Seoho X Dongju : Night at Cafe

283 32 14
                                    

Suatu malam di sebuah kafe yang baru dibuka di kawasan Myeongdong itu tampak ramai pengunjung. Suasana hangat dan nyaman di sana membuat para pelanggannya betah berlama-lama. Tak lupa juga menu dengan berbagai varian olahan kopi yang ditawarkan benar-benar enak dan sangat sesuai selera orang-orang. Belum lagi para pelayan dan baristanya yang good-looking sekaligus ramah, semakin menambah nilai plus untuk kafe itu.

Dan dalam seminggu ini, bisa dikatakan kafe yang tergolong baru itu cukup sukses. Omset yang mereka dapatkan ternyata lebih besar dari dugaan awal. Membuat senyum di wajah orang-orang kafe semakin mengembang. Begitupun seorang lelaki bersurai pirang yang sedang berada di counter pemesanan, senyum tak lepas dari bibirnya, menampakkan eye smile andalannya saat menghadapi para pelanggannya. Sesekali memastikan kinerja koki bagian membuat kue di dapur serta baristanya berjalan baik. Ya, lelaki itu adalah si pemilik kafe, Lee Seoho.

"Hyeong, biar aku yang menerima pesanan. Kau istirahat saja.. Dari tadi kulihat kau mondar-mandir ke counter dan ke dapur membuat kue sendiri. Memangnya tidak lelah? Kau bosnya di sini, cukup perintahkan kami untuk membantumu. Jangan seperti ini. Lalu apa gunanya mempekerjakan pegawai kalau kau mengatasi semuanya sendiri, huh?" Pemuda imut berambut kecoklatan melepas celemeknya, keluar dari dapur dan menghampiri bosnya. Ia berkacak pinggang menatap bos sekaligus kakak sepupunya itu. Heran dengan si pirang yang malah repot-repot melayani pelanggannya sendiri, alih-alih menyuruh pegawainya.

Sementara si pirang tertawa geli, menampilkan eye smile-nya lagi. "Baiklah-baiklah.. Sebenarnya aku tidak apa-apa seperti ini. Malah dengan menghadapi pelanggan secara langsung, aku jadi bisa merasakan kesenangan tersendiri. Lagipula sejak aku ikut di bagian counter pemesanan ini, pengunjung kafe semakin membludak kan? Memang pesona seorang Lee Seoho tak bisa dibohongi", ujarnya diakhiri dengan cengiran lebar. Membuat si pemuda imut tadi geleng-geleng kepala. Sikap narsis kakak sepupunya kambuh lagi.

"Narsis sekali kau, hyeong.. Sudah sana, aku yang ambil alih pesanan. Kau duduk manis saja di ruanganmu" Son Dongju, nama pemuda imut itu, mendorongnya agar menyingkir dari sana---mengambil alih pesanan.

"Aish, iya iya.. Aku mau mengecek anggaran saja kalau begitu. Kalau perlu sesuatu, aku ada di ruanganku. Dah!" Lelaki bersurai pirang itu melenggang pergi ke ruangannya di samping counter.

Dongju terkekeh melihatnya. Kemudian lanjut tersenyum ramah pada pelanggan di hadapannya, menerima pesanan.

                      

"Hyeong! Aku melihat ada seorang gadis di seberang kafe. Dia terus menatap kemari" Dongju yang sedang mengelap pintu kaca kafe itu menoleh menatap bosnya di sudut ruangan, duduk santai sambil menghitung pendapatan hari ini.

Si pemuda pirang melirik sekilas. "Hm? Biarkan saja. Mungkin hanya orang lewat biasa kan?", ujar pemuda itu cuek. Melanjutkan kegiatannya yang sempat terhenti.

Dongju mencibir. Kalau urusan menghitung uang, kakaknya itu sama sekali tidak bisa diganggu seperti sekarang ini. Dasar mata duitan. Lihat saja, kalau dapat rugi nanti baru tahu rasa.

Ia beralih memandang ke depan pintu kafe lagi, gadis tadi sudah tidak ada di sana. Membuatnya mengernyit, mungkin kakaknya itu benar, itu hanya orang lewat.

Hela napas terdengar dari bibir Dongju, ia sudah lelah, dan mengantuk. Sekarang sudah jam sepuluh lebih, waktunya menutup kafe. Pelanggan terakhir juga baru saja keluar setelah ia membersihkan pintu kaca tadi. Kini ia membawa masuk kembali papan kapur yang dipajang bertuliskan 'Rainbow Cafe' dengan huruf meliuk unik itu dari halaman depan kafe. Bersiap untuk tutup.

Twilight: Nightmare [ONEUS•Oneshoot Horror Story Collection]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang