00:03

477 78 6
                                        

happy reading!

[♡]

Yunseong mendudukan dirinya di kursi Minhee. Seingatnya Minhee tadi berkata bahwa teman sebangkunya adalah temannya yang bisa bermimpi tentang kilasan masa depan, yaitu Minseo. Tapi orang yang duduk di sebelahnya kenapa malah Junho?

"Minseo mana?"

"Itu sama Eunsang lagi kerkel, jadi gue diusir ke sini." Yunseong mengangguk, jawaban Junho cukup menjawab rasa penasarannya.

Yunseong kembali membuka ipadnya dan membaca beberapa hal disana. Mengabaikan Junho yang sedang sibuk bermain game.

Tak lama seorang guru datang. Seingatnya namanya Mr. Daniel. Ini baru satu minggu lebih setelah tahun ajaran baru, sehingga Yunseong belum terlalu hafal nama-nama guru yang mengajar. Tapi yang Yunseong ingat, beliau juga kedapatan mengajar di kelasnya sebagai guru bahasa inggris.

"Ayo kumpulkan PR kalian." Alis Yunseong—Minhee—bertaut. Dia tidak ingat kalau Minhee ada membahas tentang pekerjaan rumah yang harus dikumpulkan.

"Lo ngga ngerjain pr b.ingg, Min?" Tanya Junho sedikit bingung melihat sahabatnya yang juga bingung.

"Siapa yang tidak mengerjakan? Ayo berdiri!" Yunseong pun menurutinya, dia melihat sekitar san tidak ada lagi yang berdiri selain dirinya.

"Nama kamu siapa?"

"Hwa—Kang Minhee, Mr."

"Minhee, now, close the door from outside." Nadanya tenang, tapi Yunseong tahu kalau Mr. Daniel mengusirnya dari kelas.

Yunseong berani bersumpah kalau ini pertama kalinya dia dikeluarkan dari kelas. Dan bahkan penyebabnya bukan berasal dari dirinya.

[♡]

"Lo diusir juga?"

Yunseong mendudukan dirinya di kursi seberang Minhee, sambil menancapkan sedotan pada susu pisang favoritnya. "Iya. Lo lupa ngerjain pr dari Mr. Daniel?"

"Lupa ngeprint lebih tepatnya, gue udah ngerjain kok semalem."

"Lo sendiri kenapa diusir?" Yunseong bertanya balik.

"Gara-gara kelepasan teriak marahin Jungmo, jadi diusir sama Pak Seongwoo." Minhee menundukan kepalanya, lalu kembali berkata, "Maaf, gara-gara gue lo jadi diusir dari kelas."

"Gak papa kali, sans. Impas. Lo dikeluarin, gue juga." Ucap Yunseong yang sebenarnya masih tidak ikhlas karena dia dikeluarkan dari kelas, tapi mau bagaimana lagi semuanya terjadi diluar kendalinya. Yunseong kemudian mulai meminum susu pisangnya. "Ew, kok rasanya aneh banget."

"Kenapa?" Tanya Minhee, kembali mengangkat kepalanya untuk melihat Yunseong yang sedang menatap aneh susu pisang ditangannya.

"Gak tau, susunya rasanya aneh."

"Coba sini," Minhee mengambil alih susu dari tangan Yunseong dan meminumnya. "Nggak kok, biasa aja. Gue bahkan gatau kalo susu pisang bisa seenak ini, biasanya rasanya aneh."

"Yaudah, lo abisin aja."

Minhee mengacungkan jempol kirinya. Sementara tangan kanannya masih memegang cup susunya, walau isinya sudah kandas. Dia masih asik mengigit-gigiti sedotannya.

"Berarti selera lidah ngikut tubuh masing-masing. Gitu ya?" Tanya Minhee, sejenak melepaskan gigitannya pada sedotan.

Yunseong menggangguk. "Bisa jadi."

"Gue padahal nggak pernah suka susu pisang. Tiap minum tuh nggak enak banget rasanya. Aneh. Tapi nggak tau kenapa gue tiba-tiba bisa suka, rasanya enak banget." Mata Minhee menatap cup susu di tangannya sambil sesekali ia goyang-goyangkan layaknya gerakan boomerang di instakilo.

"Gue malah terbalik. Awalnya gue suka banget susu pisang. Tapi pas gue minum susu pisang tadi, ya kayak yang lo bilang, rasanya aneh."

"Mungkin lo harus coba susu strawberry. Gue biasanya minum itu soalnya." Saran Minhee kepada Yunseong.

"Okay. Noted."

Minhee bergerak menopang kepalanya menggunakan tangannya diatas meja. "Gue masih penasaran kenapa kita ketuker."

"Gue juga. Tapi percuma juga mau gue pikirin selama apapun juga masih ngga ketemu jawabannya."

Yunseong sedikit mengacak rambutnya, lalu mengambil ponsel Minhee—yang memang dia pegang, karena keduanya setuju untuk tidak bertukar ponsel. Tapi tetap menjaga privasi masing-masing, tentu saja. Dia melirik jam yang tertera pada lockscreen, lalu berkata, "Kita mau ngapain? Masih ada dua jam sebelum pergantian mapel."

"Bolos yuk? Kulineran di pasar sana yang deket taman bunga timur." Tawar Minhee spontan.

Yunseong membolakan matanya, "Gila lo."

"Serius Seong, ayo."

"Gue juga serius. Lo gila."

"Ayolah, gue kan wakil SC ini bilang aja mau rapat sebentar di luar. Nanti kita balik sebelum pergantian mapel."

Yunseong menggelengkan kepalanya. "Parah. Menyalah gunakan kekuasaan."

"Ayo, Seong. Dari pada gabut." Bujuk Minhee.

"Tapi gue nggak tau jalan, lo kan tau rumah gue di daerah barat." Yunseong mencoba mencari alasan untuk menolaknya. Seumur-umur dia belum pernah bolos sekolah sampai se-ekstrim itu. Palingan hanya izin pura-pura sakit, itu pun juga hanya sekali waktu dirinya di sekolah dasar.

"Gampang lah, ada gue. Ya? Ya?" Ucap Minhee penuh harap.

Yunseong terlihat berpikir sejenak. Sebenarnya dia juga yang mengangkat topik ini, dia kira Minhee akan sekedar mengajak ke rooftop atau bersantai di UKS. Tapi dengan jawabannya yang kelewat santai ingin kulineran di luar sekolah membuat Yunseong sedikit terkejut.

Yunseong menghela nafas. Tidak apa sekali-kali bolos, benar kan? pikirnya.

"Okay. Tapi lo bawa mobil kan?"

Minhee mengeluarkan cengirannya dan menggeleng. "Nggak."

"Terus tadi lo naik apa?" tanya Yunseong penasaran sekaligus terkejut.

"Ojol. Gue nggak bisa nyetir mobil."

"Terus kita mau pergi naik apa?"

"Jalan lah. Ayo. Deket doang kok. Sehat malah jalan kaki." Minhee memegang tangan Yunseong—yang sebenarnya merupakan tangannya sendiri—dan menariknya bangun sampai keduanya keluar dari kantin.

"T-tapi, t-tapi—" Yunseong berusaha memberontak. Pegangan tangan Minhee pada dirinya sempat terlepas. Tapi Minhee dengan cepat menggengam tangannya lagi.

"Udah. Lo ikut aja. Nikmati perjalanan ini." 

[♡]

hai hai hai! 

aku disini, bagaimana rasanya baca cerita ini sejauh ini?

maaf ya, aku tidak konsisten updatenya. tapi aku akan mencoba sebisa mungkin untuk menyelesaikan work ini.

anyway, makasih buat kalian yang udah mau baca work ini!

salam sayang, 

30178s.

[1] Your World | HwangminiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang