0.2

313 49 9
                                    

Halo semua, lagi, hari ini gue mau cerita tentang kisah gue. Tentu saja dengan perempuan itu. Iya, ga ada bosen-nya, gue cerita tentang Seulgi.

💫💫

Saat itu, panas yang terik di sabtu siang. Gue lagi main handphone sembari tiduran di sofa. Jadi setelah gue di tolak kenalan kemarin sama seulgi gue harus mikir nih, cara apa yang asik dan esthetic buat deket sama seulgi. Gue sengaja ga mau minta nomornya ke Wira. Ga seru dan ga menantang. Bisa-bisa juga gue kontak gue berakhir di list block Seulgi.

"Bang, boleh pinjam gitar ga?" Mendengar suara Wira, gue seketika menaruh hanphone di atas dada dan meneliti gerak-gerik Wira yang berpakaian rapi.

"Boleh, ambil aja" teriak bang Surya dari dapur.

"Eh mau kemana lo, Wir?" Gue bangkit dari singgasana. sejak tau Seulgi itu sepupu Wira, gue jadi over protektif. Gak bisa lihat Wira keluar rumah, liat dia udah siap-siap dan rapi, buru-buru gue tanyain mau kemana. Kalau ketemu Seulgi kan gue bisa ikut. Sekali dayung dua pulau terlampaui ya kan.

Wira berhenti, menatap gue sambil mengembuskan napas panjang. "Lo kalau mau ketemu Egi ikut dah, bang. Bosen gue lo tanyain mulu."

Kalau kehidupan gue komik, ini kepala gue udah banyak love love warna pink kali saking senangnya. Gue menepuk pundak Wira, "Oke tunggu bentar, gue ganti baju dulu"

Gue dengan kecepatan penuh, langsung masuk kamar.

"Jangan lama-lama, Bang. Takut telat!" Suara Wira yang terdengar samar tak lagi gue hiraukan.

Oke, setelah membuka lemari, gue baru sadar kalo baju gue masih belum gue ambil di Loudry. Ekor mata gue melirik Devan yang fokus main game di kasur seberang, "Van, gue boleh pinjem ba..."

"Pake aja bang, pakeee" jawab Devan sebelum kalimat gue selesai. Gila ini anak, macam cenayang aja.

Setelah memilah-milah outfit, tentu saja dari lemari Devan. Gue melaju pede ke ruang tengah. "Yuk Wir, berangkat."

"Pake mobil gue aja, Bang. Tempatnya jauh"

"Oke"

💫💫


"Seulgi udah punya pacar ga si Wir?" tanya gue setelah lima menit mobil berjalan.

Gue dari kemaren lupa nanya, jangan - jangan gue nya udah terlanjur suka eh si Seulgi dah punya pacar. Bukan begitu, gimana ya. Gue nggak enak aja sama cowok Seulgi kalo nanti pacarnya lebih milih bersanding bersama gue. Beh, mantap ngga tuh.

Wira yang sedari tadi sibuk mengetik pesan di Handphone-nya mendongak, "Lo nyetir yang bener, Bang. Seulga Seulgi mulu" omel Wira.

"Ya bener ini." ucap gue berhenti, "Jadi, gimana Wir. Udah punya pacar ga sepupu lo?" lanjutku lagi, kali ini dengan pandangan lurus ke depan menatap jalanan.

"Kagak, Bang. Alim dia"

"Wih, mantaap"

"Bang, lo kalau mau main-main jangan sama Egi dah. Gue ga mau loh ini persahabatan kita hancur?" Nada bicara Wira seketika berubah menjadi serius. "Egi tuh anak satu-satunya sekaligus cucu kesayangan semua keluarga, Bang. Dia juga sahabat dekatnya Sana. Kalo dia dibuat mainan yang ga terima banyak, Bang" lanjut Wira.

"Wir,"

"Yo, Bang"

"Lo liat muka gue ada tampang-tampang suka mainin cewek kagak?" Tanyaku serius.

"ya lo kan ikon playboy, Bang. Gimana si. Dari aura lo dah keliatan kali, Bang"

"Yaelah si kampret. Gue serius diajak bercanda"

Moonlight [•brianseulgi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang