2 - Segalanya Milik Allaah

20 1 0
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

TUJUAN akhir Rizqon mengendarai motor beatnya. Kearah Masjid Al-Furqan. Dirumah H.Karyadi sendiri, menurut adik perempuan H.Karyadi. Ia mengatakan kalau sebelum dzuhur sampai mendekati ashar ini. H.Karyadi belum pulang kerumah. Pulang ketika telah mengurus pemakaman almarhum Ustadz Abdu. Kemudian beliau pergi lagi.

Dengan mengatakan ingin kerumah Pak Adam. Dirumah Pak Adam, Rizqon juga tidak mendapati Pak Adam apalagi H.Karyadi. Harapnya di Masjid Rizqon menemukan keduanya. Kalaupun tidak ada terakhir sekali ia akan ke Kantor Polisi.

Lega sekali saat kerumah H.Karyadi. Puspita tidak dirumah. Entah kemana gadis itu. Ia sangat bersyukur. Beruntung yang ditemuinya adik H.Karyadi.

Kalau ia bertemu Puspita, sudah pasti gadis yang masih bersekolah SMA itu terus menunjukkan rasa sukanya pada Rizqon. Rizqon risih atas tingkah berlebihnya. Lain sisi, Rizqon juga harus faham kalau Puspita masih remaja. Sikapnya itu wajar dengan umurnya.

Puspita adalah anak perempuan tunggal dari H.Karyadi. Ibunya sudah lama menjadi TKW diluar negeri. Sebelas tahun lamanya. Namun, belum pernah pulang ataupun sembilan tahun tidak mengirim uang pada H.Karyadi seperti dua tahun sebelumnya.

Sama seperti nasib Bapak Rizqon. Empat belas tahun merantau dikota Jabodetabek. Sampai sekarang belum pernah pulang. Selama ini Ibunya susah payah mencari uang untuk sekolah dan keseharian. Bekerja apapun yang halal dan mendapatkan uang.

Motor memasuki Masjid. Diparkirkan dipelataran Masjid samping kanan bagian wudhu laki-laki. Masih terduduk diatas motor. Sekitar sembilan orang duduk melingkar ditengah serambi Masjid. Menarik perhatian Rizqon untuk terus menatap intens. Pandangan ditajamkan mencoba mengenali sosok diantara mereka.

Benar prasangkanya. Disitu ada H.Karyadi, Pak Adam, dua Polisi, Pak Imam Masjid, Ustadz Muizz, Pak Wahyu, Pak Solihin. Dan baju batik itu, Rizqon tidak mengenalinya. Tanpa berfikir lama, ia langsung turun dari motornya. Melangkah kearah mereka.

"Qon! Rizqon!."

Suara lantang itu membuatnya menoleh. Bang Syahrul ternyata memanggilnya dengan melambaikan tangan. Disampingnya juga ada Bang Zahid menatap hangat. Rizqon membelokkan langkah menghampiri keduanya. Sekedar membalas sapa.

Saat memasuki Masjid, Rizkon sebenarnya melihat Syahrul dan Zahid. Posisi duduk mereka berdekatan dengan pintu Masjid. Mudah sekali siapa saja melihat keduanya. Namun, Rizqon sedang fokus pada niatnya. Tidak ada keinginan mengobrol hingga lupa menyapa. Tanpa disangka. Bang Syahrul menyapanya.

"Jangan ganggu sidang Isbath mereka. Sini, duduk sama kita aja." Tawar Syahrul dengan lawaknya.

Rizqon memandang sembilan orang itu. Memang terlihat serius. Pandangan ia alihkan lagi menatap Syahrul. "Iya Bang." Ia lalu mendudukkan diri disamping kiri Syahrul.

Zahid sebelah kanan Syahrul. Kembali bermain game. Membiarkan keduanya saja yang mengobrol.

Melihat Zahid fokus pada handphone. Rizqon berdecak kecil. Kenapa saat mencari H.Karyadi. Ia tidak menelepon saja. Semuanya akan mudah. Jadi tidak usah kerumah Pak Adam. Sifat tidak sabaran merugikan sekali. Ditambah ia sedang berpuasa sunnah kamis.

"Ceritanya mau ketemu Camer nih?."

Puspita menyukai Rizqon memang sudah menjadi rahasia umum. Itu sebabnya Rizqon juga bertambah risih dengan Puspita. Awalnya Rizqon menganggap Puspita adik. Puspita malah salah faham sampai sekarang dengan sikapnya.

Rizqon menyesali perbuatannya karena menganggap perempuan ajnabi sebagai adiknya. Sebab itu, sekarang ia sangat hati-hati dengan perempuan.

"Pak Haji Bang."

MayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang