Secret Place: Bloody Labyrinth

172 29 1
                                    

Ravn, Seoho, dan Leedo semakin berjalan jauh menelusuri lorong-lorong di ruang bawah tanah. Sesekali memerhatikan denah cetak biru yang jadi semakin membingungkan. Oh tidak, apakah mereka tersesat? Sekarang mereka merasa seolah-olah sedang berada di dalam sebuah labirin. Tak bisa lagi memastikan mereka berada di sebelah mana menurut denah cetak biru itu. Tapi sebelumnya Seoho sudah memasang jejak di sepanjang lorong dengan menggoreskan tanda silang menggunakan cutter yang ia bawa sebagai penanda, untuk berjaga-jaga. Jadi mereka kembali melanjutkan perjalanan.

Beberapa saat berlalu, mereka tak kunjung menemukan sesuatu. Membuat Leedo mendesah kesal.

"Kenapa hanya lorong yang kita temui? Tak adakah ruangan atau jalan keluar lainnya di sini?", ujarnya kian gusar.

Hingga di ujung lorong, ada persimpangan lagi. Mereka bingung, jalan mana yang harus mereka lalui?

"Tunggu, Seoho.. Bukankah ini tanda silang yang kau goreskan di sepanjang dinding lorong tadi?", tanya Ravn setelah tak sengaja melihat sebuah tanda silang pada dinding di sebelah kanan lorong ini.

Seoho mendekat, terbelalak menatap tanda yang ia buat sendiri tadi. Jadi, mereka kembali lagi ke tempat yang sudah mereka lalui sebelumnya? Sedari tadi mereka hanya berputar-putar?

Leedo kini semakin mengerang frustasi. Situasi yang mereka hadapi menjadi semakin pelik. Mereka tak lagi bisa membedakan arah, apalagi kompas yang sempat mereka gunakan mendadak tak berfungsi di ruang bawah tanah ini. Sungguh aneh.

"Kita harus bagaimana sekarang? Apakah kita akan terjebak di tempat ini selamanya?", gumam Seoho khawatir.

"Tenang dulu, teman-teman... Kita pasti bisa melalui ini."

"Tapi bagaimana, Ravn?! Kita tersesat! Aku yakin tempat penuh lorong ini sebenarnya adalah labirin, seperti di buku yang kita temukan tadi! Seharusnya kita kembali saja besok dengan beberapa orang untuk membantu, bukannya nekat menyelidiki sendiri begini! Haha, berkat dia kita jadi terjebak dalam situasi seperti ini.", cetus Seoho sambil melirik sinis pada Leedo yang bersandar pada dinding.

Sementara lelaki tinggi itu tampak mendelik tajam. "Jadi maksudmu semua ini salahku, begitu?!", teriaknya tak terima.

Seoho ganti memandang tajam Leedo, seolah menantang. "Memang benar kan? Kalau saja kau tak menyarankan untuk tetap menelusuri tempat ini, kita tak mungkin akan terjebak seperti ini, Kim Leedo!", bentaknya sarkas.

Leedo menggertakkan rahang, menarik kerah jaket hitam Seoho. Lelaki itu kini tampak menatap tajam, yang dibalas senyum sinis si lelaki bersurai red brown. Leedo balas berujar tak kalah sarkas, "Ini semua juga salahmu sendiri yang langsung menerima saranku! Lagipula saranku ada benarnya kan?! Kalau kita pergi begitu saja dari tempat ini, kemungkinan kita akan kehilangan jejak lagi! Sudah sampai sejauh ini, kau mau kembali begitu saja, huh?".

Seoho menyentakkan tangan Leedo yang mencengkeram kerah jaketnya. Tak terima dengan perlakuan kasarnya. Baru saja mereka akan baku hantam, Ravn berhasil melerai keduanya. Menampar pipi mereka berdua agar sadar. Sontak keduanya terdiam, menatap tak percaya pada Ravn.

"Bisa kalian diam dan tenang dulu? Kita bisa bicarakan ini baik-baik, kan? Seharusnya kita bertukar pikiran dan mencari cara untuk menemukan jalan keluar masalah ini. Bukannya malah saling menyalahkan! Saran kalian berdua benar, tidak perlu saling menyalahkan. Kita memang diharuskan memilih, dan inilah pilihan kita. Jadi, hadapi saja! Jangan menyerah dan mari tenangkan dulu pikiran kita. Jangan biarkan situasi ini malah membuat kita terpecah belah hingga membuat masalah yang terjadi semakin runyam nantinya. Sekarang, kumohon pada kalian untuk tenang dulu, oke?" Ravn memberi tatapan teduh pada keduanya.

Untung saja mereka berdua menurut, beralih memandang ke arah berlawanan satu sama lain, menenangkan diri. Ravn menghela napas lega, setidaknya mereka tidak bertengkar lagi meskipun sepertinya masih dongkol.

Twilight: Nightmare [ONEUS•Oneshoot Horror Story Collection]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang