"Kamu juga perlu menjauh dari orang yang menyakitimu, agar kamu tidak terluka lagi."
***
Degh!
Gilang sedikit tersentak saat mendengar nama itu, kedua tangannya luruh begitu saja dari wajah Netta. Gilang mundur beberapa langkah, membuat Netta menatapnya bingung.
Ternyata laki-laki brengsek itu menjadi sumber utamanya, dia menjadi alasan mengapa Netta mengacuhkannya sejak tadi. Dia menjadi penyebab Netta bersikap aneh seperti itu. Ternyata Rean masih bisa membawa pengaruh pada diri Netta.
Sudah satu tahun lamanya. Kenapa Netta belum bisa menghapus memori tentang Rean? Tidak bisakah Netta hanya mengingat dirinya? Mungkin Gilang egois jika meminta demikian, namun saat ini, ia hanya menginginkannya.
Gilang tertawa sumbang. "Kamu cemburu?" tanya cowok itu seakan tak percaya.
Netta menggeleng cepat.
"Kamu masih mencintainya? Kamu tetap menunggu dia kembali?" Gilang kembali meraih lengan Netta, mencengkeramnya erat. Tidak peduli gadis itu sudah meringis kesakitan.
Netta menengadah menatap Gilang. Wajah dan matanya memerah, sedangkan rahangnya sudah mengeras membuat urat-urat leher dan pelipisnya menegang. "Enggak, Lang. Enggak!" sela Netta, ia tak ingin Gilang salah paham.
"Lalu apa? Hah? Kamu sakit hati karena Rean sama cewek lain?"
Lagi, Netta menggeleng. "Kamu salah paham, Lang. Ka—"
"Karena itu, kamu nggak bisa buka hati buat aku? Kamu bukannya trauma, melainkan kamu masih menunggunya. Iya kan?" potong Gilang sembari tersenyum kecut. "Aku mengerti sekarang."
Gilang melepas cengkeramannya, lantas memutar tubuhnya membelakangi Netta.
"Lang, kamu salah," lirih Netta dengan mata yang sudah berair.
"Iya, Netta. Aku selalu salah!" ujar Gilang lantas berjalan menuju mobilnya, meninggalkan Netta yang masih diam tak bergeming.
Netta menatap nanar punggung Gilang yang semakin menjauh darinya. Genangan air matanya kembali merembes membasahi pipinya. Netta kembali menangis. Ini juga salahnya, kenapa dia membahas perihal Rean di depan Gilang, sudah pasti cowok itu akan marah. Gilang benci cowok brengsek itu. Rean adalah laki-laki pertama yang mengenalkan Netta tentang cinta dan laki-laki itu pula yang membuat Netta patah hati dan trauma dengan yang namanya cinta.
Berhenti, Lang! Liat aku!
Gilang terus berjalan tanpa menoleh sedikitpun ke belakang, sudah seperti tidak menganggap keberadaan Netta di sana. Gilang tidak sadar gadis itu menunggunya kembali, meraih tangannya, merangkulnya dan berjalan beriringan dengannya. Netta mengharapkan itu.
Kejar aku, Netta!
Netta menatap lurus ke arah Gilang, laki-laki itu berhenti tepat di sebelah mobil kesayangannya. Dari jauh Netta melihat Gilang tengah merogoh saku celananya, mungkin sedang mencari keberadaan kunci mobilnya.
Gilang melajukan mobil sport-nya dengan kecepatan tinggi, meninggalkan tempat itu dan juga Netta. Emosi sudah menguasai pikirannya, Gilang benar-benar meninggalkan gadis itu tanpa belas kasih.
"Aku minta maaf, Lang!" lirihnya sembari mengusap wajahnya frustrasi.
***
Netta berjalan memasuki area pasar malam yang letaknya tak jauh dari sekolahnya—SMK Nirwana. Gadis itu masih lengkap dengan balutan seragam sekolah dan cardigan warna marun, juga tote bag hitam di bahu kirinya. Aroma aneka makanan yang begitu lezat dan menggiurkan menyambut kedatangannya, juga bau sampah dan sisa-sisa makanan mencoba menggelitik hidungnya. Suara desas-desus obrolan manusia dan hiruk-pikuk anak-anak yang sedang bermain wahana terdengar begitu jelas di telinganya. Juga suara penjual dan pembeli yang saling tawar-menawar. Begitu ramai. Namun kenapa gadis itu merasa sendiri dan kesepian? Ia merasa sangat kecil di antara lautan manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
NETTA [RE-PUBLISH]
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Apa yang ada di benak kalian apabila mendengar atau melihat seorang gadis yang selalu bergaul dengan cowok? Nakal, berandalan, atau murahan? Mungkin banyak yang men-judge seperti itu. Namanya, Netta ... Nesta Queena Ramanita...