Master

1.1K 128 29
                                    

Matanya perlahan terbuka. Mata biru langit yang begitu indah. Lehernya terasa begitu sakit. Ruangan ini, kamar apartemennya. Tapi bagaimana bisa? Dia ingat sekali dia jatuh pingsan di...

"Sadar juga akhirnya," kata seseorang yang baru keluar dari kamar mandi, Akashi Seijuro.

Tetsuya refleks menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Tetsuya bergelung dalam selimutnya bagai kepompong kecil, memastikan bajunya masih utuh.

"Tenang saja, aku belum melakukan apa pun padamu," kata Seijuro.

Tetsuya, dengan polosnya, menyembulkan kepalanya dari balik selimut. Wajah manisnya terlihat, membuat Seijuro menahan gemas.

"Shintaro sedang membeli makan. Kau lapar?" tanya Seijuro.

"Ba-bagaimana bisa kalian ma-masuk ke apartemenku? Be-berapa lama aku pingsan?" gugup Tetsuya.

Seijuro membuka tangannya, sebuah api muncul di tangan Seijuro. Saat ini, jantung Tetsuya benar-benar sedang berdegup kencang. Seolah ia sedang menaiki roller coaster yang begitu tinggi dan berliku-liku.

"Aku merusaknya lalu membuat sandi baru yang hanya diketahui olehku dan Shintaro," kata Seijuro.

Tetsuya berjengit saat lelaki bersurai merah itu mulai menaiki ranjang.

"Ja-jangan mendekat," pinta Tetsuya.

"Memerkosamu dalam keadaan tidak sadar tidak akan nenyenangkan," kata Seijuro dengan seringainya.

"Nghh aahh!" Tetsuya mendongak, desahan keluar dari bibirnya.

Tangan Seijuro bermain di penisnya. Memang, bibir Tetsuya mendesah. Tapi fisiknya tidak menerima sentuhan itu.

"Kalian melakukannya tanpaku? Bukannya aku tersinggung-nanodayo," suara serak khas itu membuat Seijuro dan Tetsuya beralih pada pintu kamar.

Tetsuya seketika teringat sesuatu. Mual menghampirinya. Aroma feromon Seijuro dan Shintaro tiba-tiba saja langsung menyeruak masuk. Aromanya lebih menyengat dari yang seharusnya.

"Hooeekk!" Tetsuya berlari secepat mungkin menuju ke toilet.

Tetsuya meraih tepi toilet, berusaha mengeluarkan isi perutnya. Dia tahu, ini efek kandungannya. Oh Tuhan, dia penasaran dimana Gaara sekarang. Dia merindukan Gaara, sangat. Dia ingin mencium aroma Gaara...

"Ugh... mual sekali," gumam Tetsuya.

Tetsuya tidak menyesal mengandung calon anaknya. Yang ia sesali adalah kemampuan indranya yang begitu tajam. Dia hanya 'produk gagal'. Lalu, kenapa dia memiliki penciuman tajam yang bisa mencium aroma feromon...? Ini membuatnya gila meskipun ia tahu, bagi omega gen, feromon alpha gen, terutama mate mereka, sangat wangi dan menenangkan. Bahkan membangkitkan hasrat seksual mereka.

"Gaara benar-benar menyusahkanmu eh?" suara itu terdengar.

Tetsuya melirik sekilas ke pintu, di sana berdiri Akashi Seijuro dengan wajah sombongnya. Di sisi Seijuro, ada Midorima Shintaro. Sebenarnya ia tidak suka melihat wajah Seijuro. Arogan, angkuh, dan tentunya dipenuhi ego yang tinggi. Benar-benar tipe penerima gen yang dibenci Tetsuya.

"Gaara-kun tidak menyusahkanku..." gumamnya.

"Kemari, aku akan membantumu," ucap Shintaro, mengesampingkan sikap tsundere yang dimilikinya.

Dia mengangkat tubuh Tetsuya. Saat ia mengangkat tubuh Tetsuya, pandangan Tetsuya terarah pada cermin. Matanya melebar.

"Tu-turunkan aku! A-apa yang kalian lakukan padaku?!" jerit Tetsuya.

Pain of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang