Father

901 104 34
                                    

"Jika kalian mengerti, sekarang kalian bisa menuju ke ruang latihan," ujar sang dosen dengan pandangan datar.

Semuanya mengeluh, kecuali Tetsuya sebenarnya. Latihan? Ah, benar. Anak-anak yang sudah memiliki elemen dan juga yang tidak, mereka akan dilatih sejak kecil. Setiap sekolah dan kampus diwajibkan memiliki ruang virtual untuk melatih kemampuan masing-masing anak. Gunanya? Selain untuk membantu menguasai elemen, tentu saja alasannya tidak jauh dari kepentingan penelitian. Atas perintah Dyroth tentu saja.

"Ugh, aku benci sekali harus berlatih elemen," kata Shigehiro, menyandarkan kepalanya ke meja.

"Ayolah Ogiwara-kun, kau selalu bersemangat katihan basket, lalu apa sekarang?" kata Tetsuya, mengangkat sebelah alisnya merasa bingung.

"Basket dan latihan elemental adalah dua hal yang berbeda oke?" gerutu Shigehiro.

Sebenarnya, Shigehiro benci berlatih karena itu hanya kedok pemerintah diktator untuk mengumpulkan lebih banyak informasi. Shigehiro benci itu. Mengerti?

"Kau beruntung tidak memiliki elemen," kata Shigehiro, malas dan kesal.

Tetsuya tersenyum tipis. Mungkin... dia beruntung hanya karena itu.

"Aku merindukan Gaara-kun," lirih Tetsuya.

"Dia selalu mendapat nilai terbaik tiap latihan. Tenanglah, kita akan segera bertemu dengannya oke?" ujar Shigehiro, berusaha menghibur si manis yang tengah bersedih.

Begini, bukannya Shigehiro tidak tahu apa yang menimpa Tetsuya. Terlihat jelas hanya dari lambang api yang tercetak di leher Tetsuya. Tetsuya pasti ketakutan. Sangat.

"Mereka bilang, 'manusia normal' sepertiku tidak layak merasakan yang disebut cinta. Kurasa... itu benar," gumam Tetsuya begitu tiba-tibanya.

Shigehiro menoleh. Sedikit berjengit mendengar ucapan Tetsuya. Tetsuya hanya menunduk, lebih memilih memilin ujung bajunya. Tidak tidak. Itu baju Gaara. Dia mengidam, jangan tanya.

"Siapa yang mengatakan itu padamu? Dengar, Gaara itu sangat mencintaimu, aku dan Taiga pun juga..."

"Dia menghilang karena mencintaiku," sela Tetsuya, lalu bangkit dari duduknya.

"Kuroko, ayolah jangan seperti ini," pinta Shigehiro.

Shigehiro tidak tega. Sungguh. Dan sekarang apa? Mereka harus latihan. Artinya mereka akan bertemu Seijuro, Shintaro, dan bahkan Furihata Kouki. Baiklah, itu pasti akan sangat menyakiti Tetsuya. Keduanya kini berjalan beriringan menuju ke ruang latihan.

"Ah," Tetsuya mengedipkan matanya, dia melupakan sesuatu.

"Ada apa?" tanya Shigehiro.

Tetsuya menggeleng. Mereka sudah hampir sampai, Tetsuya tidak tega jika harus meminta Shigehiro menemaninya kembali ke kelas.

"A-aku melupakan sesuatu, Ogiwara-kun du-duluan saja!" seru Tetsuya.

Sebelum Shigehiro sempat memaksa menemaninya, ia sudah berlari lebih dulu menuju ke kelasnya. Dia melupakan surat ijinnya untuk tidak mengikuti latihan.

Sebelum Tetsuya berbelok di ujung koridor, tubuh mungilnya menghantam tubuh seseorang. Matanya mengedip lugu. Ia mendangak, melihat sosok yang tak sengaja ia tabrak juga jatuh terduduk.

"Apa kau tidak punya mata?! Gunakan matamu saat berjalan!" bentaknya, Furihata Kouki.

Tetsuya mengedipkan matanya. Aroma ini membuatnya mual. Secara refleks, tangannya menyentuh perutnya. Dia bisa melihatnya, seringai seram sang omega gen yang disegani itu.

Pain of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang