Haloo temen-temen aku lanjutin lagi ya cerita nya semoga suka....
Happy Reading guys ....
aku melihat cahaya yang masuk ke dalam retina mata ku, saat aku membuka mataku aku melihat di kasur ku sudah ada Tante Aminah dan juga Mbak Kiya yang duduk di sebelah ranjang ku, sedangkan abi dan mas hafidz sedang duduk di sebelah ranjangku di depan jendela besar. yang kulihat masih petang, aku kira aku sudah tidak tertolong sebab waktu aku pingsan aku ada di toilet bawah yang jarang orang pakai kecuali tamu , dan mungkin mbak yang kerja dirumah membantu pekerjaan rumah.
aku bingung apakah aku akan membuka mata ku sekarang atau nanti, lalu aku putuskan untuk nanti saja saat semua orang meninggalkannya seorang diri, aku dengar Tante Aminah mengucapkan sesuatu agar mereka semua pergi dari kamarnya "sudah mau subuh bi, nak kalian kembali lah ke kamar biar umi yang disini siap-siap sholat". ujarnya
"Iya umi, tapi nanti Alaik gimana?, memang umi sedang udzur?"kata nya yang terdengar seperti mbak kiya
" Iya mi, aku khawatir mi, takut Alaik kenapa-napa" kata mas hafidz
"kan ada umi, iya nak umi sedang udzur jadi bisa nemani Qani, sudah sana" balasnya.
"Beneran mi? kalau ada apa apa abah ada diatas ya mi".
"iya bi". balasnya
setelah itu aku dengar semuanya sudah kembali kekamar untuk siap-siap melaksanakan sholat, mereka memang keluarga yang harmonis enggak sepatutnya aku ada, kenapa aku ada di antara mereka semua sedangkan aku hanya menambah beban semuanya, "tuhan aku siap engkau cabut nyawa ku sekarang, aku berharap menyusul umi annisa yang selama ini aku kenal sebagai umiku ya tuhan". kataku didalam hati, aku pun hendak akan membuka mataku namun ternyata air mata ku yang keluar, didalam mata ku yang tertutup ini, kurasakan Tante Aminah menghapus air mataku yang mengalir ini di pipi ku, sangat lembut hangat yang kurasakan tangannya,
"apakah ini umiku yang sebenarnya ya tuhan? tapi kenapa ya tuhan seolah semua tidak boleh aku mengetahuinya? " ucapku dalam hati. batin ku sedang bertarung sendiri tentang kenapa aku tidak boleh tahu, disela sela itu ternyata tante aminah masih menghapus air mata yang keluar di setiap mata ku yang tertutup ini, sambil berkata "Kenapa anak umi yang selalu umi rindukan ini mengeluarkan air mata sebanyak ini saat sedang terlelap seperti ini?, apakah seberat itu nak? berbagilah sedih mu pada umi nak, umi ingin memeluk anak umi ini yang jauh dari umi" kurasakan dia mengubah posisi badannya dengan ikut berbaring di sebelahku dengan memelukku, aku semakin menangis, ingin aku peluk umikku ini tapi apadaya aku akhirnya membalas sedikit lalu aku berpura-pura baru siuman.
"emmhh". aku bergumam dengan memegang kepala ku dan perlahan membuka mataku kulihat Tante aminah langsung terduduk dan turun dari kasurku "kenapa nak ada yang sakit nak?"ujarnya sambil membantu ku duduk dan mengambilkan bantal disamping untuk menyangga badan ku, karena aku tidak tahu mau membalsnya seperti apa akhirnya aku hanya menjawab dengan formal
"Terima kasih bantuannya, tidak, hanya pusing sedikit, saya mau istirahat". ujarku agar aku tidak canggung di hadapannya yang aku tahu sekarang beliau adalah umikku yang sebenarnya, aku tidak tahu harus berkata apa jadi mungkin hanya dengan ini aku memperlakukannya agar dia tidak sakit hati dengan perlakuan anaknya yang durhaka ini " kenapa bi, semuanya, kenapa aku tidak boleh mengetahui yang sebenarnya? sampai aku membenci umikku yang sebenarnya ini, menjadikan ku anak durhaka karena tidak mengenalnya dengan baik?" ujar ku dalam hati
"Iya nak, umi akan keluar, tapi umi mengingatkan sholat subuh ya nak". beliau sangat lembut pada ku yang keras ini, aku ingin memeluknya namun kutahan, "Saya sedang udzur, jadi tidak sholat". ujarku.
"oh begitu nak, yasudah istirahat ya nak, umi keluar dulu". ujarnya sebelum beliau berlalu, aku memegang tangannya yang hangat ini, dan berkata "Alaik kangen umi te, maaf dan terimakasih". lalu aku melepas tangannya kulihat dia memegang tangannya yang tadi aku pegang lalu kulihat punggungnya bergetar kelihatan akan menangis, aku hampir akan menghampirinya namun jantung ku masih kelihatan tidak kuat jika aku mengejarnya, akhirnya aku hanya menatapnya nanar dengan air mata yang mengalir di mataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keterpaksaan
ChickLit"akankah aku membuang semua yang dulu pernah aku amalkan aku hafalkan demi rasa benci yang hinggap di hatiku saat ini? tidakkah nantinya aku akan menyesal? semuanya masih abu-abu aku bingung apa yang terjadi, di mana tempat aku berpulang!!!?" ujar A...