Enam

3 0 0
                                    

"Beban ini biar aku yang menanggung, aku tidak ingin ada seorang pun menyakitinya termasuk diriku sendiri, jika aku yang menyakitinya, aku akan menghilang dari semuanya, tidak akan terlihat lagi, dan akan menjauh sehingga dia bahagia dengan orang -orang kesayangannya"

(ABRI POV ON)

Aku sedang beristirahat di sofa tiba-tiba memikirkan seseorang perempuan yang ternyata adik dari Hafidz temanku di pondok dulu, dia terlihat cantik sekali membuatku berdebar, namun juga aku melihat fatimah yang dulu adik pondok yang menyatakan perasaannya, aku bingung tapi kelihatannya fatimah dan gadis itu seumuran, dan gadis itu seperti ada keturunan arab nya, mungkin dari abi dan umiknya seperti 2 anak laki laki, hafidz juga gadis yang bercadar itu, sedangkan fatimah dan gadis yang satunya lagi tidak mirip dengan abinya atau uminya. aku menjadi tidak fokus dan memikirkannya.

Lalu tiba-tiba ada suster yang masuk dan mengabarkan bahwa perempuan yang sedang aku pikirkan sadar.

"Maaf Dr. Abrisam tadi saya ketok pintunya tapi dokter tidak menjawab jadi saya langsung masuk saja dan pasien yang tadi subuh datang sudah siuman mohon untuk memeriksanya".ujar suster itu.

"Astaghfirullah, iya sus. maaf saya tadi sedang fokus pada sesuatu, oh iya saya akan segera kesana". sadar ku dan mengucapkan seperti itu.

"oh iya dok saya permisi". katanya dan langsung keluar dari ruangan ku.

lalu aku segera memakai jas dokter dan menghampiri ke ruangan nya "astaghfirullah ham, tidak baik memikirkannya yang belum mukhrim". saat aku akan masuk ke ruangan aku melihat pemandangan yang sangat mengejutkan dan mengharukan wanita itu yang tadinya memanggil tante sekarang umi dan kulihat disamping ku perempuan bercadar itu tersenyum dan meneteskan airmata. aku tidak tahu apa yang terjadi dia perempuan yang ku ketahui bernama Alaik itu sangat sedih dan memikirkan beban yang berat sekali, aku tidak tau apa yang terjadi tapi aku merasa ada debar untuk melindungi agar tidak menangis lagi, namun aku tersadar dan berucap salam saat aku mendekat dia terlihat menghapus air matanya, dan ketika mata kami saling menatap dia menundukkan matanya,kupastikan dia pertama kali, seperti ini lucu mukanya yang cantik itu memerah.

saat aku memegang tangannya dia menghentakkan aku hanya tersenyum, kurasa dia pertama kalinya merasakan laki-laki memegang tangannya yang halus itu, "semoga jodoh" astaghfirullah aku mengenyahkan pikiranku karena hampir menyentuh daging itu tapi langsung ku arahkan pada bagian jantungnya. lalu setelahnya aku segera mengeluarkan tangan ku dari dalam itu, karena takut khilaf nantinya. kulihat dia sudah memerah mukanya sangat imut "astaghfirullah abraham jika abi tau kau akan langsung dinikahkan olehnya".dalaam hati.

aku pamit dengan membisikan sesuatu padanya yang kulihat karena dia sedang banyak masalah setidaknya nanti akan sedikit meringankan beban nya. 

(ABRISAM POV OFF)

................................................................................................................................................................

(ALAIK / QONI POV ON)

Aku baru kali ini dipegang tangan dan melihat seorang ikhwan yang senyumnya bisa merusak iman ku karena belum menjadi mukhrim ku pada ali saja juga tidak pernah, Dr. Abrisam Daniyal. H  itu namanya, aku memikirkan nya sampai suara umi menyadarkan ku.

"ehem, tidak baik seorang akhwat memerhatikan ikhwan segitunya Al". katanya 

aku sudah lumayan membiasakan diri dengan bergaul dengan semua keluarga walau aku masih menyembunyikan yang kuketahui dari menguping sebelum aku tidak sadarkan diri ini.

"Iya umi Al tahu kok". kataku, 

"jadi umi dan Alaik sudah baikan nih?"  kata Mbak kiya,dengan nada menggoda.

"iya dong mbak, kan sudah waktunya". ucapku dia pun langsung memelukku 

"iya sama mbak juga ya dek, gak enak tauk kalau kita musuhan". katanya

"iya dong mbak kiya, jadi aku masih boleh setoran kah ke mbak?" kata ku, sambil membalas pelukannya.

"subhanallah kamu masih melanjutkan dek, sama siapa selama ini?". katanya kaget

"iya mbak sekarang masih 20, selama ini masih mampu menghafal itu di Ustadzah Arofah yang pernah pengkajian di kampus itu mbak ya, mbak juga ikut kayaknya waktu makrab jurusan."kataku

"subhanallah anak umi ini selalu mengejutkan umi, umi gak nyangka deh alhamdulillah". kata umi sambil mengupas jeruk dan menyuapkan padaku.

"iya ya mi, loh itu kan dulu juga pernah nyemak mbak di pondok dulu, wah alhamdulillah mbak masih kurang 5 juz lagi dek, mungkin kita bisa saling nyemak kan sama mas hafidz yang udah khatam duluan."kata mbak kiya.

"ada apa nih kok nyebut nama ku".  kata mas hafidz 

"ya allah mas, ngagetin aja". kataku

"mbok ya assalammualaikum dulu toh mas". kata umi 

" iya mi lupa, ini nih radit sama adit sih langsung lari lari aja". kata mas hafidz

"yaudaah jangan di ulangi ya, adek mu jantung nya lemah gak boleh dikageti". kata umi

" iya mi, gimana dek udah sehat". kata mas hafidz.

"iya sudah lumayan insyaallah besok sudah boleh pulang, jangan gitu mi sama mas al gapapa kok". kata ku kulihat mas hafidz agak terheran tidak biasa melihatku menyahutinya, dan memanggil umi, lalu kemudian dia menatap ke arah mbak kiya dan mbak kiya mengangguk dan menggelengkan kepala aku tidak tahu kode apa yang diberikan namun aku merasa beban ini terangkat yang kurasakan.

"Beban ini biar aku yang menanggung, aku tidak ingin ada seorang pun menyakitinya termasuk diriku sendiri, jika aku yang menyakitinya, aku akan menghilang dari semuanya, tidak akan terlihat lagi, dan akan menjauh sehingga dia bahagia dengan orang -orang kesayangannya" dalam hati ku membatin melihat semua nya diruangan tertawa bahagia.

hallo semua ini dulu ya besok insyallah akan di update lagi terima kasih sudah membaca cerita ini jangan lupa like comment juga ya heheehe...

wassalammualaikum.wr.wb

KeterpaksaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang