satu

27 1 0
                                    

Pagi ini aku akan menceritakan sebuah cerita tentang masa lalu yang telah menghinggapi ku. Aku sedang menatap sebuah keluarga yang kelihatan sangat harmonis aku duduk menyesap coklat hangat di cangkir coklat ini aku akan menuliskan tentang kisah ini terjadi padaku dan semua yang berhubungan dengan ku. Namaku Qanita Alaika Afidaturrizqi biasa dipanggil Alaika atau Afida tapi abahku memanggilku Qonita dan aku benci dipanggil seperti itu. Panggil saja seperti yang aku sebut kan tadi. Keluargaku memang utuh tapi aku merasakan kekosongan karena umiku yang sudah pergi terlebih dahulu karena serangan jantung. Saat itu aku sedang berada di pondok dan aku tidak tahu sampai hari dimana aku pulang aku tidak melihatnya lalu aku bertanya pada Abah "kemana umi bah?" Abah berkata "umimu sudah tidak ada saat kamu di pondok dan abah tidak mengabari kamu karena itu permintaan mu terakhir kali. Jangan biarkan Alaik tahu itu bisa merusak hafalan mu." semenjak itulah aku sudah tidak percaya lagi dengan abahku sendiri. Aku keluar dari pesantren yang selama ini ini aku tempati aku di pesantren kalau itu aku di pesantren dari mulai kelas 3 SD dan aku keluar lulus SMP. Lalu setelah itu aku mendengar itu dari mulut Abah dan aku memutuskan untuk tidak kembali lagi ke sana. Lalu setelah itu aku masuk di SMA biasa dan abahku menikah lagi tanpa persetujuannku. Aku merasa tidak ada menganggapku ada Jadi buat apa aku berbakti kepadanya.  Dia menikah dengan teman umiku yang yang belum aku pernah lihat sebelumnya.
Dia baik tapi aku masih belum bisa menganggapnya sebagai umiku. Umiku adalah umi Sarah yang lembut yang menyayangiku aku kangen dengan umiku setiap hari aku selalu mendoakannya di tempat di salat apapun aku mendoakannya semoga umi tenang di sana.
Wanita yang dinikahi Abah itu namanya Aminah, dia sudah memiliki anak.  Empat anak.  yang satu mungkin lebih besar dari aku laki laki namanya Hafidz dan 3 putrinya satu mungkin lebih besar dari aku namanya Taskiya. Satu nya lebih kecil dari ku dan aku tau dia adalah adik kelas saat di pondok dulu Rania dan satu lagi yang mungkin sama seusiaku namanya Fatimah. 
Aku tidak datang di nikahan Abah dan tante Aminah. Karena aku masih tidak habis pikir bagaimana bisa Abah melupakan umi yang sangat dicintainya yang kulihat saat itu saat aku umi dan Abah jalan-jalan, saat umi dan abah mengantarku ke pondok menjengukku dan banyak lagi, atau memang abah umi hanya terlihat bahagia saat ada aku. Aku tidak tahu semua masih abu-abu jika aku pikir. Lebih baik aku melepas semua yang aku pelajari di pondok atau aku mempertahannya. Aku masih bingung dengan semua ini. Semoga Allah tidak menghukumnya di sana selalu menjaga uminya di sana dan insya Allah nanti ketika sudah waktunya aku akan menemuinya, mengajaknya ke surgamu jika aku bisa semoga aku tidak terpengaruh dengan dunia yang nantinya akan aku jalani saat ini yang aku pilih saat ini dengan keluar dari pondok pesantren.

Akankah Alaik melepas semua nya?
Ataukah mempertahankan ?
Hai semuanya mungkin yang baca aja ni karyaku yang kedua tapi yang satunya itu belum tamat dan aku masih kehilangan feeling untuk menulis cerita yang satu itu dan aku hadirkan yang satu ini insya Allah akan terselesaikan insya Allah.

Np : foto diatas itu foto nya Qani yang akan menceritakan kisahnya.

KeterpaksaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang