•Twelve•

7 3 0
                                    

~oOo~

Amel meremas jarinya yang berkeringat sejak tadi. Degup jantungnya berpacu sepuluh  kali lipat lebih cepat dari biasanya. Jika satu jam lalu Amel masih merasa biasa saja, kini dia justru merasa canggung dengan beberapa orang di depannya yang sejak tadi sudah menggodanya habis-habisan.

“Tante gak tau loh kalau pacarnya Yudi bakalan secantik ini.”

“Seleranya Yudi emang gak usah diragukan lagi dong Ma.” Alex menimpali dengan kekehan.

“Kalian udah berapa lama pacaran?” kali ini Papanya justru bertanya. 

Amel tidak tau harus berkata apa. Dia tidak berpacaran dengan Yudi bagaimana caranya mengatakan kalau mereka pacaran? Bahkan sebelum datang ke sini Yudi tidak mengatakan apapun.

“Kenapa gak ada yang nyaut? Enggak pa-pa kalau kalian baru pacaran,” ucap Mama Anna dengan senyum manis khasnya.

“Udah lah kalian itu, aku gak punya pacar salah sekarang giliran punya pacar masih aja salah.” Yudi mendengus. Benar-benar merasa aneh dengan sikap keluarganya itu.

“Mama sama Papa kan cuma mau tau sayang. Lagian Amel juga gak marah, malah dia senyum terus dari tadi.”

Yudi melihat ke arah Amel. Wajahnya terus saja merona sejak tadi.

“Kamu bisa masak? Mau temenin tante masak buat makan malam?”
Amel menatap ke arah Mama Anna lalu mengangguk. Tiba-tiba ingatan tentang Ibunya terngiang begitu saja. Dia ingat betul dulu dia sering masak bersama dengan Ibunya sebelum akhirnya Ibunya meninggal saat usianya masih terbilang kecil.

Mama Anna menarik tangan Amel lalu mengajaknya ke dapur. Di sana sudah ada banyak sekali bahan makanan yang akan mereka olah. Senyum Amel terbit saat itu juga. Membayangkan rasanya masak bersama yang sudah lama dia tidak rasakan.

“Kamu bisa masak apa, Amel?” tanya Mama Anna. Dia sudah memindahkan beberapa bahan makanan ke atas meja.

“Apa saja Tante, nanti Amel bantu Tante saja,” jawab Amel. Meskipun masih sedikit canggung, sebisa mungkin Amel bersikap bersahabat.

Mama Anna mengambil mangkuk yang berisi wortel dan memberinya pada Amel. Dengan senyum yang masih tercetak jelas, Mama Anna kembali memberikan Amel pisau dan papan, Amel tau maksudnya adalah dia disuruh membantu memotong wortel.

Amel mengiris sedikit demi sedikit wortel, membaginya menjadi beberapa bagian sedangkan Mama Anna sibuk dengan kegiatannya membuat bumbu.

“Kalian sudah lama pacaran ya?”

Amel menghentikan gerakannya. Menatap Mama Anna dengan tatapan bingung. Apa yang harus dia jawab jika sebenarnya mereka tidak pacaran?

Mama Anna menatap Amel. “Tante ngerti, pasti ini terlalu cepat ya buat kamu? Tapi tante seneng akhirnya Yudi bisa pacaran sama cewek .…” Mama Anna menjeda kalimatnya. Ia tersenyum penuh arti pada Amel lalu melanjutkan, “habisnya Yudi itu orangnya kaku banget. Irit ngomong sampai Tante bingung gimana caranya dia nanti bisa dekat sama cewek.”

Amel mengernyit, dia tidak mengerti dengan ucapan Mama Anna.

“Maksud Tante, apa sebelumnya Yudi belum pernah pacaran?”

Sedetik kemudian Amel terkejut dengan jawaban Mama Amel.

“Belum. Kalau dia enggak ngajak  kamu juga tante gak bakalan tau kalau Yudi punya pacar,” ucap Mama Anna sambil terkekeh geli seolah yang dia katakan tadi adalah hal yang konyol.

Amel lagi-lagi bingung. Apa Yudi tidak pernah mengenalkan Cahya pada keluarganya hingga mereka menganggap Amel yang bukan siapa-siapa adalah pacar Yudi? Amel menggeleng. Dia melanjutkan aktivitasnya lagi. Urusan kebingungannya sekarang akan dia tanyakan nanti.

ILD [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang