Take 1 : Todokami

2.5K 184 52
                                    

Judul :
Fear in The Rainy Night

Pair :
Todoroki Shouto x Kaminari Denki

Kategori :
Fanfic, Drama, Shonen-ai

.

.

.

Happy reading!

.

Malam yang sunyi, Kaminari tidak bisa tidur. Ia masih terngiang-ngiang dengan film horror yang ditontonnya bersama Bakusquad. Salahkan Sero dan Kirishima yang dengan tidak elitnya menyeret pikachu penakut itu untuk ikut menonton di kamar Bakugou.

Sebenarnya, Kaminari sudah hampir tertidur di kamar Bakugou bersama yang lain, tapi taulah ... Bagaimana perangai seorang Bakugou. Ya, tanpa belas kasih menendang ketiga temannya keluar kamar dan menutup pintu rapat.

Pemuda itu meruntuk bagai kesetanan di kamarnya, dia sudah menutup seluruh tubuhnya dengan selimut tapi masih saja merasa takut.

Crassss,....

Bulu kuduk Kaminari berdiri dan ia sontak membuka selimut, menatap ke jendela kamarnya. Hujan turun dengan deras, menambah horror suasana kamar Kaminari.

Pemuda listrik itu mencoba mengabaikan rasa takutnya dan kembali memejamkan mata, tentu saja ia kembali menutupi seluruh tubuh dengan selimut bermotif petir kesayangannya.

Namun sial sekali tenggorokannya terasa kering tiba-tiba, sudah berapa lama ia masih terjaga? Dengan masih merinding ketakutan ia meraih ponsel, dan pas sekali.

Tengah malam lewat 5 menit.

Kaminari ingin mengabaikan saja rasa hausnya, namun itu malah membuat kedua manik madunya terjaga.

Ia pun perlahan turun dari kasur dan melangkah ragu menuju pintu kamar. Menengok lorong sebelum keluar, bulu kuduknya semakin merinding. Lorong sepi sekali. Baik mau lewat tangga maupun lift, keduanya sama-sama menyeramkan. Kaminari pun melesat cepat menuju dapur di lantai dasar.

"HUWAAAA!!!! SETAAAAAN!!" teriak Kaminari reflek saat melihat pada dapur yang gelap itu terdapat sesuatu yang bergerak di depan lemari es yang terbuka.

Kaminari masih menjerit dengan tidak elit-nya hingga sesuatu menepuk pundaknya, ia langsung berhenti dan perlahan menoleh melihat siapa yang menepuk pundaknya. Masih dengan gemetar tentunya.

"Kaminari? Kau kenapa?"

Kaminari hampir lupa bernafas, namun ia lega begitu melihat itu bukanlah hantu. Melainkan Todoroki.

"To-Todoroki? Yang dari tadi di dapur itu kau?"

Todoroki mengangguk dengan kalem sambil menyedot sekotak susu di tangan, "Aku melihat mu turun dengan tergesa-gesa, seperti dikejar setan saja."

"Itu karena ...." Kaminari menutupi wajahnya dengan sebelah tangan, "aku ketakutan, Kirishima dan Sero sialan itu menyeretku ikut melihat film horror di kamar Bakugou.

Todoroki masih mendengarkan dengan wajah datarnya seperti biasa. Ia tak langsung menanggapi, pemuda bersurai dwi warna itu beranjak dan menyalakan lampu dapur.

"Oh iya, Todoroki. Kenapa kau tidak menyalakan lampu dari tadi? Kau mengejutkanku tau." ujar Kaminari sambil membuka lemari es.

"Karena aku pikir tidak akan lama. Aku hanya mencari sesuatu untuk di makan, tapi sepertinya tidak ada."

"Oh."

Hening, keduanya saling diam dengan pikiran masing-masing. Todoroki yang masih sibuk dengan kotak susunya dan Kaminari yang sibuk dengan ketakutannya, membayangkan akan kembali ke kamarnya sendirian saja sudah tidak bisa.

"Kau bilang tadi sedang ketakutan?" Todoroki menginterupsi lamunan Kaminari.

Kaminari menghela nafas kasar, "H, huh? Ya, kalau saja dua titisan setan itu tidak memaksaku, pastinya aku bisa tidur dengan tenang seperti biasa," ucap Kaminari.

"Saa, bagaimana kalau kau menumpang di kamar ku?"

Manik madu Kaminari membulat, ia menganga dengan tidak elit-nya. Apalagi melihat seorang Todoroki yang mengatakan itu dengan kalemnya. Tanpa ekspresi, dan sangat datar.

"Kaminari? Kau bilang takut kan?"

"Ah?! I, iya ... A, aku ...." dan karena alasan yang tak dapat dijelaskan Kaminari memerah malu.

"Aku tidak memaksa juga kalau kau tidak mau." ujar Todoroki, "jadi kau ikut tidak? Aku mau kembali ke kamar."

"Ah, ba, baiklah ... Aku ikut."

Mungkin Kaminari akan mengumpati kedua sahabat dekatnya itu besok. Namun sekarang ada yang lebih mengganggu dari itu, tentang degup jantungnya yang tak bisa dikondisikan saat ini. Bukan karena ketakutan, tapi hal yang rumit untuk dijelaskan.

Dengan masih menahan degup tak beraturan itu ia mengikuti Todoroki kembali ke kamar, semoga saja Todoroki tidak sampai mendengar degup sialan itu. Batin Kaminari.

"Kaminari? Apa ada yang tertinggal?"

"Ah! Ti, tidak. Tu-tunggu aku."

-fin-

Terima kasih telah membaca! :)

Kaminari Denki One-ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang