PT. 3

4K 128 0
                                    

HALO GUYS HAPPY READING
jangan lupa VOMENT

-------- ≪°HAPPY READING°≫ --------

Sebelum kalian membaca part ini, saya harap kalian menyiapkan mental kalian, dan saya harap tidak ada pembaca di bawah umur untuk part ini, jika ada di mohon untuk lanjut ke part selanjutnya.

Sekali lagi untuk kalian yang masih di bawah umur di harapkan untuk melompati part ini dan lanjut di part selanjutnya.

Part ini khusus untuk reader 18 tahun ke atas

HAPPY READING





Sepertinya Jimin benar, pria ini bukan pria sembarangan. Lihat saja kemana ia membawaku ke, Four Seasons Hotel Seoul. Salah satu Hotel termewah di Seoul, Korea Selatan. Letaknya tidak jauh dari Broadway dan Grand Central Terminal. Oke, malam yang cukup indah, malam penutup pekerjaan sial ini dengan pria kaya yang tampan, Oh! Sepertinya aku tertular sikap serakah Jimin.

"Terima kasih, Jungkook." aku tersadar mendengar suara lembut pria ini. Kim Taehyung , ternyata memiliki suara lembut dan mendayu. Ku lirik dia yang tampak sibuk dengan ponselnya, sesaat dahinya sedikit berkerut kemudian gigi atasnya menggigit bibir bawahnya pelan. Ya Tuhan, dia tampak seksi.

"Ayo." aku melirik telapak tangannya yang terjulur kearahku, mengajakku untuk keluar dari mobil Maybach Landaulet mewahnya. Aku mengulurkan tanganku padanya dan dia menggenggamnya. Hangat, telapak tangannya hangat.

"Aku akan menghubungimu besok pagi." ucapnya singkat pada pria yang bernama Jungkook.

Jungkook mengangguk patuh padanya, kemudian melirikku dan memberikan anggukan kecil. Segera kubalas dengan senyuman kecilku.

Tanganku kembali ditarik oleh Taehyung, satu hal yang aku rasakan dari genggamannya. Protektif, genggaman ini terlalu protektif dan posesiv, seakan tidak membiarkan aku lari.

Cih, aku rasa dia tidak perlu cemas, aku dibayar untuk ini dan pastinya akan aku selesaikan dengan baik.

Kami memasuki sebuah lift, kulihat ia menakan tombol 10 disana. Dahiku mengerut, tidakkah sebelumnya ia melakukan registrasi pada resepsionis dulu?

"Hotel ini milikku." gumamnya pelan tanpa menatapku. Wah, sepertinya dia memiliki kelebihan membaca pikiran orang lain. Aku hanya mengangguk mengerti dan memalingkan wajah.

Pintu lift terbuka, dia kembali menarik tanganku keluar. Kakinya melangkah ringan memasuki lorong-lorong hotel ini.

Kami berhenti disebuah pintu berwarna coklat tua, ia membuka pintu itu dan mempersilahkanku masuk. Kamar ini tidak seluas yang kuduga, bahkan seakan diatur memang hanya ditempati oleh dua orang.

Mataku menyorot ranjang besar di dudut ruangan, besar namun tidak tinggi. Mungkin aku akan pas tidur disana, lalu bagaimana denganya? Tubuhnya tinggi dan aku yakin ia tidak akan tidur dengan nyaman disana.

"Kau ingin menggunakan kamar mandi lebih dulu?" tanya pria ini, seperti biasa, suarnya terdengar tenang dan lembut. Seperti lantunan lagu sendu pengantar tidur.

"Oh, tidak." jawabku.

"Oke, kalau begitu aku yang pakai. Kau bisa langsung bersiap-siap."

Love Story √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang