Hwanwoong ft. Keonhee : Cashier

262 31 3
                                    

Kling

Aku membuka pintu kaca minimarket. Seorang pegawai kasir langsung mengucapkan sapaan selamat datang seperti biasa. Sekaligus menunduk dan tersenyum ramah dari balik meja kasir. Aku balas tersenyum pada gadis kasir berkuncir kuda itu. Lantas segera menjelajahi rak-rak bagian makanan ringan.

Sekarang pukul tujuh lebih sepuluh, dan aku baru pulang sekolah. Kenapa? Karena aku bermain ke rumah Keonhee tadi. Aku bukan tipe anak bandel yang sering pulang telat karena keluyuran, serius! Aku hanya sedang kesepian karena orang tuaku tidak ada di rumah malam ini. Mereka sibuk bekerja, mengurusi bisnis hotel dan resort di cabang Busan. Aku tidak mungkin ikut karena harus sekolah. Jadilah aku tadi mampir dulu di rumah Keonhee, setidaknya ada yang menemaniku daripada sendirian di rumah kan?

Tapi setelah sekian jam di rumah Keonhee, aku memutuskan untuk pulang. Tidak enak kalau aku minta menginap di rumahnya juga karena nanti akan semakin merepotkan, meskipun ia tidak keberatan sih. Dan rencananya, aku ingin membeli bahan makanan untuk mengisi kulkasku yang mulai kosong, serta mengisi lagi stok camilan di rumahku, sebelum pulang. Sehingga aku menyempatkan diri mampir di minimarket yang dekat dengan komplek perumahan Keonhee ini. Aku belum pernah ke sini sih, jadi aku ingin melihat-lihat dulu. Ternyata minimarket ini bagus juga, produk-produk yang jarang aku temukan di minimarket lain banyak ku temukan di sini. Barang-barang di sini sangat lengkap, kenapa tempat ini tidak jadi supermarket saja sekalian?

Kembali lagi ke tempatku, aku menelusuri jajaran rak berisi penuh snack dan makanan instan di depanku. Mengambil beberapa kemasan ramyeon dan snack kesukaanku ke dalam keranjang.

"Hm.. keripik kentang? atau.. stik kentang ya?" Aku tahu itu sama-sama kentang. Tapi sensasi makannya beda, tahu! Jadi jangan dulu menghujatku, hehe.

Masih sibuk berpikir, tiba-tiba aku mendengar ada keributan di depan.

BRAKKK

"AAAAAAKHH!!!"

Suara teriakan seorang gadis. Jangan bilang itu pegawai kasir tadi?

Aku segera melangkah ke depan. Dan pemandangan yang kulihat dari balik rak makanan ini membuatku sukses terbelalak, napasku tercekat.

Di depan sana, tepatnya di depan meja kasir, gadis kuncir kuda---si pegawai kasir---jatuh terduduk setelah seseorang dengan pakaian dan masker serba hitam menusuknya menggunakan pisau lipat karena menghalanginya mengambil uang dari laci meja kasir itu. Semua terjadi begitu cepat hingga aku tak sempat berkedip melihatnya. Aku terlalu terkejut, kakiku tak bisa bergerak untuk sekadar menghampiri gadis itu, untuk menolongnya.

Darah dari luka tusuk di perut gadis itu semakin menggenang di lantai. Sementara pria berpakaian serba hitam itu berhasil meraup semua uang dari laci meja kasir dan memasukkannya ke dalam sebuah kantung kain besar, gadis itu masih sempat menahan kakinya agar tidak kabur. Namun si perampok menghempaskan tangannya dan malah menendang perut gadis itu hingga ia berteriak kesakitan.

Aku ingin sekali menolong. Tapi apa daya kakiku tak bisa bergerak, badanku gemetaran, keringat dingin  kurasakan mengalir di dahi dan pelipisku. Bagaimana ini? Perampok itu kabur, sedangkan gadis kasir itu butuh pertolongan. Tapi aku sendiri malah tak berkutik seperti ini.

Kulihat gadis itu terkulai lemah di sana, menatapku dengan pandangan sayu. Bibir pucatnya menggumamkan kata tolong padaku berkali-kali. Suaranya sangat lemah dan lirih, namun masih cukup terdengar di telingaku. Malah terdengar seolah ia berteriak meminta tolong tepat di depan wajahku. Suara rintihan dan permintaan tolong itu semakin bersahutan dan terngiang-ngiang di dalam kepalaku. Membuatku resah dan tertekan, aku takut. Aku takut gadis itu bisa mati kalau aku tak segera menolongnya.

Twilight: Nightmare [ONEUS•Oneshoot Horror Story Collection]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang