prolog : Still

683 65 7
                                    

Mari kita buka lembar pertama dari kisah ini dengan sebuah ratapan patah hati. Gue yang jatuh cinta vs gue yang tidak mau berjuang.

Akhirnya? Sangat bisa ditebak, gue putus padahal dia adalah satu-satunya gadis yang bisa membuat gue nyaman. Rupanya ego gue masih menguasai diri gue.

Gue masih lebih menyayangi diri gue sendiri dibanding dengan dia. Gue masih takut dimusuhi keluarga dan ga dapat warisan daripada memulai segalanya dari 0 seperti yang dikatakan orang-orang.

Tidak seperti kemarin, hari ini mendung. Diantara awan, ada seberkas cahaya yang membuatku tersenyum. Kali ini, mengapa terlalu sulit untuk menyerah?

Ada sebuah perbedaan yang sama sekali tidak bisa di tolerir oleh kita berdua. Perbedaan yang memaksa kita untuk berpisah setelah bertahun-tahun ber-sama.

Tapi bodohnya sejak memutuskan untuk menghilang dari kehidupan Egi tiga bulan yang lalu gue sama sekali ga bisa move on!

Sekarang saja, gue masih di atas motor yang berada di depan masjid kampus dan memandang gadis berwajah teduh itu tanpa jeda. Gila, cantiknya ga main-main. Pemilik paras cantik tanpa cela itu tertawa bersama temannya, bibir gue tanpa sadar juga melengkung, ikut tersenyum.

Orbit pandangannya tak sengaja melirik mata gue kemudian senyuman yang indah itu lenyap seketika. Ia buru-buru memalingkan wajah dan berlalu keluar dari musholla.

Tiba-tiba aja gue merasa bersalah. Sahabat Seulgi yang gue panggil irene menatap gue tajam, mengancam tanpa suara. Gue ga bisa ngapa-ngapain kecuali kabur. Ga lucu aja kalo tiba-tiba digebukin.

Tapi entah, kenapa sangat sulit untuk menyerah untuk terus bersamamu, gi?

Selamat tinggal, ini sebuah perpisahan yang tidak diharapkan.

Gue berjalan loyo ke gedung dosen. Kali ini jadwal untuk bimbingan. Ah ga kerasa gue udah ngelewatin beberapa tahun di kampus tercinta ini. Setelah ini gue kudu struggle di luar, kudu survive menghadapi bacotan manusia.

Kalo boleh milih bisa ga si gue di kampus terus dan nge-band bareng Surya, Wira, Jae sama Devan tapi seperti kata iklan, life must go on baybeh.

"Darkoo, tungguin kek!"

Kepala gue nengok, lelaki berkaca mata tertawa melewati gue dan dibelakangnya perempuan manis yang berkaca mata juga. Kalau dilihat dari stylenya sih maba.

Shit! Gue jadi inget kejadian saat pertama kali gue jailin Seulgi. Gue sengaja ambil botol minum ungu kesayangan dia, ga gue balikin sampe dia ngomel-ngomel sendiri. Tapi gue suka. Sial banget gue jadi kangen gini.

Saat seseorang berpaling, semuanya sudah berakhir. Aku dan kamu tidak bisa mengulanginya lagi.

Itu kalimat terakhir dari Egi ketika terakhir kali gue minta balikan. Otak gue yang bodoh ini terus memutar-mutar hingga gue hapal di luar kepala. Berasa apa banget tiga tahun setengah sia-sia.

Sia-sia karena kesalahan gue yang terlalu cepat minta pisah.

Sumpah gue heran kenapa ga bisa move dari Egi. Padahal tuh cewek cantik banyak yang antri. Bukan sombong cuma gimana ya bu dosen aja sampe bilang gue ganteng. Tapi kenapa gue gabisa dapetin Egi balik!

Gue harus gimana coba gue masih sayang, tapi kalau ingin bersama pengorbanan yang gue lakuin terlalu besar. Terlalu beresiko sedangkan belum tentu Egi ngelakuin hal yang sama buat gue. Realistis aja. Tapi gue masih cintaaaa. Bodo amat gila kenapa gue ga jelas gini sih.

Sekarang, gue ga bisa apa-apa kecuali nulis lagu buat pengobat kangen sama dia. Untuk menjadi pengingat semua kenangan indah kita. Egi, semoga kamu dengar ya.

---

piyaaaapoem_ present

• Brian Partohaps Sinaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Brian Partohaps Sinaga

• Brian Partohaps Sinaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Raden Seulgi Retnoayu

Moonlight [•brianseulgi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang