PROLOG

76 3 0
                                    


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

DORR DORR DORR!!


Suara tembakan menggelegar memenuhi Masjid Al-Furqan. Sosok berbaju kokoh coklat yang khusyuk diakhir sujud shalat Tahajjudnya. Belum sadar dengan keadaan sosok berbaju kokoh putih disebelah kiri yang meringkuk tidak berdaya. Kedua tangan memegang dada yang terasa menyakitkan. Dengan punggungnya kentara merah darah. Satu tembakan tepat mengenai belakang kepalanya, terasa sangat berdenyut hebat. Matanya melotot berwarna merah seperti ingin keluar dengan nafas tersekat ditenggorokan. Namun, bibirnya mengecap-ngecap berusaha mentalqinkan diri.

Mengerikan sekali sakaratul maut.

"Warahmatullaah." Salam terakhir si baju kokoh coklat. Langsung ia menyadari teman sebelahnya. "Astaghfirullah, Ustadz Abdu!."

Tangan Wahyu bergetar memegang tubuh Ustadz Abdu. Memastikan keadaan. Kedua mata Ustadz Abdu sempurna tertutup. Entah apakah masih bernyawa atau tidak. Sejurus, Wahyu berlari keluar Masjid meminta pertolongan kepada siapa saja yang akan ia temui.

Air mata ia usap lagi dengan punggung tangan. Pandangan ia edarkan pada alun-alun yang tepat berada didepan Masjid. Dijam dua pagi ini, ia berharap menemukan seseorang untuk membantunya.

Langkah ia tujukan pada pedagang Nasi Goreng ditepi alun-alun. Untuk mendekatinya, ia menyeberangi jalan. Pedagang itu bernama Pak Solihin yang sering memberikan Nasi Goreng gratis padanya dan Ustadz Abdu untuk sahur puasa senin-kamis.

Dalam hati ia berharap agar Pak Solihin membantunya. Walau saat ini beliau sedang melayani pelanggan.

Aroma Nasi Goreng langsung menusuk indera penciumannya. "Assalamu'alaikum Pak Lihin, bisa bantu saya? Ustad Abdu tertembak didalam Masjid. Bantu Saya membawanya keklinik atau rumah sakit."

Spontan Solihin mematikan kompor. Menatap dua pelanggannya. "Maaf Mas, saya bantu Ustadz Abdu dulu. Assalamualaikum."

-/-

PUKUL enam pagi. Iin sudah menyelesaikan masakan makanan untuk Wartegnya. Dengan dibantu Linda, teman kerja samanya tiga tahun ini. Urusan memasak mereka putuskan dirumah Iin dan Linda bertugas membeli bahan makanan.

Keduanya terduduk didepan rumah. Dengan gerobak berisikan makanan sudah siap. Tinggal menunggu kedua anak mereka untuk membawanya kewarung.

"Assalamualaikum!!."

"Wa'alaikumussalam."

Rizqon dan Erdy mencium tangan ibu mereka dengan khidmat. Bau wewangian masih tercium. Keduanya baru saja pulang dari Masjid setelah shalat Shubuh berjama'ah melanjutkan I'tikaf menunggu waktu shalat sunnah dhuha.

Iin dan Linda tersenyum bahagia melihat anak mereka yang semakin hari semakin baik.

"Ustadz Abdu meninggal ditembak orang pas lagi Tahajjud. Maa syaa Allaah. Kayak meninggalnya Khalifah Uthman Bin Affan yang tertusuk pas jadi Imam shalat. Semoga husnul khatimah. Aamiin." Seru Erdy matanya berbinar dengan di Aamiini ketiganya.

"Aamiin. Ibu kaget pas denger siaran meninggalnya Ustadz Abdu dari Masjid. Itu gimana bisa ketembak?." Iin bertanya menatap anaknya. Keingintahuannya tinggi sampai saat memasakpun fikiran diisi oleh bagaimana meninggalnya Ustadz Abdu.

Rizqon berdehem. "Belum diketahui Bu, siapa dalangnya. Polisi sedang menyelidikinya. Untung, ada CCTV di Al-Furqan. Sedikit memudahkan."

Karena pernah terjadi orang yang mabuk berat, sampai melempar botol minuman hingga memecahkan kaca depan Masjid. Para DKM Masjid Al-Furqan sepakat memutuskan untuk menaruh kamera CCTV. Agar mudah mencari tiap pelaku.

Iin mengangguk faham. Linda menghembus nafas lega mendengar penuturan anaknya. Siapa yang tidak sedih mendengar kabar kematian Ustadz yang sangat ramah itu. Awan mendung saja faham dengan situasi sekarang.

Dua alasan. Mengapa awan mendung sering muncul saat terjadi kematian manusia. Pertama. awan mendung seolah berkata, "Dunia kekurangan orang baik sepertimu". Kedua. "Padahal, amalmu belum cukup, namun Malaikat Izrail sudah menjemput".

"Oya Bu, abis antar kewarung. Aku dan Erdy langsung ikut ngurus jenazah almarhum Ustadz Abdu yah." Izin Rizqon.

"Iya malah bagus itu." Iin tersenyum kepada anaknya.

"Ya sudah, kita langsung kewarung. Sebelum makin siang." Komando Linda.

-/-

"ZAHID, kamu udah ngabarin Nurul? Apa dia bakal langsung pulang?."

Zahid mengangguk pada ayahnya. Yang langsung melanjutkan berbincang santai dengan Polisi diserambi Masjid usai pemakaman dilakukan. Sedangkan ia kembali sibuk chattingan dengan Nurul yang belum puas menerima kabar kematian ayahnya.

Nurul Abdurrahman atau anak tunggal dari Abdurrahman–paman Zahid. Kabarnya ia dari Rembang akan langsung meluncur ke Indramayu. Istri Abdurrahman sudah meninggal. Hanya Nurul yang mampu Zahid berikan kabar.

Fatimah Zakaria–istri Abdurrahman. Adalah adik dari Adam Zakaria–ayah Zahid. Fatimah asli dari Indramayu yang mondok di Rembang, Jawa Timur. Disana bertemu Abdurrahman asli dari Rembang. Mereka dijodohkan oleh Pak Kyai Hasan–Pengurus pondok. Sebab itu, Nurul dipondokkan di Rembang walau berjauhan dengan Abahnya.

"Oy! Rul!. Baturi aku ke Stasiun."

Syahrul yang fokus dengan gamenya berkata tanpa menatap Zahid. "Ya sana sendirian. Nggak sampe sepuluh menit juga udah nyampe."

Zahid berdecak tidak percaya pada sahabatnya yang langsung menolak. Handphone langsung ia ambil paksa. Tatapan tajam Zahid terima. Syahrul mencoba mendapatkan handphonenya. Tapi tangan Zahid lincah menghindar.

"Ada dua orang yang bakal aku jemput. Aku minta bantuan jenengan. Kamu bawa motormu bawa yang satunya. Aku juga yang satunya."

"Emang kamu mau jemput saha?."

"Aku mau jemput. Sepupuku. Anaknya almarhum ustadz Abdu. Namanya Nurul. Dan satunya guru pondok yang mengantar pulang Nurul. Ngerti ora?." Tegas Zahid mengembalikan handphone Syahrul dengan jengkel.

Syahrul tersenyum mendengar penuturan Zahid sembari mengambil handphonenya. Ia juga ingin tahu rupa anaknya Ustadz Abdu yang belum pernah ia temui. Namun, almarhum Ustadz Abdu sering membicarakan akhlak putrinya itu.

"Wahh! Nurul Abdurrahman?. Ya udah ayok. Lambat banget si Hid!. Lemot kek siput!."

Zahid menggeleng kepala melihat Syahrul menuju kendaraannya dipelataran Masjid. Jika urusan  perempuanlah, langsung semangat empat lima!.

0oo0

Enjoyed guyss❤

Terima kasih telah membaca cerita ketiga ini❤

Btw, Merajut Iman jugak bakal aku lanjut yekk. Jdi pantengin terus MI ama Mayu iniii. Luvv gaesss.

Jgn lupaaa stay alhamdulillaah, safe, healthy everyone!!!!

03Juli2021

MayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang