HALO GUYS HAPPY READING
jangan lupa VOMENT
HAPPY READING
Taehyung mencampakkan sebuah file pada wajah sekertarisnya dengan kasar. Wajahnya menatap penuh amarah pada gadis yang sudah gemetar karena ketakutan olehnya, “Apa kau kubayar untuk ini?” desisnya dengan gigi yang saling bermeretak,
“Bagaimana bisa kau salah dalam mengatur jadwalku?!
Hal semudah ini saja kau tidak bisa melakukannya, Nayeon ?” suaranya terdengar berat dan penuh penekanan.Taehyung mengangkat gagang teleponnya, menekan satu tombol dan kini ia telah tersambung dengan seseorang, “Jungkook, keruanganku sekarang.” Perintahnya.
Tidak butuh menunggu lama, Jungkook telah tiba di ruangannya. Melirik sekitar dan lebih menjadikan Im Nayeon, sekertaris atasannya sebagai object pandang utama.
Ia berjalan beberapa langkah hingga berada di samping Taehyung yang duduk di pinggingan kursinya. “Ada masalah, Tuan?”
“Ya, cepat singkirkan dia dari perusahaanku dan carikan aku segera sekertaris baru.” Jawabnya tenang.
Pekikan tertahan terdengar dari Nayeon. Ia menatap Taehyung memohon namun pria itu sama sekali tidak memandangnya. Hanya Jungkook yang tampak meliriknya sekilas sebelum mengangguk singkat pada Taehyung.
“Nona, sebaiknya kau ikut denganku.”
“Tidak!” jawab Nayeon cepat, “Sajangnim , kumohon maafkan aku. Beri aku satu kesempatan lagi. Aku berjanji akan bekerja dengan baik.” Mohonnya.
Tapi Taehyung tidak bereaksi. Lalu Jungkook dengan cepat menyeret Nayeon dari sana agar Taehyung tidak lagi menemukan gadis itu di hadapannya.
“Sial!” umpatnya kasar ketika ia kembali menghempaskan diri pada kursi kerjanya. Ia memijit dahinya pelan saat lagi-lagi bayangan Soohyun melintasi ingatannya.
Ia kembali teringat pada percintaan panas mereka tadi malam tapi pagi ini gadis itu berhasil membuat moodnya memburuk beratus kali lipat.
Pasalnya, Taehyung tidak dapat menemukan Soohyun dimanapun ketika ia membuka mata.
Ia bertanya pada Jungkook dan pria itu menjawab jika Soohyun memang pergi meninggalkan hotel pukul 9 pagi saat ia masih tertidur.
***
“Kita laporkan saja dia pada polisi. Pria berengsek itu harus menerima akibatnya!” geram Yoonji dengan kedua tangan yang terkepal menahan emosi.
Ia duduk di atas lantai yang kini telah tampak bersih setelah Yuna membersihkan semua pecahan barang-barang.
Soohyun belum bersuara. Ia masih duduk diam menyandar pada sudut dinding dengan kedua kaki saling bertekuk. Bibirnya seakan kelu untuk sekedar bicara. Hanya melemparkan pandangan kearah luar jendela.
“Aku yakin dia masih berada di sekitar sini untuk kembali berjudi dan memamerkan uang curiannya pada semua teman-temannya. Dan kupikir kita bisa pergi kesana untuk mencari keberadaannya. Aku tau dimana ia sering_”
“Tidak, Ji.” Sela Soohyun meski ia masih menatap keluar jendela.
“Tidak?” erangan Soohyun terdengar, “Lalu saat ini apa yang akan kita lakukan?!” teriaknya.
Melihat itu, Yuna segera menghampiri Soohyun.
Ia duduk menghadap gadis itu hingga akhirnya Soohyun menoleh padanya, “Jangan cemaskan aku.Dia sudah tidak berarti lagi bagiku, Soohyun. Lebih baik pikirkan masalah rumah ini dan Yoonji. Kupikir dia benar, satu-satunya cara untuk menghentikannya hanyalah melaporkannya pada polisi.” Ujar wanita itu lirih.
Soohyun menggeleng pelan dan berusaha tersenyum, “Tapi dia masih suamimu, Yuna. Aku tidak ingin melakukan itu.
Lagi pula, kita tidak tau bagaimana nasib uang itu saat ini. Mungkin saja dia telah menghabiskannya dan usaha kita melaporkannya hanya sia-sia.”Soohyum menggenggam kedua tangan Yuna.
“Tapi_”
“Masalah rumah ini biar aku yang tangani.”
“Caranya?” sela Yoonji.
Soohyun menarik nafas panjang, “Aku akan kembali pada Jimin.” Desahnya.
“Tidak!” pekik Yoonji histeris. Ia segera berdiri dan berjalan mendekati Soohyun.
Berdiri penuh amarah di hadapan kakaknya, “Kau ingin menjual dirimu lagi?! Sudah cukup, Soohyun ah. Sudah cukup selama bertahun-tahun ini kau menjual dirimu layaknya seekor binatang.
Aku tidak ingin melihatmu seperti itu lagi!” teriaknya dengan air mata yang mulai mengotori wajahnya.
“Tidak ada jalan lain, Yoonji ah. Kita harus menyelamatkan rumah ini dan pendidikanmu.”
“Persetan dengan semua itu! Rumah dan pendidikanku tidak begitu penting dari pada kau! Aku hanya butuh kau kembali hidup normal seperti dulu! Bukan kau yang menjadi seorang wanita panggilan!”
“Tapi rumah ini adalah peninggalan Ibu dan Ayah! Tidakkah kau mengerti?” dada Soohyun tampak bergemuruh menahan emosi yang membuncah.
“Disini semua kenangan kita tentang mereka ada. Disini kita di lahirkan. Menurutmu apa kita harus kehilangan satu-satunya peninggalan Papa dan Mama?!
Lalu pendidikanmu! Kau tau aku tidak lagi bisa menjalankan hidupku layaknya wanita normal. Lalu apa aku harus melihat adikku melakukan hal yang sama sepertiku?!”
“Aku bisa mencari pekerjaan selain itu, Soohyun ah. Pendidikan itu tidaklah begitu penting.”
“Tapi Papa dan Mama menginginkan kau menjadi seperti itu!”
Soohyun berdiri dari tempatnya dan menatap Yoonji penuh amarah,
“Mereka ingin melihat kedua anaknya hidup dengan baik dan terhormat. Aku tidak bisa lagi mewujudkannya. Hanya kau yang tersisa, Yoonji-ah. Hanya kau!”“Jangan kau pikir setelah_”
“CUKUP!” Soohyun mengangkat kedua tangannya agar Yoonji berhenti bersuara, “Aku lelah dan tidak ingin berdebat. Aku akan keluar dan mungkin tidak akan kembali malam ini.” Ia mengambil tas tangannya dan segera beranjak dari sana.
JANGANN LUPA VOMENT YAHH MY
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story √
FanfictionKim Taehyung, pria terakhir yang menjadi pelangganku. ⚠ mengandung unsur 18++ Bijak dalam membaca ya readers. Since: 25 Juni 2020-02 Agustus 2020 ©vtaetaehyung09