Namanya Seulgi. Perempuan cantik berwajah salju, putih dan bersih. Pertama kali gue lihat, gue langsung jatuh hati. Bukan, bukan karena cantiknya yang berlebih, tapi sikap peduli yang gue yakin ga semua perempuan punya.
Siang itu gue lagi makan di kantin teknik, jurusan gue. Berlima sama Bang Jae, Bang Surya, Wira dan Devan. Sekalian ngomongin puncak acara ospek univesitas yang diadakan seminggu lagi. Kita berlima punya band yang namanya enam hari dan kebetulan dipilih buat jadi guest star.
"Total berapa lagu nih?" Tanya Bang Surya sambil menyeruput teh manis miliknya.
Wira membuka hapenya "Kata Bagas sih tiga lagu. You were beautiful, Congratulation nah satunya nih gue bingung. Menurut kalian apa nih?"
"Gue sih terserah, bang" Devan yang umurnya paling muda menyaut.
"Gue juga bebas"
Setelah menjawab pertanyaan wira, gue menatap sekeliling, kantin teknik biasanya nggak ramai-ramai amat sama cewek. Tapi siang ini kenapa banyak banget buset.
"Gila, cewek di arah jarum jam tiga cantik banget" guman Bang Jae. Gue mengikuti arah pandang Bang Jae dan seketika gue langsung terhipnotis dengan kecantikan kamu, Egi.
Diujung sana, kamu dengan kaos coklat dan celana jins tanpa ragu membawa puluhan botol air minuman bekas dalam genggamanmu. Langkahmu pelan namun hati-hati itu berhenti di depan nenek tua yang mencari barang bekas di bawah pohon. Kamu memberikan botol-botol itu, nenek itu tersenyum dan kamu juga ikut tersenyum. Senyuman termanis dari seorang perempuan setelah ibu gue di rumah.
"Bang gue kesana dulu" ucapku cepat sambil berlari menuju dirimu yang sudah akan menyebrang, keluar dari gedung fakultas. Tak peduli dengan tatapan heran ke-empat manusia di sekitarku.
"Hei" aku memegang tanganmu, mencoba mencegah kamu untuk pergi lebih jauh.
Tanpa di sangka, kamu langsung menghempaskan tanganku, mukamu memerah, kaget akan kedatanganku. "Kamu siapa?"
Bibirku mengangkat, "gue Brian, anak teknik. Lo?" Ucapku sambil mengulurkan tangan.
Namun, bukannya menjawab dan memberikan senyuman kepadaku, kamu malah berbalik arah dan menjauhi posisi gue. Gilanya, gue gak sedih, gue malah seneng. Akhirnya seorang Brian Partohaps menemukan cintanya. Dangdut banget kan gue.
Gue kali ini percaya dengan cinta padangan pertama. Gue juga percaya cewek cantik yang hatinya juga cantik itu bukan mitos.
"Lu gila bang, senyum-senyum sendiri"
Gue menoleh dan menemukan Wira meminum teh botol memandang aneh ke arah gue. "Apaan si lo, ngagetin aja."
Langkah Wira mendekat dan berhenti tepat di sampingku. "cewek yang lo ajak kenalan tadi adek seppupu gue bang"
Mataku melotot, seperti akan keluar dari sarangnya. "Ye, seriusan lu. Kenapa ga bilang dari tadi tolol"
Wira menatapku sambil ternyum tipis, "Astagfirullah bang, bahasa." dia menyeruput teh nya "gue udah mau bilang tadi di tongkrongan. Eh lu kabur duluan"
Gue tertawa dan merangkul Wira akrab, "ya sori tuan muda. Jadi gimana nih, namanya siapa?"
"Seulgi. Orang rumah sih manggilnya Egi. Dia se-angkatan sama gue bang. Jurusan Keperawatan"
Ah, sekarang gue tau sedikit tentang kamu, dan informasi dari Wira adalah awal bagi gue untuk mepersilahkan kamu masuk ke dalam kehidupan gue.
---
piyaaaapoem_ present
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight [•brianseulgi]
FanfictionSetiap cerita yang memiliki sudut pandang. Setiap lagu yang ditulis mempunyai cerita. Dan ini catatan paling jujur versi gue, Egi. Kamu cantik, selalu cantik, seperti cahaya rembulan. ❄ piyapoem June, 2020 ❄