[ Meal log 46 – Liquid Fast ]
current weight : 53.5 kg
b'fast : water (0)
lunch :
dinner :
exercise :
total calories :
Foto kemarin tertempel manis di dinding.
Kini aku melihatnya sambil berbaring menyamping di kasur. Senyuman tipis reflek muncul di wajahku. Senang melihat struktur wajahnya. Kenapa Tuhan bisa berlaku tak adil? Dia beri semua yang indah pada Singto. Mungkin tak banyak orang yang sadar. Namun kau akan sulit berpaling saat sekali kau menemukannya.
Lucunya aku berharap tak pernah ada yang menyadari itu. Egois memang. Tapi bukankah manusia adalah makhluk egois? Toh, aku tak pernah begitu banyak meminta. Jika aku punya satu permintaan. Mungkin aku hanya akan menginginkan Singto seorang.
Hari ini.
Di tempat tidurku, mungkin.
Nafasku seketika berat. Sebenarnya aku juga tak pernah kenangan berbau sensual tentangnya. Well, kecuali saat mimpi basah pertamaku. Itupun bukan karena keinginanku. Berpegangan tangan dengannya saja menurutku sudah melampaui batas. Ingat, kami hanya berteman dan fakta itulah yang tak pernah lepas.
Namun, baru kali ini aku benar-benar menginginkan kehadiran Singto. Sebegitu berat hingga fantasiku mulai lepas kendali. Hati yang haus kasih ternyata bisa membawa isi kepalaku jauh dari sadar. Wajar tidak sih punya perasaan begini?
"Coba aja dunia ini baik ya sama kita." Keluhku.
Kubiarkan jemariku bermain asal menjamahi tiap inci tubuhku perlahan. Menutup mata sambil menghadirkan Singto dalam bayangan. Kubiarkan fantasi yang mengambil alih fungsi tubuhku. Deru nafas bagaikan musik yang menghiasi perlakuanku.
Sebenarnya aku juga tak ingin membawa ini hingga ke luar batas. Bahkan harusnya aku malu menjadikan teman sendiri sebagai alasan untuk masturbasi. Belum lagi mengingat Singto yang tak pernah dekat dengan hal-hal begini. Mungkin.
Aku memeluk guling di sebelahku. Membayangkan memeluk seseorang yang kurindu itu. Mulutku bergumam manja tak jelas, malu mendengar ucapan itu dengan telingaku sendiri. Kubenamkan wajah dalam bantal. Berusaha menghindar dari hasrat yang mengangguku sejak tadi.
"Sing." Panggilku, berharap tak didengar juga. "I want you so bad."
Lucu saja, kukira rasa lapar sudah mampu menggeser hasrat seksualku. Tapi bagus juga, ia datang bagai distraksi dari pikiran soal makanan. Kini bayangan Singto mulai menyesakan isi kepala. Tiap sentuhan serasa diwakilkan olehnya. Membayangkan senyuman khas laki-laki yang kukenal lama itu.
Perlahan kuarahkan jemariku ke bagian yang sejak tadi merengek minta disentuh. Aku menggigit bibir. Ada perasaan bersalah hinggap. Apa ini tidak berlebihan? Tapi tak ada yang melihat juga. Biar ini jadi rahasia yang kusimpan antaraku dan... Tuhan, ironisnya.
Sambil mengatur nafas, kuturunkan celana tidur yang masih bertanggar. Berusaha menepis perasaan bersalah yang seperti mengawasi perlakuanku. Libidoku seperti tak bisa dicegah, mungkin karena sudah lama aku tak menaruh perhatian pada diriku sendiri.
Tangan kiriku menyelinap masuk ke dalam kaos. Biar hasrat yang menguasai perlakuanku, mengingat logika hanya bisa merusak suasana. Kusentuh area sensitif di dadaku itu perlahan. Aku menggelinjang nikmat. Benar, sudah lama sekali aku tak melakukannya. Tubuhku menjadi begitu awas dengan sentuhan lembut begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lunchbox Friends - [ Singto x Krist ]
Fanfiction"Beauty makes boys happy, they said." Krist Perawat, laki-laki yang bermimpi besar untuk menjadi terkenal. Namun sayang, lingkungan sekitarnya tak pernah mendukung. Sering ditatap aneh, membuat Krist makin tak percaya diri dan menyalahkan bentuk tub...