Y.O.U - 14

56 9 4
                                    

"Lisya" Panggil ayahnya di meja makan

"iya yah?"

"kamu sudah tau tentang..." belum sempat ayahnya melanjutkan kalimatnya,ibu sudah cepat-cepat memberi kode pada suaminya ini agar tidak meneruskan kalimatnya

"tentang Kak Rendi dan keluarganya?" tanyaku cepat

Ibu menarik nafas panjang dan membuangnya pelan

"Ayah,Ibu" panggilku pelan,mereka melihatku

"Ayah sama ibu udah tau masalah ini dari kapan?" tanyaku dengan wajah serius

Ibu menatapku sendu

"kalian nyembunyiin ini dari Lisya cuma karna Lisya deket sama Kak Rendi?"

"iya nak" Ibuku mulai membuka mulut

"Ibu sengaja ngga kasih tau Lisya biar Lisya ngga benci sama Kak Rendi?" tanyaku lagi

"Ayah sama ibu gamau kamu punya dendam sama orang nak,Rendi juga korban,dia cuma nurut perintah orang tuanya,dia anak baik yang ga pantes kamu benci nak" jelas ibunya pelan

"ini urusan orang tua dengan orang tua nak" tambah ayahnya

"berarti Lisya boleh benci orang tua Kak Rendi?" tanyaku,yang membuat Ayah dan Ibu tercekat dan tidak bisa menjawab

Hening.

Hening.

Hening.

Hembusan nafas kasar keluar dari mulut Lisya

"Lisya cuma mau mereka ngerasain apa yang keluarga kita rasain"

Ayah melihat wajah putrinya

"Ayah sama Ibu ga pernah ngajarin Lisya buat jadi pendendam" kata ibunya yang membuat Lisya menatap miris dirinya

"Maafin Lisya yang ga bisa kaya kalian,Lisya bukan orang baik,Lisya ga bisa nahan dendam,nahan emosi,Lisya ga sopan,Lisya ga nurut sama kalian,Lisya ga bisa cuma diem dan sabar waktu disakitin orang,Maafin Lisya ya ayah ibu,Lisya belum bisa jadi kaya kalian" ungkapku tak kuasa menahan air mata yang sudah sejak tadi ia tahan

"Lisya udah kenyang" kataku sambil menghapus air matanya yang terus-menerus keluar,Lisya sudah tidak nafsu makan,melihat orang tuanya berwajah lesu saja sudah menghilangkan rasa pada makanannya

Dengan langkah lemas Lisya berjalan meninggalkan ruang makan dan kembali ke kamarnya.Kembali ketempat terbaik saat ia harus menangis dalam diam,menutup semua kekesalannya.Memilih tidur dengan niat melupakan semua kejadian pahit hari ini.

•••

"sebentar lagi rumah ini bakalan Ayah jual" kata ayah membuka percakapan

Lisya terkejut mendengar itu,ia kira dengan tidur akan membuat masalahnya menghilang atau setidaknya berubah menjadi ringan.

Ternyata tidur hanya bisa membuat kita sejenak melupakan beban hidup.

"Tadi malam ayah sama ibu sudah bahas ini,ibu setuju dan ayah harap kamu juga setuju" jelas ayahnya lagi,kali ini ayahnya lebih berani menjelaskan daripada tadi malam

"Lisya setuju kok yah,kalo menurut ayah yang terbaik" kataku mencoba pengertian

"Maafin Ayah sama Ibu ya syaa,nanti kita bakalan pindah ke rumah yang lebih sederhana" ucap ayahnya

"Iya ayah"

"masalahnya sebesar ini ya yah?sampe rumah pun dijual?" lanjutku bertanya

Ayah menarik nafas panjang,terlihat sangat berat untuk menjelaskan

Y.O.U(hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang