cepat-cepat Vanno masuk ke ruang musik yang disana sudah ada Leo,Zelin dan Lisya yang masih sibuk mengelap air mata nya.

"Kalian duluan aja,gue mau disini dulu" kata Lisya,mereka mengangguk lemas,pasrah menuruti perkataan Lisya,mungkin ia menang ingin sendiri saat ini

Y.O.U(hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang